Manchild: Fenomena Lelaki Dewasa yang Menolak Dewasa
Manchild bukan sekadar label. Istilah yang terdengar seperti candaan ini, sebetulnya fenomena sosial yang serius.

Istilah manchild mungkin terdengar kayak candaan atau istilah gaul di internet, tapi sebenarnya ini mencerminkan fenomena sosial yang cukup serius. Belakangan, topik ini mulai banyak dibahas dalam konteks kesehatan mental dan dinamika hubungan, karena dampaknya bisa cukup besar, baik buat si manchild sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.
Apa Sih Maksudnya Manchild?
Dikutip dari Verywell Mind, How to Deal When Your Partner Is a Man Child, secara simpel, manchild itu merujuk pada pria dewasa yang belum juga matang secara emosional. Walaupun usianya udah dewasa dan mungkin secara kasat mata terlihat “mapan”, punya pekerjaan, pacar, atau bahkan keluarga. Tapi cara berpikir dan bersikapnya masih seperti anak kecil.
Beberapa ciri khas dari manchild biasanya meliputi:
- Kesulitan untuk ambil keputusan penting dalam hidup.
- Gampang kabur dari tanggung jawab, baik di kerjaan maupun dalam hubungan.
- Sering bersikap egois dan bertindak tanpa mikir panjang.
- Kepingin terus mendapat perhatian dan dimanjain.
- Enggak jago mengatur emosi, sedikit-sedikit marah, ngambek, atau drama kalau keinginannya tidak dituruti.
Perilaku kayak gini enggak cuma bikin ribet hidup si manchild sendiri, tapi juga bisa bikin capek orang-orang di sekitarnya, pasangan, teman, bahkan rekan kerja.
Baca Juga: Ciri dan Arti Softboy, Istilah Beken Yang Perlu Kamu Tahu
Perbedaan Manchild dan Inner Child
Sangat penting buat dipahami, manchild itu beda lho dengan inner child. Walaupun sama-sama ada kata “child”-nya, keduanya punya makna dan dampak yang sangat berbeda.
Dikutip dari Time, Why Is Everyone Working on Their Inner Child?, inner child adalah sisi dalam diri kita yang menyimpan pengalaman masa kecil, termasuk luka emosional yang mungkin belum sempat disembuhkan. Mengakui keberadaan inner child dan mencoba menyembuhkannya justru adalah langkah sehat dalam proses pertumbuhan emosional. Ini bentuk usaha buat jadi versi diri yang lebih sadar dan dewasa.
Sementara itu, manchild lebih ke arah pola perilaku yang kekanak-kanakan tapi terus dipertahankan, bahkan dijadikan “gaya hidup.” Orang yang bersikap manchild biasanya enggak sadar kalau sikapnya itu bermasalah atau malah sengaja menolak berubah. Bedanya jelas banget: kalau yang satu berusaha menyembuhkan dan berkembang, yang satunya justru nyaman dalam ketidakdewasaan.
Baca Juga: Goodbye Cowok ‘Tsundere’, Cowok ‘Soft Spoken’ Kini Jadi Idaman Baru Gen Z
Kenali Tanda-Tanda Si Manchild, Biar Enggak Terjebak Drama
Enggak gampang memang buat langsung ngeh kalau seseorang itu manchild, apalagi di awal hubungan. Sering kali, sikap kekanak-kanakannya bisa terlihat lucu, polos, atau malah bikin gemas. Tapi hati-hati, karena lama-lama justru bisa jadi sumber drama, capek emosional, dan konflik yang tidak ada ujungnya, terutama kalau kamu lagi membangun hubungan yang butuh kedewasaan dua arah.
Nah, ini dia beberapa ciri umum yang bisa bantu kamu mengenali apakah seseorang punya kecenderungan manchild yang masih dikutip dari Verywell Mind:
- Anti Tanggung Jawab
Salah satu red flag paling jelas: dia tidak mau ambil tanggung jawab. Bisa saja kerjaannya oke dan penghasilannya lumayan, tapi giliran diajak bahas masa depan, beresin rumah, atau hadapi masalah serius, dia langsung menghilang atau lempar semua ke pasangan. Capek, enggak sih?
- Emosinya Meledak-Ledak
Susah banget buat kontrol emosi. Kalau ada hal kecil yang enggak sesuai keinginannya, bisa langsung marah, ngambek, atau malah memberikan silent treatment berhari-hari. Alih-alih introspeksi, dia lebih senang menyalahkan orang lain.
- Maunya Jadi Pusat Dunia
Sama kayak anak kecil yang haus perhatian, manchild juga selalu ingin jadi prioritas nomor satu. Dia bisa cemburu saat kamu fokus ke hal lain, entah itu pekerjaan, keluarga, atau waktu untuk diri sendiri. Pokoknya, semuanya harus tentang dia.
- Enggak Tahan Berdiri Sendiri Secara Emosional
Kalau lagi stres, panik, atau galau, dia enggak tahu cara menenangkan diri sendiri. Ujung-ujungnya, kamu yang harus terus jadi tempat pelarian. Lama-lama, hubungan seperti ini jadi berat sebelah karena kamu harus jadi pasangan, sekaligus “pengasuh”.
- Kurang Inisiatif dan Nggak Punya Arah
Entah itu dalam hubungan atau hidup secara umum, manchild biasanya pasif banget. Jarang ambil keputusan, enggak punya rencana jangka panjang, dan hidupnya ya mengalir saja tanpa tujuan jelas. Kalau kamu tipe yang visioner, ini bisa jadi sumber frustrasi besar.
Baca Juga: Bagaimana ‘Fragile Masculinity’ Berpengaruh ke Perempuan?
Tips Hadapi Manchild dalam Hubungan agar Enggak Habis Energi
Menjalin hubungan dengan manchild itu rasanya kayak punya pasangan dan anak dalam satu paket. Di awal mungkin terasa lucu dan bikin gemas, tapi lama-lama bisa bikin kamu lelah secara emosional.
Kalau kamu merasa lagi terjebak dalam dinamika kayak gini, coba deh beberapa tips ini agar kamu tetap waras dan tidak kehilangan diri sendiri, yang dikutip dari Marriage, How to Identify If Your Husband Is a Man-Child:
- Sadari dan Akui Pola yang Terjadi
Langkah awal yang sangat penting: sadar dan jujur sama diri sendiri. Jangan terus berharap dia akan berubah dengan sendirinya atau menganggap sikapnya cuma efek stres sesaat. Kalau dari dulu dia konsisten bersikap kekanak-kanakan, itu bukan kebetulan, itu pola.
- Pasang Batas yang Tegas
Manchild biasanya bakal terus nyari celah kalau kamu enggak tegas soal batas. Jadi penting banget buat kamu bikin boundaries yang jelas dan tetap konsisten menjaganya. Ingat, bikin batasan itu bukan berarti kamu jahat, itu bentuk kamu sayang dan peduli sama diri sendiri.
- Ajak Ngobrol dengan Cara yang Dewasa
Pilih momen yang tenang, lalu ajak dia bicara baik-baik. Pakai kalimat yang fokus ke perasaan kamu, bukan menyalahkan dia. Misalnya:
“Aku capek kalau harus nanggung semua hal sendirian.”
“Aku butuh partner yang bisa diajak kerja sama.”
Hindari nada menghakimi, karena biasanya manchild gampang defensif. Fokus saja ke dampaknya ke hubungan kalian, bukan menyerang pribadinya.
- Stop Jadi ‘Pengasuh’
Semakin kamu memanjakan dan tutup mata, semakin dia merasa enggak perlu berubah. Kadang kita tidak sadar sudah terlalu sering memberikan toleransi dan mengurus semuanya sendirian. Padahal, itu malah bikin dia makin nyaman dengan sikap kekanak-kanakannya.
- Tanyakan ke Diri Sendiri: Masih Sehat Enggak Hubungannya?
Ada saatnya kamu perlu duduk dan berpikir, “Hubungan ini bikin aku bahagia enggak, sih?” Apakah kamu merasa setara, atau justru makin ke sini kamu berasa kayak orang tuanya?
