Environment Issues

Apa itu COP29: Pendanaan Iklim dan Dampaknya buat Perempuan 

'Climate finance’ yang digadang-gadang bisa membantu Indonesia menangani krisis iklim, jadi agenda yang dibahas di COP29. Kita perlu mengawalnya bersama.

Avatar
  • November 13, 2024
  • 5 min read
  • 878 Views
Apa itu COP29: Pendanaan Iklim dan Dampaknya buat Perempuan 

Tahun ini, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyelenggarakan Conference of Parties (COP29) pada 11-22 November di Baku, Azerbaijan. Konferensi ini dihadiri oleh para pemimpin negara, ilmuwan, dan aktivis. Mereka akan mendiskusikan upaya untuk mengatasi pemanasan global, sebagaimana tujuan COP diselenggarakan sejak 1995. 

Kini, saat kondisi krisis iklim terus memburuk secara global, COP29 jadi semakin relevan. Sebut saja salju di puncak Gunung Fuji yang terlambat muncul—biasanya sudah terlihat sejak awal Oktober. Sebenarnya, Badan Meteorologi Jepang belum memastikan ini sebagai dampak pemanasan global. Namun, ada kenaikan suhu tertinggi sejak 1932, yakni -2 menjadi 1,6 derajat Celcius. 

 

 

Kemudian banjir bandang di Valencia, Spanyol Timur karena curah hujan yang tinggi. Saat diwawancara BBC, ahli iklim Dr Friederike Otto bilang, curah hujan tersebut akibat dari pembakaran bahan bakar fosil. Sebab, setiap pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas rumah kaca, membuat atmosfer menahan lebih banyak uap air. Karena itu, hujan turun lebih deras. 

Di Indonesia, contoh paling kentara adalah suhu terpanas yang mencapai 37-38 derajat Celcius Oktober lalu. Selain El Nino, suhu panas disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil, sehingga Bumi lebih banyak menangkap radiasi matahari. 

Karena kondisi-kondisi inilah, diperlukan koordinasi antara para pemimpin negara untuk menangani krisis iklim. Saat COP29, mereka juga akan meningkatkan perhatian terhadap ancaman perubahan iklim, sekaligus merefleksikan bahwa penanganan ini memerlukan kerja sama berbagai pihak—masyarakat sipil, sektor swasta, dan industri. 

Baca Juga: Konferensi Iklim Didominasi Laki-laki, Saatnya Tingkatkan Keterlibatan Perempuan 

Untuk lebih mengenal COP29, berikut Magdalene merangkum beberapa faktanya yang perlu kamu tahu. 

Agenda COP29 

Tahun ini, topik utama yang dibahas di COP29 adalah tema climate finance—atau pendanaan iklim. Sederhananya, topik ini berfokus untuk meningkatkan pendanaan iklim bagi negara-negara berpenghasilan rendah—termasuk Indonesia. Dana itu nantinya bisa dipakai untuk membantu masyarakat yang paling terdampak perubahan iklim.  

Pertanyaannya, siapa yang harus mendanai? Mereka adalah negara-negara berpenghasilan tinggi yang menghasilkan emisi karbon terbesar. Kita tahu, mereka mengeksploitasi bahan bakar fosil untuk produksi energi, atau investasi di industri manufaktur dan konstruksi. Adapun wujud pendanaannya berupa hibah, bukan pinjaman, demi menghindari krisis utang yang memburuk. 

Lalu, agenda yang terpenting adalah negosiasi New Collective Quantified Goal (NCGQ). Kerangka finansial ini bertujuan untuk menggantikan pendanaan iklim yang disepakati pada 2009. Yakni negara-negara kaya memobilisasi US$100 miliar—setara dengan Rp1.000 triliun—per tahun sampai 2020, untuk membantu negara berkembang. 

Namun, karena negara-negara berkembang mempertanyakan efektivitas pendanaan dan kebutuhan yang meningkat setiap tahun—mencapai triliunan dolar, dibutuhkan mekanisme keuangan yang lebih kuat dan efektif. 

Polemik di Balik Lokasi COP29 

Kali ini, COP29 diselenggarakan di Baku, Azerbaijan. Menariknya, Azerbaijan merupakan negara yang ekonominya bergantung pada minyak dan gas—bahkan menyumbang 90 persen dari ekspor dan setengah dari total produk domestik bruto. 

