December 5, 2025
Issues

5 Artikel Pilihan: Femisida Karyawan BPS, hingga Pengeluaran 3 Juta Dianggap Super Kaya

Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan untuk pekan ini, mulai dari femisida pada pegawai BPS hingga objektifikasi festival ‘breastfeeding.

  • August 22, 2025
  • 3 min read
  • 702 Views
5 Artikel Pilihan: Femisida Karyawan BPS, hingga Pengeluaran 3 Juta Dianggap Super Kaya

1.  Pengeluaran 3 Juta Dicap Super Kaya: Logika Keblinger Negara yang Korbankan Warga 

Lagi-lagi, data keluaran Badan Pusat Statistik (BPS) memicu perdebatan publik. Kali ini berawal dari kriteria penerima bantuan sosial (bansos) yang ditampilkan dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Melalui data yang bisa diakses di laman resmi Desa Kendalkemlagi, Lamongan, Jawa Timur, masyarakat dapat melihat klasifikasi ekonomi, mulai dari kategori miskin hingga super kaya

Yang menimbulkan kehebohan, keluarga dengan pengeluaran per kapita lebih dari Rp3 juta digolongkan sebagai “super kaya”. Publik ramai-ramai mempertanyakan kategorisasi ini, karena angka Rp3 juta per kepala tidak mencerminkan kondisi “berlimpah”. 

Baca artikel selengkapnya di sini

2.  Femisida Pegawai BPS: Judol, Kerentanan Perempuan, dan Pentingnya Komunitas

*Peringatan pemicu: Kekerasan fisik dan femisida 

Pertengahan Juli lalu, terjadi femisida terhadap KLP, 30, pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Ia dibunuh Aditya Hanafi, rekan kerja KLP yang ingin meminjam uang senilai Rp30 juta. 

Sebelum membunuh, Aditya menyekap, melakukan kekerasan dan pelecehan seksual, serta membujuk KLP agar meminjamkan uang. Kemudian ia meminta maaf atas perbuatannya, tetapi tak direspons oleh KLP. Hal itu membuat Aditya panik, dan melakukan pembunuhan. 

Baca artikel selengkapnya di sini.  

3. Menggugat Standar Cantik bagi Perempuan dengan Disabilitas Netra

Saya perempuan dengan disabilitas netra. Meski tidak sepenuhnya kehilangan penglihatan, kondisi mata saya secara fisik tidak dianggap “normal”. Di usia 30-an, saya telah melewati banyak kegelisahan soal penampilan dan soal identitas saya sebagai perempuan dengan disabilitas penglihatan.

Simak artikelnya di sini

4.‘Panggil Aku Ayah’: Saat Perempuan Dijepit Beban Ekonomi dan Dua Laki-laki Bekerja Sama Mengasuh Anak

Disutradarai Benni Setiawan dan dibintangi Ringgo Agus Rahman, Boris Bokir, Myesha Lin, Sita Nursanti, serta Tissa Biani, Panggil Aku Ayah (2025) adalah adaptasi Indonesia dari film Korea Selatan Pawn (2020). 

Bermula dari seorang anak kecil yang dijadikan jaminan utang, film ini berkembang jadi dongeng penuh kehangatan tentang kasih sayang yang tumbuh tanpa ikatan darah. Sama seperti versi aslinya, latar waktu Panggil Aku Ayah merentang dari era 1990-an hingga 2010-an, memberi warna sosial-ekonomi khas Indonesia, lengkap dengan denyut perubahan zaman yang memengaruhi relasi antar-karakter.

Baca artikelnya di sini

5. Objektifikasi Festival ‘Breastfeeding’: Gagal Paham Publik tentang Reproduksi Perempuan 

Pada 1–3 Agustus lalu, Komunitas Pejuang ASI Mom Uung mengadakan Breastfeeding Fest 2025 di Jakarta. Festival ini lahir dari niat baik, yakni mendukung perempuan hamil dan menyusui dalam perjalanan panjang menjadi ibu. 

Ada banyak kegiatan yang ditawarkan, mulai dari pilates untuk ibu hamil, olahraga dengan seputar menyusui, hingga konser musik yang menghibur. Semua dirancang agar para ibu dan calon ibu merasa punya ruang aman, dikelilingi komunitas yang memahami perjuangan mereka. 

Baca artikel selengkapnya di sini

About Author

Magdalene