December 5, 2025
Issues

Bendera ‘One Piece’ Berkibar: Simbol Protes Anak Muda di Era Pop Culture

Menjelang HUT RI, anak muda ramai-ramai kibarkan bendera One Piece sebagai bentuk kritik sosial. Lewat budaya pop, mereka bersuara soal ketidakadilan.

  • August 6, 2025
  • 5 min read
  • 1126 Views
Bendera ‘One Piece’ Berkibar: Simbol Protes Anak Muda di Era Pop Culture

Menjelang HUT ke-80 RI, jagat media sosial diramaikan oleh ajakan mengibarkan bendera bajak laut dari anime One Piece. Bukan sekadar tren, aksi ini jadi bentuk kritik dan kekecewaan anak muda terhadap pemerintah, lewat simbol budaya pop yang mereka cintai.

Bendera khas One Piece, latar hitam dengan tengkorak dan dua tulang menyilang, mulai berkibar, bukan hanya di Indonesia, tapi juga sampai luar negeri. Aksi ini digerakkan oleh anak muda yang tidak terikat organisasi mana pun, hanya mengandalkan internet dan kekuatan komunitas online.

Baca Juga: 5 Karakter Perempuan Kuat di Anime dan Manga ‘One Piece’

Bendera One Piece dan Lambang Perlawanan

Dalam dunia One Piece, bendera bajak laut dikenal dengan nama Jolly Roger. Dikutip dari onepiece.fandom.com menyebutkan bahwa ada banyak versi bendera ini, karena semesta fiksi One Piece memang dipenuhi dengan beragam kru bajak laut, masing-masing dengan identitas yang khas.

Salah satu yang paling dikenal tentu milik kelompok Topi Jerami yang dipimpin oleh Monkey D Luffy, karakter utama dari cerita karya Eiichiro Oda ini.

Menariknya, Jolly Roger bukan cuma sekadar lambang kekuatan. Di dunia One Piece, bendera ini juga dianggap sebagai simbol kebebasan, kepercayaan diri, dan ikatan persahabatan yang solid antar anggota kru.

Nakama (sebutan untuk teman seperjuangan di dunia One Piece) biasanya menyebutnya sebagai bendera Topi Jerami, karena tengkorak di logonya memakai topi khas milik Luffy, topi jerami legendaris yang jadi ciri khasnya sejak awal.

Setiap kru punya desain sendiri-sendiri, tapi satu hal yang selalu ada: gambar tengkoraknya. Misalnya, Shanks punya bendera tengkorak dengan bekas luka di wajah, Kaido dengan tengkorak bertanduk, dan Doflamingo dengan tengkorak berhiaskan bulu flamingo. Unik, tapi tetap satu benang merah: simbol bajak laut.

Ngomong-ngomong soal One Piece, manga ini pertama kali terbit tanggal 22 Juli 1997 lewat majalah Weekly Shonen Jump di Jepang. Oda dikenal sebagai kreator yang perfeksionis, ia menulis dan menggambar One Piece dari awal sampai sekarang.

Salah satu daya tarik One Piece adalah cara Oda membangun ceritanya yang superdetail, ditambah berbagai misteri seperti kisah Void Century, sebuah era sejarah yang hilang dari peradaban dunia One Piece. Hingga Agustus 2025, serial ini sudah mencapai lebih dari 1.100 chapter, dan masih terus berlanjut.

Baca Juga: Review ‘One Piece Film: Red’: Menonton Cerita Anarkis yang Misoginis

Respons Pemerintah yang Tergagap

Pemerintah tampaknya belum siap menghadapi bentuk protes yang tampil lewat ikon budaya pop. Dikutip dari Kompas, Pengibar Bendera One Piece di Tuban Mengaku Didatangi Aparat, di Tuban, Jawa Timur, seorang pemuda didatangi aparat hanya karena mengunggah foto memberi hormat ke bendera One Piece. Meski tak ditahan, benderanya disita. Ini memicu diskusi publik soal respons negara yang dinilai berlebihan.

Dikutip dari Tempo, Dua Tujuan Pengibaran Bendera One Piece, menurut Hasyibulloh Mulyawan, Direktur Eksekutif Ethical Politics, aksi ini bisa dibaca sebagai sinyal keresahan publik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil. Lebih jauh, ia menyebut pengibaran simbol non-negara ini bisa menjadi bagian dari strategi politik untuk menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Prabowo.

Di mata fans, Luffy bukan cuma karakter fiksi. Ia adalah representasi keberanian melawan ketidakadilan dan sistem yang korup. Maka, tak heran jika benderanya kini dikibarkan sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah. Nilai-nilai seperti keadilan, kebebasan, dan keberanian untuk bermimpi jadi resonan di tengah situasi politik yang penuh kekecewaan.

Sebagai tanggapan, Menko Polhukam Budi Gunawan memperingatkan bahwa pengibaran simbol selain bendera negara bisa melanggar hukum. Ia mengacu pada UU Nomor 24 Tahun 2009 yang melarang Merah Putih dikibarkan di bawah lambang lain.

Peringatan ini memicu pertanyaan: apakah negara terlalu serius menanggapi ekspresi kultural anak muda?

Budaya Pop Sebagai Bahasa Protes: Kenapa Makin Banyak Digunakan?

Simbol atau istilah dari budaya pop sering banget dipakai sebagai bentuk ekspresi sosial dan kritik. Selain ada bendera One Piece yang muncul di aksi-aksi protes. Ini bukan hal baru, bahkan udah sering terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Dikutip dari Seruan mengibarkan bendera One Piece – Kenapa budaya pop kerap ‘dipinjam’ sebagai simbol protes?, pada tahun 2014 di Thailand, demonstran pakai salam tiga jari ala Hunger Games untuk memprotes kudeta militer. Walau di film itu maknanya soal penghormatan dan perpisahan, para aktivis Thailand memberi arti baru: kebebasan, kesetaraan, dan solidaritas. Gerakan ini sampai bikin pemerintah melarang simbol tersebut karena dianggap bisa memicu pemberontakan.

Contoh lain yang juga kuat adalah semangka sebagai simbol perlawanan Palestina. Karena bendera Palestina dan warnanya sempat dilarang oleh Israel, seniman-seniman Palestina lalu mengganti bendera dengan gambar semangka, buah yang punya warna mirip dengan warna bendera nasional mereka. Simbol ini kembali ramai saat agresi militer ke Gaza pada 2021.

Di Indonesia, istilah seperti “Wakanda” atau “Konoha” sering dipakai sebagai cara kreatif untuk menyuarakan keresahan atau kritik sosial. Wakanda dikenal sebagai negeri fiksi asal Black Panther, dan Konoha adalah desa ninja di anime Naruto, dua dunia fiktif yang mewakili harapan akan keadilan dan kekuatan rakyat.

Baca Juga: ‘One Piece’ Versi Netflix: 5 Plot yang Beda dari Manga-nya

Bukan Sekadar Gaya-Gayaan: Ini Strategi Komunikasi

Masih dari BBC, menurut Hikmat Darmawan, seorang pengamat budaya pop, penggunaan simbol dari dunia pop culture ini adalah hal yang lumrah dan bahkan strategis. Banyak simbol budaya pop di-repurpose alias dikasih makna baru sesuai konteks protes yang sedang berlangsung.

Kadang, ini bukan soal menghindari represi, tapi lebih ke soal memperluas jangkauan pesan. Simbol dari budaya pop bisa bikin pesan protes lebih mudah diterima oleh banyak kalangan, terutama generasi muda yang tumbuh besar bersama komik, anime, film, atau game.

Dominique Nicky Fahrizal dari CSIS juga melihat fenomena ini sebagai hal yang relevan banget. Budaya pop itu udah jadi bagian dari keseharian banyak orang, khususnya generasi produktif saat ini. Jadi wajar aja kalau simbol dari dunia fiksi dipinjam sebagai bentuk ekspresi politik atau sosial.

Menurut Nicky, penggunaan simbol budaya pop memang efektif buat bikin orang aware dan ngobrolin isu-isu penting di ruang publik. Tapi, kalau targetnya adalah perubahan sosial besar atau aksi massa, tetap butuh organisasi dan gerakan yang terstruktur.

About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.