Selain itu, Azerbaijan juga menggunakan kesempatan ini untuk memosisikan diri sebagai peacemaker. Padahal, mereka punya sejarah yang bertolak belakang. Seperti pelanggaran HAM dan hukum internasional, tuduhan genosida, dan agresi militer terhadap masyarakat Nagorno-Karabakh. 

Baca Juga: COP 28 Sepakati Dana ‘Loss and Damage’ atau Ganti Rugi Krisis Iklim, Apa itu? 

Inisiatif yang Berkaitan dengan Kesetaraan Gender 

Perempuan merupakan salah satu pihak yang paling terdampak krisis iklim. Sayangnya, hanya 0,01 persen pendanaan global yang mendukung proyek maupun menangani perubahan iklim dan hak-hak perempuan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif UN Women dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Sima Bahous, saat COP 28. 

Maka itu, COP perlu melibatkan inisiatif yang responsif gender dalam menyusun kebijakan dan aksi iklim. Tujuannya supaya kebijakan yang diterapkan dapat mengatasi ketimpangan gender, sekaligus menjawab kebutuhan dan peran kelompok minoritas gender dan seksual.  

Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa inisiatif responsif gender yang akan disampaikan di COP29. Inisiatif itu mencakup investasi, serta isu makanan dan air. Misalnya mempromosikan edukasi teknologi hijau dan praktik berkelanjutan, untuk mendorong pemberdayaan perempuan dalam ekonomi rendah karbon. Lainnya, menekankan inklusivitas bagi kelompok rentan, supaya suara mereka lebih didengar dalam diskusi terkait iklim dan masalah air. 

Dampak Pendanaan Iklim bagi Perempuan 

Menerapkan inisiatif yang responsif gender dapat meningkatkan produktivitas, pembangunan sosio-ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Contohnya memberikan pendanaan untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. United Nations Development Programme (UNDP) menjelaskan, ini dapat meningkatkan proyek pengelolaan hutan sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati. 

Untuk mempraktikkan inisiatif tersebut, perempuan perlu dilibatkan sebagai pengambil keputusan utama dalam pendanaan iklim—termasuk terlibat dalam sektor swasta dan mekanisme berbasis pasar. Sebab, mereka yang memahami, meninjau, dan mengevaluasi kebutuhan kelompok rentan. 

Baca Juga: 5 Kabar Baik Terbaru tentang Lingkungan yang Harus Kamu Tahu 

Apa yang Indonesia Sampaikan di COP29? 

Melansir CNN Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq dan Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Lingkungan Hidup, Hashim Djojohadikusumo menyebutkan, beberapa hal yang akan disampaikan Indonesia di COP29 nanti. Yaitu keberhasilan mengurangi emisi gas rumah kaca, target pengurangan emisi tersebut pada 2030 sebanyak 31,89 persen, dan kolaborasi dengan negara yang hadir terkait perdagangan karbon. 

Keberhasilan mengurangi emisi gas rumah kaca pernah disampaikan Mantan Presiden Joko Widodo pada Juni lalu. Ia mengatakan, Indonesia berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sepanjang 2020-2023. Namun, kebijakan tersebut belum mencapai batas kenaikan suhu global di angka 1,5 derajat Celcius, seperti ditetapkan saat Perjanjian Paris pada 2015. 

Kenapa Kita Harus Peduli? 

Keputusan-keputusan yang dibicarakan dalam COP29 berdampak langsung pada hidup dan masa depan kita—secara spesifik dalam rencana pendanaan dan penanganan krisis iklim. Selain inisiatif dan perjanjian para pemimpin negara, kita  perlu memantau dan menuntut kesepakatan mereka mengatasi perubahan iklim. Bahkan ikut terlibat dalam hal-hal kecil yang bisa dilakukan, supaya Bumi menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. 

Sebab, permasalahan ini bukan hanya tanggung jawab kelompok elit. Peran masyarakat—perempuan dan kelompok marginal lain—juga dibutuhkan. Kamu bisa memulai dengan mengedukasi diri soal isu lingkungan dan krisis iklim, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, belanja sesuai kebutuhan, dan mengurangi sampah makanan.   



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *