5 Artikel Pilihan: Ancaman Deepfake, Sulitnya Membangun Gereja, Sampai Heboh Drakor ‘Moving
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan pekan ini: mulai dari in-depth tentang ancaman deepfake sampai sulitnya dapat izin membangun tempat ibadah.
1. Ancaman Deepfake: KBGO dan Gerak Perempuan yang Makin Rentan
Dari unggahan S, Indah menemukan Rahasia Mantan yang saat itu sudah punya anggota sekitar 25 ribu. Isinya konten-konten KBGO seperti deepfake porn dan NCII. Konten-konten ini disebarkan secara gratis. Namun, beberapa juga dijual berbayar, khusus untuk para pengikut ‘premium’.
Indah yang kemudian mendapatkan bantuan dari “orang-orang dalam” untuk masuk ke dalam grup itu, melihat bagaimana perempuan diobjektifikasi. Seperti barang atau bahkan makanan, mereka dijejerkan dalam menu yang nanti akan dipilih pengguna agar konten intimnya disebarkan.
Baca artikelnya di sini.
2. Sulitnya Mendirikan Rumah Ibadah: “19 Tahun Kami Berjuang untuk Dapat Izin Gereja”
Dengan raut wajah pilu, pendeta Luspida Simanjuntak mengingat kembali peristiwa traumatis di Ciketing, Bekasi pada 2010 silam. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), tempatnya melakukan pelayanan waktu itu digeruduk lebih dari 800 massa karena dianggap mengganggu dan tak punya izin mendirikan bangunan (IMB).
Empat hari kemudian, sekelompok orang melakukan penyerangan. Penatua Hasian Lumban Toruan Sihombing jadi korban penusukan, sedangkan Luspida dipukul pakai balok kayu di bagian dahi.
Baca artikelnya di sini.
3. Fotografer Shindy Lestari: “Bagiku Seorang Ibu Juga Perempuan dan Seorang Manusia”
Kehilangan seorang ibu 11 tahun lalu, masih jadi memori yang belum beranjak dari benak Shindy Lestari. Ia seorang documentary photographer yang bermukim di Bali, menampilkan karyanya bertajuk Five Months Before atau 5 Bulan Sebelumnya. Proyek foto ini ia tampilkan di The Jakarta International Photo Festival (JIPFest) 2023, pada minggu lalu di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Proyek itu berisi memori selama lima bulan saat sang ibu menghabiskan waktu di Bali, sebelum beliau beristirahat dengan tenang selamanya. Shindy ingin mencoba terhubung kembali dengan memori lewat ‘artefak’ yang ditinggalkan ibunya. Ia juga mengumpulkan beberapa foto keluarga berisi gambar-gambar sang ibu.
Baca artikelnya di sini.
4. ‘Moving’: Eksploitasi Segar Genre Superhero
“Superhero fatigue” belakangan makin terasa lumrah. Tontonan dan cerita-cerita tentang superhero makin sering diproduksi dan direplikasi. Jumlahnya bisa jadi bikin orang mulai bosan, sampai muak. Di industri film Indonesia sekarang, film horor adalah contoh fenomena itu. Ia sedang diperas habis-habisan. Beberapa tahun sebelumnya, film bertema religi adalah contoh lain.
Kelelahan ini membuat saya tidak langsung menyaksikan Moving saat pertama kali muncul di Disney+ Hotstar. Padahal nama-nama yang ada di depan layar lebih dari cukup untuk membuat saya seharusnya langsung menyimak Moving.
Baca artikelnya di sini.
5. Girl Math, Tren Lucu-lucuan yang Datang dari Keresahan Sungguhan
Girl math tengah menjadi topik yang viral di media sosial di dunia, dan meski terdengar seperti tren yang konyol (atau bahkan seksis), tapi fenomena ini sebenarnya menggambarkan banyak hal tentang hubungan antara gender, uang, dan emosi.
Girl math memperkenalkan sistem klasifikasi pembelanjaan: pembelian di bawah nilai tertentu, atau dilakukan secara tunai, tidak “dihitung”. Secara psikologis, hal ini membuat pembelanjaan bernilai rendah terasa aman dan menekankan pentingnya nilai jangka panjang yang diperoleh dari barang-barang yang lebih mahal. Misalnya, girl math memberi tahu kita bahwa membeli gaun mahal hanya “sepadan” jika kamu bisa memakainya lebih dari sekali ke berbagai acara.
Baca artikelnya di sini.