December 5, 2025
Culture Issues

Kenapa ‘Performative Male’ yang ‘Red Flag’ Bisa Viral?

Belakangan, netizen lagi ramai membahas performative male, bahkan sampai ada kontesnya. Jadi, sebenarnya performative male tuh apa sih?

  • August 15, 2025
  • 2 min read
  • 2335 Views
Kenapa ‘Performative Male’ yang ‘Red Flag’ Bisa Viral?

Performative male core: outfit edgy, pake earphone kabel, minum matcha, dan menenteng buku yang ngebahas isu perempuan. 

Hmm… jadi sebenarnya, performative male tuh apa sih?

Dilansir dari cna.id, performative male adalah istilah untuk laki-laki yang menampilkan citra memiliki kesadaran sosial dan emosional tinggi. Mereka akan menggunakan segala hal yang bikin terlihat emotionally available dan woke, mulai dari outfit, lagu, dan buku. 

Menurut Esquire, mereka menghindar dari citra maskulin tradisional yang mengedepankan ketangguhan fisik dan menampilkan diri lebih peka secara emosional serta intelektual. Akhirnya, mereka memakai hal-hal yang disukai perempuan hanya untuk menarik perhatian perempuan.

Baca juga: Apa yang Sebenarnya Kita Cari dalam Segelas ‘Ceremonial Grade Matcha’?

Tren Laki-laki Performatif Sudah dari Dulu, What’s So New?

Sebetulnya, the idea of men being performative bukan hal baru. Medsos pernah ramai sama: fenomena red pill yang menunjukkan cara jadi “laki-laki sejati”; podcast bro yang ngomongin pengalaman sekumpulan laki-laki “menaklukan perempuan” berjam-jam di podcast yang enggak diedit; dan gymfluencer yang menekankan laki-laki harus lebih kuat secara fisik daripada perempuan. 

Melansir The Washington Post, sebenarnya performative male sama saja kayak semua fenomena itu. They’re all performing. Yang membedakan, performative male hadir di tengah dunia yang capek lihat performance misogini dari laki-laki. Makanya fenomena baru ini bisa seramai itu di internet.

Tapi, performance tetap performance. Performative male belum tentu benar-benar peduli isu perempuan. Bisa saja semuanya cuma pura-pura. Remember, never judge a book by its cover.

Baca juga: Redyadivka Ariarafa: Bicara Soal Perempuan Tanpa Jadi “Ngab-ngab Paling Woke”

Peduli sama isu gender enggak bisa ditunjukkin lewat performance yang lebih fokus ke penampilan. Kepedulian itu cuma bisa terlihat dari sikap dan tindakan. Tapi lucu ya, orang lagi pura-pura malah dijadiin kontes… 

Ini bukan mau menggeneralisir laki-laki dengan taste fashion, lagu, buku, atau minuman tertentu, ya. Pasti enggak semua laki-laki yang minum matcha, pakai keychain lucu, atau baca buku kesetaraan gender di tempat umum, cuma mau perform kok. Mereka bisa saja benar-benar suka.

Tapi, kalau tiba-tiba dia motong kalimatmu untuk mansplaining soal kesetaraan gender, you better run for your life!

Ilustrasi oleh Karina Tungari

About Author

Andrei Wilmar

Andrei Wilmar bermimpi buat jadi wartawan desk metropolitan.