Dari Konten Prank Hingga Mandi Lumpur: Fenomena Konten-Konten Nyeleneh Masa Kini
fenomena konten untuk ‘ngemis online’ seperti mandi lumpur sudah ada sebelumnya
Perkembangan teknologi dunia di masa sekarang membuat platform media sosial semakin banyak. Kalau dulu di tahun 2010-an kita mengenal yang namanya Facebook. Facebook bisa dibilang sebagai pembuka jalur dari ketenaran media sosial ini. Walaupun sebelum Facebook terdapat beberapa platform media sosial yang hidup. Tapi nasibnya tidak seberuntung Facebook. Awal mula facebook kita bisa mengirimkan pesan melalui teks dan gambar.
Seiring berjalannya waktu, pesaing facebook pun mulai bermunculan. Dan fitur-fitur yang mereka bagikan semakin banyak dan mempermudah akses pra pengikutnya. Seperti Instagram dengan gambar dan videonya. Serta Tik Tok sekarang yang makin booming dan cukup merajai platform-platform selain mereka.
Kecanggihan fitur-fitur yang diberikan oleh platform media sosial ini, membuat mayoritas penduduk Indonesia juga dunia mulai beralih mencari uang dengan cara digital. Biasa kita melihat para selebgram yang membuat konten dengan mempromosikan sebuah produk. Istilah lainnya endorsement.
Meskipun endorsement masih dilakukan oleh umumnya oleh selebgram, influencer dan konten kreator. Namun justru semakin banyak konten-konten yang bisa dibilang unik dan tidak biasa yang menjadi sasaran selanjutnya konten kreator untuk mencari uang secara instan. Mereka melakukannya atas dasar membutuhkan uang dan ketenaran sesaat. Padahal tentunya menjadi seorang konten kreator itu tidaklah mudah. Butuh banyak ide dan kreatifitas agar terciptanya sebuah konten yang menarik.
Baca juga: Ancaman Utama yang Perlu Diatasi Lewat UU Perlindungan Data Pribadi
Justru karena Tik Tok semakin ramai digandrungi oleh orang-orang. Beberapa konten kreator ini justru ‘menyalahgunakan’ platform media sosial ini sebagai ajang untuk mencari perhatian mayoritas orang agar viral.
Ngemis Online dan Konten-Konten Nyeleneh untuk Mencari Uang Secara Instan
Sebelum ramainya konten-konten viral di Tik Tok, konten kreator juga sempat membuat viral melalui Youtube. Beberapa yang viral adalah konten-konten prank. Prank orang tua, prank memberikan giveaway hingga prank mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Seperti yang dilakukan oleh publik figur Baim Wong dan istrinya. Alih-alih menghibur penontonnya, justru konten mereka menuai kecaman dari publik. Bahkan pihak kepolisian pun sampai harus menjadi bagian dari konten tersebut.
Sekarang konten-konten viral nyeleneh ini beralih tersebar di Tik Tok. Awalnya Tik Tok sendiri terkenal karena banyaknya konten menari dan joget yang dilakukan oleh pembuat video. Bahkan Tik Tok sempat mendapat kecaman dan perundungan dari para netizen karena ‘artis’ Tik Tok cenderung ‘alay’ bagi mereka.
Sebut saja Bowo yang dulu hanyalah seorang anak remaja terkenal dengan jogetnya. Pun dulunya dihujat karena kontennya dianggap berlebihan untuk anak seusia Bowo. Justru setelah viralnya dia dan menuai banyak bully dari netizen. Orang-orang mulai menggemari apa yang dilakukan Bowo dulu. Hal yang dianggap alay seperti joget Tik Tok kembali muncul ke permukaan. Selebriti Indonesia juga membuat akun dan melakukan aksi joget-joget yang sempat viral ini.
Tapi di tahun sekarang, joget-joget Tik Tok ini tidak lagi digandrungi. Sudah banyak yang beralih membuat konten-konten yang dianggap aneh dan tidak biasa. Ada yang membuat konten makan garam, melamun tanpa melakukan apa-apa, hingga konten mandi lumpur atau air kotor yang sedang menjadi bahan perbincangan sekarang.
Mandi Lumpur dan Fenomena Konten Nyeleneh Ini Akan Terus Terjadi
Salah satu konten yang sedang viral dan menjadi bahasan publik adalah mandi lumpur. Konten ini awalnya hanya melibatkan anak muda saja tapi sekarang justru talentnya beralih menjadi orang tua. Mereka dibiarkan kedinginan di ruang terbuka dengan terus menerus mengguyur tubuhnya dengan air.
Baca juga: Marak Konten Kreator Seputar Dunia Kerja, Bisakah Berdayakan Perempuan?
Awalnya mandi lumpur ini dianggap sebagian yang menontonnya merasa iba. Mereka pun memberikan gift yang ada di fitur Tik Tok. Lama kelamaan karena terlalu mengeksploitasi orang tua, mandi lumpur ini mendapat kecaman dari publik. Alasan lainnya karena sang pembuat konten kreator Sultan Akhyar dianggap menjadikan hal ini sebagai untuk mencari uang secara instan.
Sultan Akhyar sang konten kreatornya pun sempat memamerkan beberapa barang-barang yang dibelinya dengan hasil uang dari gift Tik Tok. Di akun facebooknya, dia mengunggah motor seharga tiga puluh lima juta. Serta seperangkat komouter dan smartphone baru yang akan digunakannya untuk melakukan live streaming di Tik Tok.
Ketenaran mandi lumpur membuat media tv memutuskan untuk mengundang mereka. Hal ini pun menjadikan media yang seharusnya memberikan efek edukasi agar tidak ada terjadi lagi konten nyeleneh ini, malah menormalisasi tindakan ini.
Di acara tv di salah satu stasiun tv swasta Indonesia, dia bercerita kalau ia melakukannya ini sematan untuk membantu para orang tua ini mendapat uang. Sultan juga menceritakan kalau warga yang hidup di desanya ini sangat miskin dan banyak terlilit utang. Maka dari itu banyak warga desa yang meminta bantuan dengannya untuk ikut dalam kegiatan mandi lumpur ini. Ia juga membantah telah mengeksploitasi para orang tua. Eksploitasi atau tidaknya, hal yang dilakukan oleh Sultan tidak bisa dianggap benar juga. Ada banyak cara agar bisa mendapat uang yang benar seperti mencari pekerjaan yang layak. Selain itu media juga melakukan kesalahan karena mengundang mereka yang bisa disaksikan oleh orang di seluruh Indonesia.
Itulah mengapa konten-konten aneh dan nyeleneh ini makin digemari oleh masyarakat luas karena media seolah menjadikan ini sebagai suatu hal yang lumrah. Selain itu pihak dari platform juga perlu menindaklanjuti konten-konten semacam ini. Semakin banyak perhatian yang diberikan maka akan semakin berlanjut mandi-mandi lumpur yang lain.
Baca juga: Dear Baim Wong dan Paula, KDRT itu Bukan Bahan Candaan
Menurut Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajat Sulistyo Widhyarto, seperti yang diberitakan oleh Republika menyebutkan bahwa fenomena ‘ngemis online’ ini akan berhenti jika warganet tidak mendukung kegiatan tersebut. Dalam hal ini media juga ikut berperan. Derajat juga mengatakan pemerintah juga tidak perlu meregulasi khusus fenomena ini. Perlu dilakukan oleh pemerintah adalah mengedukasi pengguna sosial media untuk tidak mendukung upaya berbelas kasih kepada orang lain guna mendapat keuntungan di media sosial. Apalagi jika yang dilakukan dengan cara mengeksploitasi orang rentan seperti orang tua dan anak-anak kecil.
Mandi lumpur ini bisa trending dan viral karena algoritma dan interaksi yang tinggi sehingga membuatnya menjadi video FYP atau For You Page. Kompas menyebutkan bahwa pol aini akan mengundang perhatian para pengguna jika berada dalam urutan atas. Konten-konten cenderung yang berisi sensasi dan perdebatan serta perhatian publik luas akan cenderung membuatnya naik dan menjadi teratas. Para pembuat konten pun berlomba-lomba ingin mencari atensi.
Maka dari itu selain dibutuhkan dukungan warganet dan juga pemerintah untuk mengatasi ngemis online ini, dukungan dari pihak platform juga dibutuhkan. Contohnya dalam hal ini Tik Tok dibutuhkan tindakan tegas, missal men-take down konten-konten yang dianggap nyeleneh. Perlu adanya kerja sama sangat penting dilakukan.
Kita juga sebagai warganet harus benar-benar pintar untuk memilih konten apa saja yang dianggap menghibur. Tanpa harus mengorbankan dan mengeksploitasi orang-orang yang tidak berdosa. Jangan hanya demi hiburan semata kita justru malah jadi menjatuhkan status dan mengorbankan konten-konten yang mendidik.