Lifestyle

Di Tengah Krisis Akibat Pandemi, 7 Bisnis Ini Malah Bertumbuh

Pandemi mendorong krisis ekonomi, tapi ada paling tidak tujuh sektor bisnis yang bertumbuh di masa ini.

Avatar
  • April 14, 2020
  • 5 min read
  • 587 Views
Di Tengah Krisis Akibat Pandemi, 7 Bisnis Ini Malah Bertumbuh

Pandemi virus corona (COVID-19) bukan hanya berdampak fatal pada kesehatan manusia di seluruh dunia, namun bisnis di berbagai sektor pun terancam pailit. Banyak pekerja yang terancam dirumahkan sementara tanpa mendapatkan gaji bahkan dipecat tanpa pesangon.

Hampir seluruh negara di dunia mengalami perlambatan dalam sektor bisnis tanpa terkecuali. Di Amerika Serikat hingga pertengahan Maret lalu, 10 juta orang di kehilangan pekerjaannya karena banyak toko-toko dan bisnis yang terpaksa tutup. Hal ini juga terjadi di Indonesia dengan sejumlah perusahaan yang sudah memberhentikan pekerjanya karena tidak mampu membayar gaji mereka.

 

 

Dalam laman Kementerian Ketenagakerjaan, Menteri Ida Fauziyah mengatakan bahwa per 7 April, 1.010.579 pekerja telah dirumahkan dan dipecat dari 39.977 perusahaan di sektor formal. Sementara di sektor informal, 189.452 pekerja dari 22.753 perusahaan telah dirumahkan atau dikenai pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pakar ekonomi Aviliani mengatakan, di tengah krisis akibat pandemi global ini, pengusaha harus pintar-pintar dalam memanfaatkan situasi ini dan berpikir kreatif sehingga pemasukan tetap berjalan dan tidak perlu melepas pekerja.

“Saat ini banyak juga perusahaan yang mengubah barang-barang yang mereka produksi dan menyesuaikan kebutuhan pasar dalam situasi pandemi COVID-19,” ujarnya kepada Magdalene.

Memang di tengah pandemi ini, ada beberapa sektor bisnis yang tidak hanya bisa bertahan tapi juga bertumbuh. Berikut beberapa bisnis tersebut.

  1. Bisnis alat-alat kesehatan dan obat-obatan

Bisnis yang paling diuntungkan dalam situasi wabah seperti ini tentu saja bisnis alat kesehatan dan juga obat-obatan. Sejak pertengahan Februari, stok masker dan suplemen vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh mulai sulit dicari di apotek dan pasar swalayan. Kelangkaan masker ini terjadi di beberapa daerah. Sialnya, sejumlah oknum memanfaatkan situasi dengan menimbun masker dan menjualnya dengan harga gila-gilaan.

Beberapa perusahaan garmen besar seperti PT Pan Brothers dan juga Sri Rejeki Isman kemudian banting setir dengan memproduksi masker dan juga alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis. Pengusaha-pengusaha konveksi juga bergerak menyesuaikan diri dengan memproduksi masker kain.

Baca juga: Di Balik Toko Online, Ada Kerja Perempuan yang Terabaikan

  1. Bisnis sembako dan kebutuhan sehari-hari

Sejak pemerintah mulai mencanangkan darurat pandemi COVID-19 di awal Maret, pusat-pusat perbelanjaan mulai sepi dari pengunjung. Walaupun begitu, lalu lintas pemesanan secara daring di sejumlah laman ritel mulai padat. Konsumen mulai kesulitan mendapatkan jadwal pengiriman ke rumah karena permintaan pemesanan yang tinggi, sementara armada dan pekerja terbatas.

Marketplace.org, media daring di AS, menulis bahwa salah satu perusahaan yang menangguk untung di tengah wabah ini adalah Farmbox Direct, perusahaan sembako dan makanan/minuman yang menyediakan jasa pengiriman. Pendiri dari Farmbox Direct, Ashley Turner mengatakan, saat ini perusahaannya mendapatkan banyak pelanggan baru yang areanya mengalami kekosongan bahan sehari-hari.

“Banyak juga pelanggan baru yang memesan untuk orang tua atau kakek-nenek mereka yang  rentan terinfeksi COVID-19,” ujar Turner.

  1. Produk kebersihan

Wabah COVID-19 ini membuat semua orang semakin memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Sebuah survei yang dilakukan SurveySensum, platform kepuasan pelanggan, yang bekerja sama dengan Mobile Marketing Association (MMA) menunjukkan, konsumen di Indonesia saat ini banyak yang beralih ke gaya hidup sehat dan bersih. Hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas mencuci tangan.

Akibatnya, permintaan terhadap cairan pembersih tangan (hand sanitizer) juga produk pembersih lainnya meningkat pesat sejak awal Maret, berikut juga cairan desinfektan. Produk sabun cuci tangan dan kebersihan badan yang ada kandungan alkoholnya juga diburu konsumen. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan produk pembersih untuk bertahan dan mengembangkan bisnisnya.

  1. Internet dan layanan streaming

Karena banyak pekerja yang bekerja dari rumah akibat wabah COVID-19, ada pertumbuhan signifikan dari konsumsi penyedia layanan hiburan daring, seperti  aplikasi streaming Netflix, Spotify, YouTube, dan online games. Time.com melaporkan, lembaga riset Nielsen menemukan ada kenaikan sebesar 6 persen dalam penggunaan televisi di Amerika, dan 13 persen kenaikan dalam penggunaan alat streaming seperti smart TV.

Untuk sebagian orang saat, ini pilihan binge watching di situs-situs streaming seperti Netflix, Viu, dan Wetv menjadi hiburan bagi mereka di kala wabah, bahkan mereka bisa melakukan nonton bareng lewat aplikasi seperti Rave. Bosan menonton, permainan daring juga menjadi pilihan untuk menghilangkan penat dan kebosanan.

Dalam laporan TheWashingtonpost.com, industri video games yang setiap tahunnya meraup keuntungan US$120 miliar mengalami pertumbuhan pesat dengan jutaan pemain Games yang membeli permainan dari Steam dan toko daring lainnya.

Baca juga: ‘Freelancers’ dalam Krisis Corona dan Tips Atasi Tantangan Keuangan

  1. Aplikasi video call

Tidak bisa rapat secara fisik dengan tim di kantor karena COVID-19, akhirnya banyak perusahaan beralih ke mekanisme konferensi video atau panggilan video seperti Zoom, Skype dan aplikasi lainnya.

Aplikasi Zoom menjadi salah satu andalan masyarakat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan daring dengan kolega atau pun keluarga mereka. Dari laporan yang diterima pihak Zoom, ada sekitar 200 juta pertemuan daring yang berlangsung setiap harinya di aplikasi tersebut. Menurut laporan dari lembaga riset dan analis Bernstein, yang dikutip dari artikel DW.com,  saham dari perusahaan Zoom telah melonjak 50 persen sejak Februari lalu, karena investor yang bertaruh pada kenaikan jumlah masyarakat yang melakukan bekerja dari rumah.

Namun beberapa pekan ini kekhawatiran terkait dengan keamanan data pengguna aplikasi Zoom muncul, dan bahkan ada perusahaan yang melarang karyawannya untuk menggunakan Zoom.

  1. Kelas online kebugaran dan aplikasi kesehatan

Dalam situasi isolasi seperti sekarang ini, kelas daring menjadi pilihan, termasuk untuk berolahraga. The Economist menyebutkan, kondisi swa-karantina yang dijalankan hampir sebagian besar masyarakat dunia membuat penggunaan aplikasi kebugaran dan resep-resep masakan meningkat drastis.

Selain kebugaran, aplikasi meditasi seperti Headspace juga banyak dicari. Pada minggu terakhir di bulan Maret, Headspace mengalami lonjakan 19 kali lipat untuk pengguna yang menyelesaikan latihan penenang, dan lonjakan 14 kali lipat pada mereka yang melakukan sesi “membingkai kembali kecemasan.”

  1. Perusahaan sekuritas

Wabah COViD-19  juga membuat banyak harga saham anjlok. Orang-orang berduit dan perusahaan bingung, apakah harus membeli atau melepas saham mereka? Bagi perusahaan sekuritas atau investment bank, ini adalah peluang besar untuk mendapatkan keuntungan dari kebingungan para pemain saham. Perusahaan sekuritas memanfaatkan momentum ini untuk merekomendasikan saham-saham dari perusahaan mana saja yang bagus untuk dibeli atau dijual.



#waveforequality


Avatar
About Author

Elma Adisya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *