Lifestyle Travel & Leisure

Antre Panjang Blok M, Tongkrongan ‘Anak Jaksel’ yang Menggeliat Kembali

Pemandangan antre yang mengular di cafe atau restoran Blok M, semakin sering terlihat. Apa yang bikin orang datang meramaikan kawasan ini lagi?

Avatar
  • July 26, 2024
  • 5 min read
  • 2525 Views
Antre Panjang Blok M, Tongkrongan ‘Anak Jaksel’ yang Menggeliat Kembali

Maukah kamu antre panas-panasan hingga satu jam lebih demi sebuah es krim?

Pertanyaan ini terasa semakin relevan ketika kita membicarakan kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Sebagai penggemar kopi dan jajanan ringan, saya sering berselancar di internet untuk mencari rekomendasi baru. Dari sana saya menemukan pemandangan yang semakin sering mondar-mandir di linimasa saya: Orang sibuk antre di Blok M.

 

 

Tak cuma Gen Z, Milenial dan Gen X pun ikut ambil bagian. Mereka terlihat mengular di sejumlah cafe dan restoran viral di Blok M. Fairuz, 25, salah satunya. “Aku sering banget antre, bahkan untuk donat. Meskipun rasa donatnya enggak jauh beda dengan donat-donat lain, menurutku, sensasi antre ramai-ramainya ini yang bikin puas, pas pesanannya udah kita dapat. Jadi lumrah, sih kalau orang pasti mainnya ke Blok M lagi, Blok M lagi,” katanya. 

Sebagai orang yang tinggal di Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan, Fairuz mengaku senang datang ke Blok M karena akses transportasinya yang mudah dijangkau. Meskipun perlu transit dan menitipkan kendaraan pribadi di parkiran MRT Lebak Bulus, Fairuz merasa, ini masih jadi pilihan yang efisien di tengah kemacetan Jakarta. Untuk selanjutnya, ia bisa bebas berjalan kaki di kawasan yang belakangan memang disesaki tongkrongan cafe dan restoran baru khas anak muda.

Biasanya saat ke Blok M, Fairuz akan mendatangi beberapa tempat yang sedang viral. Di antaranya Little Salt Bread, Mack’s Creamery, sampai Busy Cheese Cake. Tiga-tiganya dibangun di bekas kawasan Pasaraya. Mereka adalah cafe yang tiap harinya tak pernah sepi dari orang yang rela membuat antrean panjang. Ada juga tempat yang tak lepas dari antrean panjang lainnya, seperti Scarlett’s House, Maiku Cafe, sampai OO Donat.

Fairuz sendiri bukan satu-satunya yang kerap hilir mudik ke tongkrongan Blok M, dengan memanfaatkan moda transportasi umum. Kompas menulis, kehadiran stasiun Moda Raya Transportasi (MRT) di jantung Blok M mengerek jumlah pengunjung Blok M Plaza sampai 150 persen pada 2019. Hari ini kita melihat semakin banyak orang-orang rajin menyambangi Blok M.

Baca Juga: Pengalaman Jadi Anak Jaksel Sehari: Lebih Nyaman Jadi Warga Pinggiran

Akses Transportasi adalah Kunci

Sebelum ramai seperti sekarang, Blok M sendiri sebenarnya punya sejarah panjang dan naik surut pengunjung. Dulunya diniatkan sebagai kawasan perumahan elit kolonialis Belanda. Pada 1950-an, pemerintah setempat menjadikan kawasan Blok M hingga Kebayoran Baru sebagai pusat lain perekonomian, tulis Historia.

Hal ini memantik orang untuk datang berkunjung. Puncaknya pada 1980 sampai 2000-an, orang masih sering berduyun-duyung datang. Meski sempat ditinggalkan kembali saat Covid-19 melanda, kini Blok M menemukan jalan untuk bergeliat.

Orang-orang kantoran dari Thamrin atau Bundaran HI pun mudah ditemukan saat jam makan siang. Sementara saat akhir pekan, saya menemukan demografi pengunjung yang lebih bervariasi. Bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya.

Hal ini seperti disinggung Fairuz, dilatarbelakangi oleh kemudahan akses transportasi umum. Khususnya, ketika pemerintah membangun Stasiun MRT, Blok M ramai kembali. Laman resmi MRT menyebutkan, pembangunan stasiun ini memang dimaksudkan untuk memaksimalkan beberapa area perkotaan dengan memadukan fungsi transit, manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik. Konsep semacam itu, selain bisa mengurai macet akibat penggunaan kendaraan pribadi, juga menghidupkan bisnis yang meredup di kawasan terdampak, termasuk Blok M kala itu.

Benar saja, sejak ada MRT, mulai banyak cafe dan restoran baru yang lahir. Sementara, tempat tongkrongan lama di Blok M juga kecipratan berkah dengan kenaikan pengunjung.

Baca Juga: Makanan dan Stereotip Gender: Apa Salahnya Laki-laki Tak Minum Kopi?

Dari FoMO hingga Keinginan Bersenang-senang

Lalu apa yang membuat Blok M didatangi orang yang lebih banyak ketimbang kawasan terdampak pembangunan MRT lain seperti Blok M hingga Thamrin (Sarinah)?

Buat Fairuz, Blok M terbilang unik, kreatif, dan murah dibanding tongkrongan di Jakarta lainnya. Mulanya adalah M Bloc, kawasan yang memikat anak muda untuk datang. Kawasan kreatif yang dibangun di atas bekas Gedung Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia) dan dipermak tapi tetap mempertahankan kesan retronya, dianggap sebagai daya tarik utama.

Fairuz menyebutkan, M Bloc adalah alasan utama ketika ia memilih Blok M sebagai destinasi pertama kali. Sejak diresmikan pada 2019, ia masih ingat betul bagaimana hits-nya M Bloc sampai penuh sesak dengan pengunjung dan pekerja seni kala itu. Orang-orang sepertinya memang punya standar baru tentang tongkrongan hits di Jakarta: Retro atau vintage, otentik, murah meriah. Yang terakhir ini sebenarnya terbilang subjektif buat banyak orang.

Namun, ketakutan akan ketinggalan tren viral dan hal yang serba hits, mendorong Fairuz untuk tetap datang. “Pertama kali ke M Bloc, saat sedang viral-viralnya, saat kesana rasanya langsung jadi hits banget. Banyak tenant menarik. Jadi, aku sampai antre waktu itu buat masuk,” ungkap Fairuz.  

Yang lainnya menganggap Blok M adalah kawasan pas untuk bernostalgia karena tak banyak yang berubah dari segi tata ruangnya. Beberapa bangunan cafe atau restoran di Blok M saat ini dibiarkan tak berubah, sehingga orang yang dulunya datang pada era 1990-an atau 2000-an merasa seperti memasuki mesin waktu ke masa lalu hari ini.

Ide mempertahankan keaslian tempat ini disebut dengan placemaking. Menurut Kurnia Nurazizah dalam “Kajian Placemaking pada Ruang Publik Kreatif M Bloc Space, Jakarta Selatan”, placemaking artinya konsep penciptaan tempat berkualitas yang di dalamnya memuat ikatan emosional, sampai kebermanfaatan baru. Konsep ini ternyata mampu menghidupkan kembali ruang yang dulunya terbengkalai atau sepi jadi bernilai seni dan rekreasi.

Baca Juga: Bagaimana Tata Ruang Memengaruhi Bahasa Campur-campur Ala Jaksel?

Sementara dari sisi psikologi, kecenderungan orang seperti Fairuz datang ke Blok M karena itu merupakan bagian dari insting alami manusia yang tidak akan hilang.

Kompas menyitir artikel bertajuk ”Why the long queue? The rise of competitive queuing in Asia” (2023) yang menjelaskan, manusia biasanya meniru perilaku orang di sekitarnya. Pakar perilaku konsumen Ken Hughes bilang, ”Ini naluri bertahan hidup yang telah kita lakukan puluhan ribu tahun. Ini disebut penggembalaan manusia (human herding), di mana orang berperilaku sesuai keinginan mereka. Dengan cara yang sama seperti orang di sekitar mereka dengan sangat cepat.”



#waveforequality


Avatar
About Author

Syifa Maulida

Syifa adalah pecinta kopi yang suka hunting coffee shop saat sedang bepergian. Gemar merangkai dan ngulik bunga-bunga lokal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *