Culture Events

‘Kabut Berduri’: Crime-Thriller dari Edwin dan Misteri di Perbatasan

Edwin mengeksplorasi genre crime-thriller, mengangkat cerita detektif di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan.

Avatar
  • August 5, 2024
  • 3 min read
  • 2964 Views
‘Kabut Berduri’: Crime-Thriller dari Edwin dan Misteri di Perbatasan

Bekerja sama dengan Netflix, sutradara Edwin dan Palari Film merilis Kabut Berduri (2024) Kamis (1/8) lalu. Film bergenre crime-thriller ini menceritakan Sanja (Putri Marino)—detektif asal Jakarta yang dimutasi ke daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan.

Sejak tahun 2000-an, Edwin tertarik mengisahkan realitas di perbatasan. Awalnya, ia mendengar cerita ini dari Dave Lumenta—antropolog yang juga dan penata musik dan riset Kabut Berduri. Dave mengatakan, mayat-mayat di tanah tak bertuan (no man’s land) belum tentu diurus. Sebab, areanya tidak memiliki hukum sehingga bukan tanggung jawab negara manapun untuk mengurus.

 

 

Edwin pun tertarik untuk mengemas cerita itu dengan genre crime-thriller. Menurutnya, cerita detektif yang mengungkap pembunuhan belum banyak diangkat dalam perfilman di Indonesia. Dan ini menjadi kesempatan bagi Edwin untuk menyampaikan cerita yang tidak berpusat di Jawa.

Baca Juga: Riset Menjawab Kenapa Kita Bisa Ketagihan Nonton Netflix

“Saya tertarik dengan cerita, kultur, dan hidup orang-orang di Kalimantan. Ternyata, apa yang kita lihat sebagai orang yang tinggal di Jawa terhadap kehidupan di perbatasan, jauh banget dari realitasnya,” ungkap Edwin dalam rilis yang diterima Magdalene. 

Demi menangkap realitas kultur dan masyarakat di sana, Edwin memutuskan syuting di Kalimantan—meski artinya ada tantangan dalam mempersiapkan dan melaksanakan logistik. Selain itu, para aktor juga bisa menunjukkan pengalaman mereka menempuh perjalanan panjang, lewat mata yang tertangkap oleh kamera.

Karakter-karakter dengan Latar Belakang yang Kompleks 

Dalam Kabut Berduri, pengalaman karakter di masa lalu muncul lewat perilaku mereka. Contohnya Sanja. Ia tak hanya bertemu dengan cerita-cerita gelap di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, tetapi juga masa lalunya. Ini menambah tantangan bagi Sanja, lantaran harus mengungkap perdagangan manusia dan pembunuhan berantai, sekaligus menghadapi trauma.

Rumitnya latar belakang Sanja menjadi hal baru bagi Putri, meski sebelumnya pernah memerankan polisi dalam The Big 4(2022). Saat memerankan Dina dalam The Big 4, karakternya berfokus pada konflik internal. Sedangkan dalam Kabut Berduri, Putri harus memahami hierarki dan profesi polisi, supaya bisa mendalami cara berpikir polisi yang dimutasi dari kota besar ke daerah perbatasan.

Baca Juga: Dari Netflix sampai iflix: Peta Kompetisi Layanan ‘Streaming’ di Asia Tenggara

Karena itu, Putri melakukan beberapa cara untuk mendalami karakter Sanja: Mengikuti workshop kelas menembak, ngobrol dengan polisi soal perspektif bekerja di perbatasan, dan banyak berdiskusi dengan Edwin saat reading.

“Putri belum pernah merasakan bebannya Sanja. Jadi aku dan Mas Edwin menciptakan dunia kecil untuk mengurai permasalahan yang dialami Sanja,” tuturnya pada Magdalene, Kamis (11/7).

Selain Sanja, ada karakter lain dengan latar belakang yang kompleks. Adalah Bujang (Yudi Ahmad Tajudin), imigran dari Jawa yang menjaga kebun sawit. Di masa muda, ia memandu pasukan TNI yang mencari gerilyawan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) di hutan. Hal itu membuat Bujang dekat dengan kekerasan hingga berdampak ke hidupnya.

Baca Juga: Panduan Nonton ‘Joko Anwar’s Nightmares & Daydreams’

Mirip dengan Putri, untuk mendalami karakter Bujang, Yudi pun berdiskusi dengan sutradara. Bedanya, ia mempelajari masalah-masalah yang memicu perbuatan Bujang di film—misalnya bagaimana bisa sampai ke Kalimantan dan bergabung dengan Paraku atau TNI. Kemudian, Yudi membangun latar belakang karakternya bersama Edwin.

“Di sini backstory penting karena nggak ada di naskah. Dari situ, saya membayangkan yang dialami Bujang.” kata Yudi. “Pas di lapangan juga ngobrol dengan penjaga keamanan kebun sawit untuk tahu latar belakang hidup sehari-hari dan lingkungannya.”



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *