December 12, 2025
Lifestyle

Apa itu ‘Mankeeping’: Saat Perempuan Diam-diam Urus Pasangan Seperti Anak 

Semakin banyak perempuan curhat jadi “pengasuh” pasangan sendiri. Mulai dari mengelola emosi, mengatur jadwal, sampai menanggung beban mental tak terlihat.

  • November 21, 2025
  • 6 min read
  • 844 Views
Apa itu ‘Mankeeping’: Saat Perempuan Diam-diam Urus Pasangan Seperti Anak 

Pernah enggak sih kamu merasa mengurus seluruh kebutuhan pasanganmu seperti anak kecil? Mulai dari menyiapkan semua kebutuhan, mengingatkan jadwal, sampai “mengatur” suasana hatinya? Kalau iya, besar kemungkinan kamu sedang mengalami mankeeping

Dikutip dari Times of India, ‘I’m not your therapist’: What is Mankeeping, the viral trend that’s leaving women exhausted, istilah mankeeping belakangan menggambarkan situasi ketika seseorang, biasanya perempuan, secara enggak sadar mengambil peran seperti “pengasuh” dalam hubungan romantis. Enggak cuma sekadar dukungan, tetapi dia yang mengurus, mengorganisasi, dan tanggung jawab besar atas emosi dan kehidupan sosial pasangannya. 

Meski terdengar simpel, mankeeping sebenarnya melibatkan dinamika kerja perawatan (care work), beban mental enggak kasat mata, dan peran gender tradisional yang masih melekat. Banyak orang bahkan enggak menyadari mereka melakukan mankeeping, karena sejak kecil seringkali ditanamkan perempuan harus jadi sosok penuh perhatian, multitugas, dan serba bisa. 

Fenomena ini makin ramai dibahas karena semakin banyak orang mafhum, apa yang mereka kira sebagai “tanda sayang” justru bisa bikin hubungan jadi timpang. Ternyata, beban itu enggak seimbang — dan itu capek banget. 

Baca Juga: Horor Berpasangan “Cowok Miskin” yang Dipotret ‘Together’ 

Ciri-Ciri Mankeeping dalam Hubungan 

Mankeeping sering banget terjadi tanpa kita sadari. Banyak tanda kecil yang terlihat “biasa” dalam hubungan, tapi kalau dijumlahkan, bisa jadi beban besar dan enggak seimbang. Berikut beberapa ciri yang paling umum: 

1. Peran Tidak Seimbang 

Kamu mungkin mengurus sekitar 70–90% pekerjaan emosional dan praktis dalam hubungan. Misalnya, kamu merasa hanya kamu yang memikirkan masa depan kalian, kamu selalu jadi inisiator untuk menyelesaikan konflik, bahkan kamu yang merencanakan semua, dari kencan hingga liburan. 

Sementara pasanganmu seperti hanya mengikuti tanpa kontribusi besar. Kalau sudah begini, kamu bisa merasa jadi “penggerak” hubungannya, sedangkan dia lebih seperti penumpang. Menurut artikel Kumparan, Mengenal Mankeeping, Saat Emosional Perempuan Dituntut Lebih Kuat dalam Hubungan, banyak perempuan menanggung beban emosional dan sosial yang enggak proporsional dalam hubungan. 

    2. Selalu Mengatur dan Menyediakan Segalanya 

    Ini tanda klasik mankeeping: kamu seperti manajer hidup pasanganmu. Kamu yang menyiapkan bajunya, merapikan barang-barangnya, memastikan dia makan tepat waktu, bahkan mikirin semua hal logistik kecil yang sering dilewatkan orang lain. Awalnya kelihatan sebagai bentuk perhatian, tapi kalau terus-menerus kamu yang ambil alih semua, itu bukan sekadar sayang, ini sudah jadi pola pengasuhan. 

    3. Mengambil Alih Tanggung Jawab Pasangan 

    Kamu sering mengambil alih hal-hal yang seharusnya dia bisa atau seharusnya dia kerjakan sendiri. Contohnya, kamu yang mengurus administrasi, minta maaf atas kesalahannya supaya konflik cepat selesai, atau menyelesaikan masalah yang dia buat karena kamu “enggak tega.” Lama-lama, kamu jadi seperti manajer, yang memastikan semua urusan dia beres, sementara dia tidak belajar bertanggung jawab secara mandiri. 

    4. Berperan Seperti ‘Ibu’ untuk Pasangan 

    Kamu mengingatkan dia untuk makan, tidur, mandi, bahkan minum obat. Kamu mengatur suasana hatinya supaya tidak meledak atau kesal. Kamu memberi checklist sebelum dia pergi supaya tidak lupa barangnya. Tanpa sadar, kamu seperti memperlakukan pasanganmu seperti anak kecil yang harus diarahkan terus-menerus dan ini bisa bikin romantisme hilang karena berubah jadi pengasuhan. 

    5. Kamu Selalu Menjadi Pengingat Hidup Pasangan 

    Kamu merasa seperti alarm manusia: mengingatkan semua jadwal pentingnya, mengatur timeline supaya dia enggak keliru, dan menjaga ritme hidupnya karena dia sendiri tampak tidak peduli. Kamu takut kalau berhenti mengingatkan, semuanya bakal berantakan. 

    Kenapa Ini Jadi Masalah? 

    Fenomena mankeeping ini bukan sekadar “kerja ekstra” — ini beban emosional yang nyata dan melelahkan. Dalam artikel NDTV, Am I Dating A Boyfriend Or Raising One?, melaporkan bahwa 72% perempuan merasa capek jadi mentor emosional untuk pasangan mereka. 

    Sementara di Al Día News, What Is Mankeeping, the Behavior That Exhausts Women?, menyebut mankeeping sebagai tenaga kerja emosional tak dibayar: perempuan jadi terapis, sekretaris sosial, bahkan koordinator pertemanan untuk pasangan mereka. 

    Konsekuensinya bisa serius: kelelahan (burnout), rasa bahwa usahamu enggak dihargai, hingga hilangnya identitas pribadi karena terus-menerus memprioritaskan kebutuhan emosional orang lain. 

    Dari artikel Cosmopolitan, Why women are saying no to ‘mankeeping’, menyebut bahwa pola ini berakar dari “ketimpangan beban kognitif” di mana satu pihak menguras energi psikologis jauh lebih banyak dari yang lain. 

    Menurut Calm, Is “mankeeping” affecting your mental health? Here’s what to do, kalau beban itu terus berlangsung, dampaknya ke kesehatan mental bisa nyata berupa stres kronis, kelelahan emosional, dan akhirnya perasaan jenuh atau hubungan yang terasa seperti pekerjaan. 

    Baca Juga: Pasangan dalam Film yang Tak Seharusnya Jadi #CoupleGoals 

    Bagaimana Cara Menghentikan Mankeeping? 

    Menghentikan mankeeping jelas enggak bisa instan, apalagi kalau kamu sudah terjebak dalam pola ini bertahun-tahun. Tapi membangun hubungan yang lebih sehat dan setara adalah bentuk kasih sayang untuk diri sendiri. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa kamu lakukan perlahan. 

    1. Sadari Dulu Polanya 

    Langkah paling awal adalah mengakui bahwa kamu sedang terjebak dalam mankeeping. Pikiran seperti, 

    “Kalau bukan aku, enggak bakal ada yang beres,” atau “Aku takut dia marah kalau aku enggak bantu,” adalah tanda klasik. 

    Masih dikutip dari Al Día News, banyak perempuan tidak sadar mereka memikul peran pengasuhan emosional yang berlebihan karena sudah terbiasa menjadi “pemelihara” dalam hubungan. 

    Mengenali polanya adalah kunci untuk menghentikan siklus autopilot ini. 

    2. Evaluasi Tugas-Tugas yang Kamu Ambil Terlalu Banyak 

    Coba bikin daftar hal yang selama ini kamu lakukan untuk pasangan: urusan rumah, pengingat harian, jadwal bersama, dukungan emosional, sampai urusan administratif. 

    Setelah itu, tanyakan: 

    “Ini tanggung jawabku? Atau ini sebenarnya bisa dia lakukan sendiri?” 

    Dalam artikel Am I Dating A Boyfriend Or Raising One? dari NDTV, disebutkan bahwa mayoritas perempuan merasa memikul tugas tambahan yang bukan bagian dari perannya, terutama pengelolaan emosi dan logistik pasangan. 

    Self-check kecil seperti ini membantu kamu melihat beban mana yang harus kamu lepaskan. 

    3. Bangun Batasan (Boundaries) yang Tegas 

    Boundaries adalah senjata utama untuk keluar dari mankeeping. Kamu berhak punya ruang, waktu, dan energi untuk diri sendiri. Boundaries bukan tindakan egois, ini adalah bentuk self-respect

    Contoh sederhana: 

    • Tidak lagi menyiapkan kebutuhan pribadinya. 
    • Tidak otomatis mengambil tugas yang bukan urusanmu. 
    • Tidak selalu menenangkan mood negatifnya. 

    Mulailah dari hal kecil seperti: 

    “Bajumu kamu pilih sendiri ya hari ini.” 

    Masih dari Cosmopolitan, boundaries yang jelas membantu perempuan keluar dari pola pengasuhan emosional yang melelahkan. 

    4. Komunikasikan Perubahan dengan Jujur 

    Setiap perubahan dalam hubungan butuh komunikasi yang dewasa. Gunakan bahasa “aku” agar tidak terdengar menyalahkan. 

    Misalnya: 

    • “Aku akhir-akhir ini merasa kewalahan dengan banyaknya hal yang aku tangani.” 
    • “Aku ingin kita bagi tugas lebih adil supaya kita sama-sama nyaman.” 
    • “Aku butuh ruang untuk diri sendiri dan ingin kita setara.” 

    Komunikasi jujur disebut sebagai langkah penting untuk memutus pola emosional yang tidak sehat. Komunikasi bukan instruksi, ini ajakan kerja sama. 

    5. Kembalikan Tanggung Jawab ke Pasangan 

    Mulailah menyerahkan kembali hal-hal yang memang merupakan tugasnya: 

    • Biarkan dia mengurus jadwalnya sendiri. 
    • Biarkan dia menyelesaikan masalah yang dia buat. 
    • Biarkan dia mengambil keputusan untuk dirinya. 

    Awalnya kamu mungkin merasa “gatal” atau gelisah karena terbiasa mengambil alih. Tapi melepaskan adalah langkah penting untuk menciptakan hubungan yang lebih dewasa, bukan hubungan orang tua–anak. 

    Dikutip dari Kumparan, Mengenal Mankeeping, Saat Emosional Perempuan Dituntut Lebih Kuat dalam Hubungan, juga menegaskan bahwa pembagian tanggung jawab adalah syarat utama hubungan yang setara. 

    About Author

    Kevin Seftian

    Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.