December 5, 2025
Culture Issues

Fakta Pestapora 2025: Sponsor Freeport, Salat Jumat Berjemaah, hingga Mundurnya Puluhan Musisi 

Festival musik Pestapora 2025 bikin heboh, bukan hanya karena penampilannya, tapi juga kontroversi sponsor Freeport yang bikin puluhan band mundur dari panggung.

  • September 14, 2025
  • 6 min read
  • 2578 Views
Fakta Pestapora 2025: Sponsor Freeport, Salat Jumat Berjemaah, hingga Mundurnya Puluhan Musisi 

Festival musik Pestapora 2025 pekan lalu jadi sorotan, bukan karena kemeriahan panggungnya, melainkan gelombang penolakan dari sejumlah musikus. Hal ini dipicu oleh hadirnya PT Freeport Indonesia sebagai sponsor utama acara. Imbasnya, beberapa musisi memilih membatalkan penampilan mereka di hari kedua festival, (6/6). 

Salah satu yang mundur adalah grup punk Sukatani. Melalui akun Instagram resmi mereka, @sukataniband, pengumuman pembatalan disampaikan hanya beberapa jam sebelum jadwal manggung. “Kami memutuskan untuk tidak jadi pentas di Pestapora 2025. Sampai jumpa di kesempatan lain. Terima kasih,” tulis mereka. 

Dikutip dari Tempo dalam artikel Fakta-fakta Banyak Band Putuskan Batal Tampil di Pestapora 2025, gitaris Sukatani Muhammad Syifa, mengungkap alasan di balik keputusan tersebut. “Iya, kami batal karena ada keterlibatan Freeport saja,” jelasnya. 

Menurut Syifa, Freeport adalah korporasi ekstraktif yang selama ini merusak alam, ekosistem, budaya, serta kehidupan sosial masyarakat Papua. Ia juga menambahkan, “Banyak pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan Freeport.” 

Gelombang penolakan dari musisi ini ternyata cuma salah satu dari banyak fakta Pestapora 2025 yang bikin festival tahunan ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Enggak hanya soal isu sponsor, penyelenggara juga terpaksa mengubah format acara demi menyesuaikan situasi politik yang lagi panas. 

Pergeseran jadwal ini kemudian jadi cerita lain yang enggak kalah heboh, karena langsung berimbas pada pengalaman penonton di lapangan. Dari yang awalnya siap nonton musik sore sampai tengah malam, tiba-tiba harus bangun pagi dan antre tiket sejak Subuh. 

Baca Juga: Menjadi Perempuan dalam Skena Musik 

Pestapora 2025 Dimulai Lebih Pagi dari Biasanya 

Menurut laporan Tempo dalam artikel Catatan Pestapora 2025: Dimulai Pagi hingga Puluhan Band Mundur, pihak penyelenggara Boss Creator terpaksa mengubah jadwal festival tahunan ini. Jika sebelumnya Pestapora berlangsung pukul 14.00–22.00 WIB, tahun ini acaranya dimajukan enam jam, yakni mulai pukul 08.00 hingga 20.00 WIB. 

Festival Director Rizky Aulia Ucup, atau yang akrab disapa Kiki Ucup, menjelaskan keputusan ini diambil demi keamanan. Lokasi Pestapora hanya berjarak 6,2 kilometer dari markas Brigade Mobil (Brimob) Kwitang, yang belakangan ditetapkan sebagai zona merah.  

“Yang tadinya Pestapora selalu dilaksanakan dari pukul 2 siang menuju 1 malam, kali ini kami akan memulai dari 8 pagi sampai pukul 8 malam. Harapannya ini bisa memberikan rasa aman dan nyaman untuk kalian tetap bisa hadir di Pestapora,” kata Kiki Ucup, tiga hari sebelum festival dimulai. 

Perubahan jadwal ini sempat menuai protes. Banyak penonton mengaku kesulitan menyesuaikan waktu berangkat, antre tiket, bahkan pola tidur mereka. Di TikTok, beberapa pembeli tiket meluapkan kekesalan mereka sambil menyalahkan DPR sebagai penyebab kegaduhan politik yang berdampak ke acara musik. 

“DPR sial*n, pespor pertama gue jadi start jam 8 pagi, lebih pagi dari jam gue ngantor.” 
“Puncak komedi kasus DPR, alhasil Pestapora start dari jam 8 pagi sampe jam 8 malem udah kaya jadi penonton bayaran Inbox kita.” 

Candaan tentang program musik pagi legendaris SCTV, Inbox, jadi salah satu cara penonton menghibur diri di tengah perubahan ini. 

Hari Pertama: Dari Maulid Nabi, Sarapan Bubur, sampai Salat Jumat 

Hari pertama Pestapora 2025 kebetulan jatuh pada peringatan Maulid Nabi. Antrean penukaran tiket sudah terlihat sejak Subuh, dan pedagang bubur ayam serta nasi uduk langsung kebanjiran pembeli. 

Yang membuat festival ini makin unik adalah pelaksanaan salat Jumat di area acara. Banyak penonton laki-laki datang dengan outfit kasual khas festival, lalu berganti pakaian saat waktu salat tiba. Lebih istimewa lagi, imam sekaligus khatibnya adalah Rhoma Irama, sementara muazinnya Fauzan dari band Sisitipsi. 

“Bisa-bisanya di tahun 2025 ini, kayaknya cuma satu festival ini yang ngajakin penontonnya buat bangun pagi, sholat Jumat bareng, dan ini bertepatan dengan Maulid Nabi,” tulis akun TikTok @Naffa.Bisabisanya yang membagikan pengalaman tersebut. 

Baca Juga: Riot Grrrl: Ruang Aman Perempuan di Skena Musik  

Puluhan Musisi Mundur karena Isu Freeport 

Sayangnya, euforia hari pertama langsung berubah jadi kekecewaan. Isu kerja sama Pestapora dengan PT Freeport Indonesia memicu protes besar dari musisi. Puluhan musisi memilih mundur, di antaranya Sukatani, The Jeblogs, Banda Neira, Bilal Indrajaya, .Feast, Hindia, Navicula, Kelelawar Malam, hingga The Panturas. 

Dalam pernyataannya di Instagram, Banda Neira menulis: “Kami ingin sikap dan perbuatan kami sehari-hari sesuai dengan apa-apa yang kami lantangkan di panggung. Musik bagi kami itu seperti janji pada diri sendiri, agar apa yang kami lakukan sejalan dengan nurani, dan selalu memikirkan yang tersisih dan terpinggirkan.” 

Hindia, yang sempat tampil di hari pertama, memutuskan membatalkan penampilannya keesokan hari. Sementara itu, band punk asal Bali, Rebellion Rose, tetap naik panggung. Namun mereka memilih mengembalikan 100 persen fee dan transportasi, lalu bernyanyi secara akustik di tengah penonton sebagai bentuk solidaritas. 

“Kami akan mengembalikan 100 persen pembayaran dan transport tanpa potongan apapun. Kemudian kami akan turun panggung dan bernyanyi dengan gitar unplugged seadanya dengan siapa saja yang hadir di arena kami,” ujar Rebellion Rose. 

Panitia Putuskan Kerja Sama dengan Freeport 

Setelah dihujani kritik warganet dan ditinggalkan puluhan musisi, Direktur Festival Pestapora Kiki Aulia Ucup akhirnya buka suara. Dalam video permintaan maaf yang dikutip dari Media Indonesia berjudul Kiki Ucup Minta Maaf: Tak Sepeser pun Uang Freeport Masuk ke Pestapora, ia menegaskan bahwa pihak penyelenggara memutuskan kerja sama dengan PT Freeport Indonesia. 

“Kami meminta maaf atas seluruh kejadian akibat kelalaian kami. Kami berupaya secepat mungkin dan sekuat tenaga untuk mewujudkan aspirasi dan suara teman-teman semua,” ujar Kiki Ucup melalui akun Instagram resmi Pestapora, (6/9). 

Ia juga memastikan tidak ada dana dari Freeport yang masuk ke Pestapora. “Kami pastikan tidak ada sepeser pun aliran dana yang kami terima dari PT Freeport Indonesia. Kami juga memastikan bahwa tidak akan adanya presence PT Freeport Indonesia di pelaksanaan Pestapora 2025 ini. Segala beban terkait implikasi dari kejadian ini menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya,” tambahnya. 

Pihak Pestapora juga menyampaikan permintaan maaf khusus kepada musisi dan band yang sudah tampil di hari pertama, (5/9). Meski diterpa kontroversi, festival tetap berlanjut hingga (7/9) di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta Pusat. 

Baca Juga: Kenapa Ada Musisi yang Masih Merilis Album Fisik di Era Digital Sekarang Ini? 

Mereka yang Memilih Tetap Tampil 

Meski banyak musisi memutuskan mundur, ada juga yang tetap naik panggung. Dikutip dari Tempo, band Barasuara memutuskan tampil sebagai bentuk penghormatan pada penonton yang sudah membeli tiket. “Seluruh hasil yang kami terima dari Pestapora akan kami donasikan ke Music Declares Emergency, sebagai bentuk komitmen kami dalam mendukung gerakan pelestarian lingkungan,” tulis Barasuara di Instagram. 

Langkah serupa diambil oleh Kunto Aji. Ia tetap manggung, tapi memilih menyumbangkan honor untuk mengampanyekan isu krisis iklim

Sementara itu, penyanyi Nadin Amizah yang tampil di hari kedua mengaku sempat dilema. Menurutnya, jika memutuskan mundur di Pestapora, ia juga harus konsisten tidak tampil di festival lain dengan sponsor serupa. 

Dalam penampilannya, Nadin menyampaikan pesan reflektif: “Bagaimana kalau kita kembalikan ruang-ruang kecil yang kita punya sebagai pelaku musik, saat kita tidak membutuhkan brand-brand raksasa. Kalau memang harganya adalah acara menjadi lebih kecil, bagaimana kalau kita sebagai manusia membutuhkan ruang yang kecil, yang lebih terkoneksi dengan musik tanpa ada bisnis yang terlalu raksasa,” ucapnya. 

About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.