Nandur Srawung #11: Ajak Kamu Rayakan Warisan Seni Generasi Pendahulu
Tahun ini Nandur Srawung mengangkat tema “WASIAT: Legacy”. Sebuah pameran yang punya misi merayakan warisan seni generasi silam.
Pada (15/8), Festival Nandur Srawung (NS) hadir mengangkat tema “WASIAT: Legacy”. Festival. Pameran yang dihelat di Galeri Taman Budaya Yogyakarta itu diramaikan berbagai seniman masa kini. Mereka bersama-sama punya misi untuk merayakan warisan seni para seniman pendahulunya.
Tak cuma merayakan karya seniman pendahulu, NS ke-11 juga ikut mengeksplorasi dampak warisan terhadap karya seni kontemporer, baik terkait aspek–sosial, budaya, dan artistik.
Baca juga: Rumah Dialog: Ruang Berbagi Kehangatan dan Pengertian Antar Transpuan dan Keluarganya
Detail Acara
Agar memudahkan akses publik terhadap warisan seni, tim kurator NS sudah membagi ruang pameran menjadi beberapa klaster. Itu dibikin berdasarkan periode perkembangan seni rupa di Indonesia. Adapun pembagiannya sebagai berikut: Bangsa Merdeka dan Rayuan Pulau Kelapa (1945-1955); Suara Rakyat dan Gelanggang Warga Dunia (1955-an hingga 1965); Lantunan Lirisisme dan Perayaan Bentuk (1965-1975).
Dilanjut Menggali Akar dan Mendobrak Batas (1975-an hingga 1985-an); Pengembara di Dunia Mental dan Mimbar Bebas (1985-an hingga 1995-an); Seni Publik dan Media Baru (1995-an hingga 2005-an); dan Seni Pop dan Kampung Global (2005-2015).
Sesuai dengan lima nilai visi NS, inklusi, rekreasi, edukasi, inovasi, dan kolaborasi, acara ini juga menghadirkan program yang melibatkan masyarakat umum. Di antaranya adalah Nandur Gawe dan Srawung Sinau.
Nandur Gawe dilaksanakan dalam format inkubasi. Para seniman peserta diajak untuk mengolah ide dan konsep bersama kolaborator, yang merupakan kolektif atau seniman di Yogyakarta, selama sepekan. Kolaborator terpilih merupakan mereka yang punya rekam jejak panjang di dunia seni.
Nandur Gawe diharapkan menjadi proses pewarisan dalam bentuk ilmu pengetahuan serta upaya pelestarian seni rupa di Indonesia. Format inkubasi sendiri ditetapkan guna mendukung perkembangan kreativitas seni para peserta dan kolaborator yang terlibat. Nantinya, karya yang dihasilkan dari proses inkubasi dikembangkan di ruang pamer dalam bentuk proposisi atau konsep. Lalu hasil akhirnya dipresentasikan dalam program Srawung Moro.
Sementara itu, Srawung Sinau adalah program pendidikan dan berbagi pengetahuan yang diselenggarakan oleh NS. Srawung Sinau NS XI berupa Kelas Pengantar Sejarah Seni Rupa. Kelas ini dirancang untuk memperkenalkan dan memberikan pemahaman dasar kepada peserta mengenai sejarah seni rupa Indonesia. Pengajaran berfokus pada warisan para seniman pendahulu yang telah memberi kontribusi signifikan. Srawung Sinau dipandu Dr. Mikke Susanto, S.Sn., M.A, yang juga kurator seni dan Dosen di Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta. Kelas ini telah digelar pada (19/8).
Baca juga: Menelisik Pengalaman Intim Tiga Dara di Pameran Ad Maiora
Tak lupa, acara NS juga akan menganugerahi dua penghargaan kepada seniman, yaitu:
● Lifetime Achievement Award, penghargaan untuk figur yang telah berjasa dan memberi kontribusi besar pada perkembangan seni rupa di Jogja dan Indonesia.
● Young Rising Artist Award, penghargaan untuk seniman muda berbakat (18 – 35 tahun) yang berpartisipasi pada pameran NS XI melalui panggilan terbuka (open call).
Bagi kamu yang tertarik untuk melihat pameran Nandur Srawung #11, itu masih bisa diikuti hingga (28/8) mendatang. Pameran terbuka untuk umum dan gratis, serta dapat dikunjungi setiap hari dari pukul 11.00 – 21.00 WIB.
Selain pameran, pengunjung juga dapat berpartisipasi dalam program harian NS, yang akan diumumkan selanjutnya melalui akun Instagram @nandursrawung.