Era Baru Kolaborasi, ‘Magdalene’ Lakukan Kerja Sama Strategis dengan ‘The Jakarta Post’
Dengan rekam jejak 'The Jakarta Post' yang terbukti dalam hal integritas dan independensi jurnalisme, 'Magdalene' yakin untuk memulai perjalanan maju bersama.
Hari ini dengan gembira kami mengabarkan sebuah Kerja Sama Strategis antara Magdalene dan media utama berbahasa Inggris The Jakarta Post. Momen ini dimulai dengan Investasi Strategis The Jakarta Post di Magdalene, sebuah langkah untuk membangun sinergi kreatif yang kuat dan menciptakan ekosistem media yang lebih dinamis.
Kolaborasi ini diharapkan juga bisa memperluas jangkauan audiens, memberikan ruang untuk suara yang lebih beragam, serta menghadirkan semakin banyak diskusi penting tentang kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan keberagaman.
“Kolaborasi strategis dengan Magdalene ini mewakili visi bersama kami untuk mendorong media yang inklusif dan progresif di Indonesia,” tutur Jusuf Wanandi, salah satu pendiri dan Presiden Direktur The Jakarta Post.
“Dengan bergabung, kami tidak hanya memperkuat percakapan penting seputar kesetaraan gender dan keadilan sosial, tetapi juga memastikan suara-suara yang beragam memiliki platform yang lebih kuat untuk didengar.”
Wanandi menambahkan, “Di The Jakarta Post, kami selalu bersemangat untuk memperluas kolaborasi kami dengan berbagai entitas lain guna memperkuat kebebasan pers, yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia di masa mendatang.”
Baca juga: Bukan Zaman Kompetisi, Media Perempuan Perlu Kolaborasi
Dengan perkembangan baru ini pula, Magdalene akan jadi bagian The Jakarta Post Group, bersama dengan The Jakarta Post, Tenggara Strategics, dan B/NDL Studios. Tenggara Strategics adalah Lembaga riset dan konsultasi yang menyediakan wawasan mutakhir soal lanskap politik, ekonomi, dan bisnis Indonesia. Sementara itu B/NDL Studios adalah ruang kreatif yang fokus dalam pengembangan konten, desain, pelatihan, dan lokakarya untuk bisnis dan organisasi media.
Bagi Magdalene, Kerja Sama Strategis ini akan menandai babak baru dalam perjalanan Magdalene sebagai perusahaan media yang dibangun sebelas tahun lalu dengan semangat idealisme jurnalistik yang progresif dan inklusif.
Devi Asmarani, CEO dan Pemimpin Redaksi Magdalene.co bilang, “Kemitraan ini merupakan tonggak penting bagi Magdalene.”
“Sebelas tahun silam, kami adalah media yang dikelola dua orang sebagai alat perlawanan terhadap narasi yang merugikan perempuan. Perlahan kami berkembang menjadi saluran multimedia yang memimpin gerakan dalam peliputan isu-isu terkini melalui sudut pandang gender, sekaligus memberdayakan pembaca muda.”
Devi melanjutkan, “Saat jurnalisme harus terus-menerus mempertahankan diri dari gangguan digital dan perubahan konsumsi media, kolaborasi adalah cara paling logis untuk memperluas jangkauan, memperkuat dampak, dan memastikan keberlanjutan. Dengan rekam jejak The Jakarta Post yang terbukti dalam hal integritas dan independensi jurnalisme selama 41 tahun, kami yakin untuk memulai perjalanan maju bersama.”
Kolaborasi strategis ini merupakan peluang menarik untuk melanjutkan pekerjaan penting yang telah Magdalene lakukan, dengan kekuatan tambahan berupa kerja sama yang kuat. Baik melalui pengembangan konten, perencanaan strategis, atau proyek bersama, kemitraan yang erat ini akan menciptakan lebih banyak peluang.
Devi menambahkan: “Kolaborasi ini sendiri takkan berdampak pada agenda dan kemandirian editorial Magdalene. Justru sebaliknya, kami percaya dan yakin pada integritas dan dan komitmen The Jakarta Post akan jurnalisme yang berkualitas.”
Baca Juga: Perempuan dan LGBT di Media Online: Direndahkan dan Dilecehkan Demi Konten
Era Baru Kolaborasi
Yang dikatakan Devi ada benarnya. Kolaborasi jurnalisme memang dipandang sebagai salah satu jalan ninja untuk bisa membuat bisnis media tetap berkelanjutan. Tak cuma itu, kolaborasi juga bisa meningkatkan mutu liputan sekaligus memperluas jangkauan audiens.
Ada beragam contoh kolaborasi jurnalistik yang sukses di dunia. Mulai dari liputan Pemilihan Umum di Eropa dan AS hingga Panama Papers, proyek liputan kolaboratif terbesar dalam sejarah, yang melibatkan lebih dari 100 mitra media dalam 25 bahasa di hampir 80 negara, catat Montclair State University. Saking besar dampaknya, proyek kolaboratif macam Panama Papers, Marshall Project dan ProPublica, serta Tampa Bay Times dan Sarasota Herald-Tribune bahkan pernah dianugerahi Penghargaan Pulitzer.
Jauh sebelum itu, kolaborasi media terjadi pada 1846 ketika enam surat kabar harian New York bergabung membentuk The Associated Press. Tujuannya guna bekerja sama dalam menerima berita serta membagi biaya secara merata. Ada juga CNN yang dibentuk pada 1980, dan mengkodifikasikan pembagian ruang redaksi antara kantor pusat nasional dan afiliasi berita televisinya.
Dalam laporan bertajuk Comparing Models of Collaborative Journalism (2017) dijelaskan, kolaborasi di era pasca-2000 dilakukan dengan kerja sama lebih banyak pihak lagi. Bahkan melibatkan entitas lain, termasuk akademisi dan aktivis. J-Lab, yang didanai oleh Knight Foundation misalnya pernah membina sembilan kolaborasi ruang redaksi, empat di antaranya masih aktif pada 2009. Masih di tahun yang sama, Corporation for Public Broadcasting (CPB) mulai mendanai kolaborasi jurnalistik. Hingga 2017 CPB telah menginvestasikan hampir US$32 juta dalam 29 kemitraan lokal dan regional, dan masih terus bertambah.
Di Indonesia, kita melihat sederet contoh kolaborasi media yang berhasil dan berdampak luas buat masyarakat. Misalnya kolaborasi Tirto, Jubi, dan The Jakarta Post pada 2018 saat meliput kerusuhan di Wamena, Papua. Tirto, The Jakarta Post, Vice Indonesia, dan BBC Indonesia juga pernah berkolaborasi dalam menginvestigasi kasus-kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi.
Yang terbaru, kolaborasi media perempuan di mana Magdalene terlibat di dalamnya bersama dengan Bincangperempuan.com (Bengkulu), Dewiku.com (Jakarta), DigitalmamaID (Jawa Barat), Femini.ID (Aceh), KatongNTT.com (NTT), Kutub,co (Jawa Barat), Simburcahaya.com (Sumatera Selatan), dan Tentangpuan.com (Sulawesi Utara).
Dalam artikel di Magdalene dijelaskan, ada empat manfaat kolaborasi media. Di antaranya mengoptimalkan sumber daya, membuat hasil liputan lebih beragam dan kuat, membuat hasil liputan jadi lebih mendalam dan konteksual, terakhir berpotensi membuat isunya teramplifikasi lebih luas dan berdampak besar. Melihat beragam manfaatnya, sudah pas jika menyebut bahwa kolaborasi adalah pilihan yang rasional hari ini untuk media.
Ikuti kami di:
The Jakarta Post: thejakartapost.com
Tenggara Strategics: tenggara.id
B/NDL Studios: bndlstudios.co
Magdalene.co: magdalene.co