Gender & Sexuality

Memahami Kelainan pada Hasil Pap Smear

Pentingnya memahami hasil pap smear yang menunjukkan kelainan.

Avatar
  • October 19, 2018
  • 4 min read
  • 728 Views
Memahami Kelainan pada Hasil Pap Smear

Kalau kamu seorang perempuan berusia 21 sampai 65 tahun, aktif secara seksual maupun tidak, kamu harus melakukan pemeriksaan sel serviks (leher rahim) atau pap smear minimal setiap tiga tahun. Pap smear dapat menunjukkan perubahan di sel serviks dan sangat penting dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks, yang merupakan penyakit kanker penyebab kematian nomor satu di Indonesia menurut Yayasan Kanker Indonesia.

Perubahan di leher rahim ini dapat terjadi di level yang berbeda-beda. Kira-kira 1 dari 10 hasil tes pap smear menunjukkan gambaran abnormal, dan hanya 3 dari 10.000 perempuan menunjukkan adanya perubahan ke arah kanker.

 

 

Kelainan yang dapat ditemui di hasil pap smear bisa digolongkan menjadi dua kelompok: tingkat rendah dan tingkat tinggi. Pada tingkat rendah biasanya terjadi perubahan yang minim dan non-spesifik. Dalam perjalanan waktu kondisi bisa menjadi lebih baik, namun disarankan untuk melakukan tes pap lagi dalam waktu 12 bulan.

Masuk juga ke dalam perubahan tingkat rendah adalah virus warts atau kutil, atau yang sering disebut Human Papillomavirus (HPV). Jika ditemukan virus warts, maka kamu akan dianjurkan untuk mengulangi tes Pap dalam enam bulan ke depan dan akan dirujuk untuk pemeriksaan kolposkopi.

Kemungkinan ketiga adalah cervical intraepithelial neoplasia 1 (CIN 1) atau displasia ringan. Jika ditemukan ini, biasanya kamu akan dianjurkan untuk menjalani kolposkopi dan biopsi setiap enam bulan.

Kondisi abnormalitas tingkat tinggi termasuk CIN 2 (displasia moderat) dan CIN 3 (displasia berat). Untuk kedua jenis ini kamu akan diharuskan melakukan pemeriksaan biopsi dan kolposkopi. CIN 3 atau carcinoma in situ adalah perubahan abnormal paling berat.

Apa Itu Kolposkopi?

Kolposkopi adalah sebuah tindakan pemeriksaan serviks menggunakan teropong. Melalui pemeriksaan ini, dapat diketahui letak perubahan sel dan bentuknya seperti apa. Tindakan ini dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, atau ruang dokter. Kolposkopi tidak menyebabkan rasa sakit, namun dapat terasa tidak nyaman karena dibutuhkan waktu cukup lama untuk melihat serviks.

Bila area abnormal terlihat saat pemeriksaan kolposkopi, dokter akan melakukan biopsi dengan bius lokal. Dokter akan mengambil bagian yang sangat kecil, biasanya hanya beberapa milimeter diameternya, dari jaringan sebagai contoh untuk diperiksa. Biopsi sangat penting untuk memvalidasi serta menentukan keakuratan perubahan sel yang abnormal. Jaringan yang dilakukan untuk biopsi dikirimkan ke laboratorium untuk dites. Biasanya proses ini makan waktu satu minggu, dan jika dijumpai kelainan, dokter mendiskusikan hasilnya serta pilihan pengobatan dengan pasien.

Bila kamu harus menjalani pengobatan, apa pilihannya?

Ada berbagai variasi pilihan pengobatan untuk temuan sel serviks yang abnormal. Pilihan tersebut antara lain loop excision, terapi laser, diatermi, dan cryosurgery. Semua pilihan ini efektif tergantung derajat keparahan abnormalitasnya.

Loop excision menggunakan alat electric loop untuk membuang sel yang abnormal. Terapi laser adalah terapi yang memanfaatkan panas sinar laser untuk menghancurkan sel yang abnormal, sementara diatermi menggunakan energi panas yang disalurkan melalui kabel dengan tujuan yang sama. Selain energi panas, pembekuan juga dapat digunakan untuk menghancurkan sel abnormal. Metode ini disebut sebagai cryosurgery.

Untuk tipe abnormalitas yang lebih tinggi (CIN 2 dan 3) biasanya menggunakan Cone Biopsy. Metode ini menghancurkan sel kecil berukuran kerucut dari jaringan dari serviks. Cara ini digunakan untuk menyediakan sampel lebih besar untuk dinilai.

Di mana pengobatan ini dilakukan? Apakah saya harus rawat inap?

Tindakan untuk hasil pap smear yang abnormal biasanya bersifat invasif, sehingga biasanya dilakukan di ruang praktik dokter, klinik, atau di rumah sakit sebagai prosedur. Kebanyakan prosedur ini berlangsung selama 30 menit dan memerlukan anestesi lokal, namun tidak memerlukan rawat inap. Lain halnya dengan cone biopsy yang kadang memerlukan anestesi umum dan harus menginap di rumah sakit.

Sesudah pengobatan apa yang bisa diharapkan?

Setelah mendapatkan pengobatan, ada beberapa keluhan yang mungkin timbul, misalnya nyeri perut seperti nyeri haid. Adanya discharge yang sifatnya cair dan berwarna gelap adalah normal bila berlangsung selama beberapa minggu. Kamu akan dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan intim atau menggunakan tampon dalam waktu singkat setelah dilakukan prosedur. Untuk dapat memulai, kamu sebaiknya menanyakan hal ini pada dokter kamu.

Masalah emosional dapat ditemui pada beberapa perempuan dengan hasil tes abnormal maupun yang telah menjalani pengobatan. Akan sangat membantu bila kamu membicarakan apa yang kamu rasakan ini dengan teman atau dokter.

Kenapa saya harus bertemu dokter lagi setelah diobati?

Evaluasi hasil pengobatan perlu dilakukan dalam dua sampai 6 bulan oleh dokter. Evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan kolposkopi dan pap smear ulang. Pap smear berkala dilakukan tiap 6 atau 12 bulan hingga dokter menetapkan tes Pap sudah dapat dilakukan setiap dua tahun. Seorang pasien yang mendapatkan hasil CIN 2 atau CIN 3 harus melakukan tes pap secara berkala tiap tahun. Pengecekan berkala penting untuk memantau perubahan pada serviks.

Ini beberapa hal yang bisa kamu tanyakan ketika bertemu dokter:

  1. Apa arti hasil tes pap saya?
  2. Apa arti hasil biopsi saya?
  3. Jenis pengobatan apa yang bisa dijalani?
  4. Perlukan saya izin atau cuti setelah menjalani pengobatan?
  5. Apa yang bisa saya harapkan setelah pengobatan?
  6. Kapan saya perlu lakukan pemeriksaan lanjutan?

Artikel ini (disadur dari blog Angsa Merah) adalah hasil kerja sama Magdalene dengan Klinik Angsa Merah.


Avatar
About Author

Magdalene

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *