LIFES (Literature and Ideas Festival), perhelatan sastra dan ide-ide yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara tiap dua tahun resmi ditutup, (12/8). Bertajuk “Mon Amour!” (Cintaku) dalam Bahasa Perancis), LIFES 2023 berfokus pada budaya Perancis dan Frankofoni (sebutan untuk negara-negara penutur Bahasa Perancis).
Sejak dibuka pada (5/8), LIFES merayakan khazanah kekayaan intelektual dari para pemikir dan penulis asal Perancis dan negara Frankofon. Caranya dengan menghadirkan berbagai program menarik, seperti diskusi, film, lokakarya, pertunjukan teater, musik, seminar, peluncuran buku, dan kuliner.
Dalam penutupannya, LIFES mempersembahkan pentas solo Colette Uncensored. Pentas ini telah diselenggarakan di banyak kota di Amerika Serikat, London, dan Katalunia dekat Barcelona pada 2022.
Baca Juga: SamaBhav Travelling Film Festival, Bersama Dorong Kesetaraan Gender
Menuai banyak pujian, Colette Uncensored juga sempat masuk nominasi oleh Bay Area Theatre Critics Circle untuk Outstanding Solo Performance. Colette Uncensored menarasikan perjalanan hidup Sidonie-Gabrielle Colette atau dikenal sebagai Colette. Ia adalah perempuan penulis Perancis yang berjiwa bebas. Ia juga nominator Hadiah Nobel, aktor, penari, sekaligus pencinta alam.
Colette lahir di desa di Burgundy pada 1873 dan meninggal di Perancis pasca-Perang Dunia Kedua, tepatnya pada 1954. Ia menulis lebih dari 50 karya selama hidup dan karyanya Gigi terbit pada 1944 menjadi magnum opus. Karya tersebut relatif sohor ke seluruh dunia, bahkan ramai diproduksi menjadi film dan pentas teater.
Ditulis oleh Zack Rogow dan Lorri Holt serta dibawakan langsung oleh Holt, Colette Uncensored mencakup beberapa kutipan dari koleksi tulisan Colette Shipwrecked on a Traffic Island: And Other Previously Untranslated Gems (2015) yang diterjemahkan oleh Zack Rogow dan Renée Morel.
Baca Juga: Pesta Perempuan: Mari Jaga Semangat Kita #MendobrakBias
Dengan aksen Perancis yang lembut tapi juga bergairah, Holt sebagai Colette dan sembilan tokoh lainnya menyihir para penonton selama kurang lebih 45 menit di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sebagai Colette, Holt membawakan dengan apik bagaimana Colette, si gadis desa yang naif bermetamorfosis menjadi penulis dan pecinta ulung.
Holt menceritakan kecintaan Colette pada pedesaan dan hubungannya dengan para bangsawan dan petani, serta kekasih laki-laki dan perempuan. Dia lantang mengecam perang dan genosida terhadap jutaan orang Yahudi oleh Nazi. Dia juga menegaskan haknya untuk merdeka dengan menjadi independen tanpa dibayang-bayangi laki-laki. Kelompok yang diistimewakan dengan limpahan status sosial dan ekonomi saat itu.
Dia menulis novel yang mengisahkan skandal dan perjuangannya untuk mendapatkan kebebasan. Tanpa perasaan malu ia memamerkan payudaranya dalam pertunjukan vaudeville, menulis tentang tabu seksual, termasuk ménage à trois, melanggar semua aturan, dan dihina oleh masyarakat kalangan atas.
Baca juga: #KerenTanpaNyampah, The Body Shop® Komitmen Selamatkan Jutaan Botol Bekas
Namun, dengan segala kontroversi itu, Collete mampu mengubah peran perempuan di Perancis. Ia mendorong perempuan untuk mengatakan “tidak” pada batas-batasan norma sosial dan gender dan mencoba cara-cara baru untuk membebaskan diri mereka sendiri.
Dia berjuang melawan sistem patriarkal yang memenjarakan perempuan sekaligus melawan kecemburuan seksualnya sendiri sembari bertanya: “Apakah kesenangan itu sama dengan kebahagiaan?”