5 Artikel Pilihan: #AllEyesonSumatera, Nikah Siri, hingga KBGO dalam Pinjol
1. Bencana Sumatera Bukan Panggung Hiburan, Setop jadi ‘Performative Government’
Setelah berhari-hari linimasa media sosial penuh dengan video warga Sumatera yang terjebak banjir, kelaparan, hingga kesulitan menghubungi keluarga, publik kini disuguhi pemandangan berbeda. Para pejabat datang bergantian ke lokasi bencana, menenteng beras di pundak, menyusuri jalan berlumpur, dan berpidato keras soal “menyikat mafia”.
Di sisi lain, masalah di lapangan masih bertumpuk. Bantuan yang diterjunkan lewat helikopter rusak karena dilempar dari ketinggian, angka korban meninggal terus bertambah, akses jalan terputus, stok pangan menipis, sementara listrik dan internet mati total di banyak titik. Situasi ini menuntut penanganan menyeluruh, bukan sekadar kunjungan singkat yang terekam kamera.
Baca artikel selengkapnya di sini.
2. Janji di Balik Nikah Siri: Cinta, Celah Hukum, dan Perempuan yang Selalu Merugi
Di linimasa kita, nama perempuan sering kali hanya muncul untuk dua hal: Dipuji setinggi langit atau dijatuhkan sedalam-dalamnya. Belum lama ini, publik masih terbelah soal Inara Rusli, perempuan yang mencoba bangkit setelah dikhianati sang suami. Belum selesai juga sorotan terhadap Helwa Bachmid, yang mengaku sebagai istri siri seorang tokoh agama, lalu diseret ke jurang penghinaan publik saat hubungannya memburuk.
Dua kasus itu mungkin terlihat seperti kisah berbeda. Namun sesungguhnya, mereka memiliki benang merah yang sama: Perempuan sebagai pasangan kedua, laki-laki yang memanfaatkan celah hukum, dan masyarakat yang menjadikan perempuan kambing hitam setiap kali ada konflik rumah tangga.
Baca artikel selengkapnya di sini.
3. Hewan juga Korban Bencana, Inisiatif Warga Tak Seharusnya Bikin Negara Cuci Tangan
Bencana ekologis tak pernah berdiri sendiri. Ia selalu berkaitan dengan struktur kuasa, baik ekonomi, geografi, hingga politik representasi kelompok rentan. Namun ada satu kelompok korban yang hampir selalu luput dari perhatian: Satwa liar dan hewan domestik. Mereka enggak punya ruang untuk menuntut perlindungan, tidak masuk dalam formulir prioritas bantuan, dan jarang menjadi bagian dari skema evakuasi resmi. Kehilangan mereka lebih sering hadir sebagai gambar viral di lini masa ketimbang diakui sebagai bagian dari tragedi yang sama.
Gambaran itu terasa jelas pada (1/12), ketika bangkai seekor gajah Sumatera ditemukan terseret banjir bandang di Pidie Jaya, Aceh. Ia terjebak di antara tumpukan kayu yang dibawa arus. Bangkainya tak dapat dievakuasi karena medan sangat sulit.
Simak artikelnya di sini.
4. Pinjol dan KBGO: Kombo Persoalan yang Rugikan Perempuan Berkali-kali Lipat
*Peringatan pemicu: Kekerasan berbasis gender online.
R. Isnar, 24, pendamping hukum di lembaga bantuan di Jakarta, sudah bertahun-tahun menangani kasus kekerasan berbasis gender. Namun, akhir 2025 menjadi kali pertama ia berhadapan dengan kasus yang mempertemukan pinjaman online (pinjol) sekaligus kekerasan berbasis gender online (KBGO).
Korban yang ia dampingi, mengajukan pinjaman dengan data pribadinya, termasuk Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena diminta pasangan. Ia dijanjikan pernikahan oleh pasangannya.
Baca artikelnya di sini.
5. Cerita Perempuan Relawan Bencana Aceh: Melihat Derita yang Tak Masuk Layar
Khalida Zia, 31 tengah berada di Banda Aceh kala menerima kabar mengejutkan, (26/11) Subuh. Dari seberang telepon, keluarganya di Bireuen cerita, kampung halamannya habis disapu air bah. Air mula-mula merembes masuk rumah, lalu naik cepat hingga setengah bangunan terendam. Rumah-rumah tetangga bahkan hanya menyisakan atap.
“Saya seperti tidak percaya. Bireuen hampir tidak pernah banjir, tapi kali itu gampong (kampung) saya benar-benar tenggelam,” ujar Zia.
Baca artikel selengkapnya di sini.
















