December 14, 2025
Environment Issues

Indonesia Dapat “Fossil of The Day”: Dianggap Bawa Pelobi Fosil ke COP30 

Indonesia dinilai enggak komit menurunkan panas Bumi. Sebaliknya, Indonesia justru terang-terangan membawa 46 pelobi bahan bakar fosil ke COP 30.

  • November 24, 2025
  • 3 min read
  • 673 Views
Indonesia Dapat “Fossil of The Day”: Dianggap Bawa Pelobi Fosil ke COP30 

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP30 di Brasil berlangsung tegang ketika Climate Action Network (CAN) International menjatuhkan penghargaan sindiran “Fossil of The Day” untuk Indonesia. Kritik itu muncul setelah Indonesia tercatat membawa 46 pelobi bahan bakar fosil ke arena negosiasi. 

Koalisi CAN—yang berisi 1.900 organisasi masyarakat sipil di seluruh dunia—menyebut Indonesia sebagai contoh buruk negara yang tidak menunjukkan komitmen menurunkan suhu bumi. Menurut mereka, Indonesia justru mendorong aturan permanen yang lebih longgar dan perlindungan lingkungan yang lebih lemah. 

CAN juga menilai Indonesia aktif mempromosikan pasar karbon di luar ruang negosiasi COP30. 

“Negara-negara maju mungkin telah menulis skenario ini, tetapi Indonesia justru memberikan konsekuensi yang paling berani. Mereka menggunakan ruang negosiasi PBB untuk memperkuat tuntutan industri bahan bakar fosil. Dalam COP yang dimaksudkan untuk memperkuat ambisi dan transisi yang adil. Indonesia justru mencoba melemahkan aturan-aturan yang menyatukan Perjanjian Paris,” katanya seperti dikutip dari situs resmi mereka (23/11). 

Baca Juga: Jejak Karbon Makin Banyak, Yakin Masih Mau Pakai Spotify? 

Dampak Usulan Indonesia di Arena Negosiasi 

Pertemuan tahunan COP30 adalah forum utama negara-negara dunia untuk menjaga agar kenaikan suhu bumi tidak melampaui batas aman 1,5 derajat Celsius. Setiap negara membawa komitmen dan langkah konkrit terhadap mitigasi krisis iklim. 

Namun, menurut laporan DW, Direktur Regional dan Koordinator CAN Asia Tenggara, Nithi Nadurai, usulan Indonesia terkait pembahasan Pasal 6.4 tentang pasar karbon justru akan merusak tata kelola lingkungan. 

“Usulan Indonesia akan melemahkan tata kelola pasar karbon dan membuka jalan bagi proyek perdagangan kredit karbon yang seharusnya tidak disetujui,” ujarnya kepada DW Indonesia (19/11). 

Nithi menambahkan, CAN menolak intervensi yang diinisiasi oleh pelobi industri Indonesia. 

“Dengan kepentingan material langsung maupun tidak langsung dalam pasar karbon, kelompok ini akan diuntungkan dari aturan yang dilonggarkan. Karena hal ini menunjukkan konflik kepentingan yang jelas, intervensi tersebut harus ditolak,“ katanya. 

Ia menegaskan Indonesia seharusnya mengambil posisi melindungi manusia dan planet, bukan menyuarakan agenda industri. 

“Indonesia seharusnya bernegosiasi dengan itikad baik dan menghindari menyuarakan posisi kelompok pelobi yang berorientasi pada kepentingan diri dan keuntungan,” tutupnya. 

Baca Juga: #PerempuanRawatBumi: Menuju Kampung ‘Zero Waste’, Perlawanan Senyap dari Rawageni Depok 

Sikap Mendua Indonesia 

CAN juga menyoroti situasi iklim di Indonesia yang masih dipenuhi pencemaran dan dominasi korporasi besar, bertolak belakang dengan sikap pemerintah di forum global. 

“Indonesia menonjol karena memberikan mikrofon secara langsung kepada kepentingan yang mendorong krisis sementara rakyatnya sendiri mengalami dampak iklim yang parah,” katanya seperti dikutip CAN (22/11). 

Selama proses negosiasi COP, penghargaan “Fossil of The Day” diberikan kepada negara-negara yang dianggap paling menghambat kemajuan perundingan. Penghargaan ini pertama kali muncul pada konferensi iklim Bonn pada 1999 oleh Forum LSM Jerman. 

Hingga berita ini disusun, Magdalene telah mengirimkan permintaan komentar kepada Kementerian Lingkungan Hidup melalui Sekretaris Kementerian maupun Sekretaris Utama BPLH, Rosa Vivien Ratnawati. Namun pesan tersebut belum mendapatkan jawaban. 

About Author

Ahmad Khudori

Ahmad Khudori adalah seorang anak muda penyuka kelucuan orang lain, biar terpapar lucu.