Culture Screen Raves

Review ‘Nimona’: Fantasi Gemerlap dengan Pesan Kuat tentang Queer

Film Netflix ‘Nimona’ blak-blakan menggambarkan diskriminasi publik terhadap queer lewat karakter shapeshifter.

Avatar
  • July 28, 2023
  • 6 min read
  • 3023 Views
Review ‘Nimona’: Fantasi Gemerlap dengan Pesan Kuat tentang Queer

“Aku bukan anak perempuan, aku adalah hiu.”

Nimona (Chloe Grace Moretz) menjawab santai saat sahabatnya Ballister Bold Heart (Riz Ahmed) meminta dia bertingkah selayaknya perempuan. Lagipula, buat apa mengidentifikasi diri hanya sebagai laki-laki atau perempuan, kalau kamu bebas jadi apa saja? Nimona bisa berubah jadi badak, paus, hiu, naga, dan beragam karakter manusia lintas usia.

 

 

Kemampuan shapeshifter ini bukan satu-satunya yang membuat kita mudah jatuh cinta pada karakter Nimona. Rambutnya yang berwarna merah muda mencolok dan semangat pemberontak ala anak punk menjadi paket lengkap dari sosok antihero tersebut.

Kita bisa lihat kisah Nimona dan sahabatnya itu di film Netflix yang tayang di penghujung pride month, Juni lalu. Cerita petualangan mereka bermula di The Realm, kerajaan serba modern dengan internet, smartphone, dan media sosial. Uniknya, The Realm masih mempertahankan eksistensi para ksatria. Mereka adalah kelompok elit penjaga kedamaian kerajaan dari para monster. Para ksatria ini populer berkat sejarah ribuan tahun tentang legenda kepahlawanan Gloreth, ksatria perempuan yang berhasil menaklukan monster dan mengembalikan kedamaian dunia.  

Ballister adalah ksatria yang dianakemaskan oleh Ratu Valerin. Walau bukan keturunan langsung dari Gloreth ia terpilih untuk jadi ksatria rakyat. Namun saat Ratu Valerin hendak memberikannya penghormatan, tanpa bisa dikontrol, pedang Ballister justru tak sengaja membunuh Sang Ratu. Ballister dijebak.

Ia lalu mengasingkan diri dan berusaha mencari jalan untuk mengembalikan nama baiknya. Dalam pengasingan inilah, Ballister bertemu Nimona. Remaja tersebut menawarkan bantuan pada Ballister.

Ulasan Nimona LBGT
Sumber: IMDB

Baca Juga: Ulasan ‘The Little Mermaid’ yang Perlu Dibaca Reviewer Rasis

Blak-blakan Tampilkan Representasi Queer

Film Nimona sendiri lahir dari seorang nonbiner dan transmaskulin ND Stevenson. Sehari sebelum dirilisnya Nimona, Stevenson merilis panel ilustrasi di laman pribadinya. Stevenson menggambarkan jatuh bangunnya sebagai queer, dan karakter Nimona adalah cara ia menyuarakan kisahnya.

“Dia adalah karakter dengan banyak rasa sakit dan kemarahan di dalam hatinya, dan karena itulah dia ada,” ungkap Stevenson dikutip dari The Hollywood Reporter.

Dengan Stevenson yang duduk di bangku co-produser, alegori trans dan gender fluid begitu kental dalam Nimona. Sejak menit pertama, Nimona tidak takut memperlihatkan hubungan romantis antara Ballister dan kekasihnya Ambrosius Golden Loin yang diperankan oleh aktor dan produser gay Eugene Lee Yang. Bahkan dalam satu adegan di penghujung film, keduanya diperlihatkan berciuman.

review terbaru Disney Nimona
Sumber: IMDB

Adegan ciuman antara Ballister dan Ambrosius ini sempat membuat dunia heboh. Banyak yang mengapresiasi keputusan Netflix untuk menyensor adegan ini. Tidak sedikit pula yang mengatakan ini adalah gebrakan di industri film animasi.

Dikutip dari Vulture, Nimona awalnya hampir mati di tangan Disney. Pengerjaan film ini sempat terhenti setelah penutupan studio animasi aslinya, Blue Sky pasca-Disney mengakuisisi perusahaan induknya Fox. Setelah mengakuisisi Fox, pada 2019, pimpinan Disney menekan pihak produksi untuk menghilangkan adegan ciuman pasangan gay dari film tersebut.

Dalam pemantauan The Gay and Lesbian Alliance Against Defamation (GLAAD) sejak 2012 hingga 2019, Walt Disney Studios memang tercatat sudah memiliki sejarah inklusi LGBTQIA+ yang paling lemah dibandingkan dengan semua studio film besar lainnya.

Karyawan  studio animasi Pixar dalam surat mereka yang dikutip oleh Variety bahkan bilang, para eksekutif perusahaan Disney enggak enggak berpihak pada individu dengan ragam identitas dan orientasi seksual. Bahkan mereka tetap mendukung rancangan undang-undang (RUU) Don’t Say Gay. 

Ketidakberpihakan ini lalu tercermin dari para eksekutif Disney yang sengaja memangkas hampir setiap momen kasih sayang di antara individu dengan keragaman identitas gender dan orientasi seksual.

Ketika Nimona hampir mati, film ini selamat setelah anggota tim animasi Blue Sky mendirikan perusahaan mereka sendiri – Shapeshifter Films. Kepentingan mereka adalah melanjutkan pengerjaan film, yang beruntungnya diambil alih oleh Netflix dan Annapurna Studios. Tanpa takut menampilkan berbagai adegan kasih sayang antara pasangan gay, Nimona bak pukulan telak bagi Disney.

Sumber: IMDB

Baca Juga: Membedah Bahaya Grooming Lewat Film ‘Palm Trees and Power Lines’

Saat Pandangan Dunia Mengubah Caramu Melihat Keberagaman

Nimona boleh jadi film petualangan sarat akan lelucon lucu dan momen-momen mengharukan. Namun di balik itu semua, Nimona punya pesan mendalam tentang penerimaan individu queer di masyarakat.  Sejak awal ia tahu dari rambut pink terang dan kemampuannya berubah wujud, membuatnya dikecualikan dari dunia manusia. Namun, pada suatu hari ia bertemu dengan anak perempuan berambut pirang yang justru menerima dirinya apa adanya. Ia mengajaknya bermain seperti layaknya anak manusia lain.

Anak perempuan yang ternyata adalah Gloreth, selalu memberikan rasa aman bagi Nimona untuk jadi diri sendiri. Ia bebas berubah bentuk di depan Gloreth tanpa rasa takut akan penolakan. Namun, kebahagian di antara keduanya harus sirna ketika kedua orang tua Gloreth dan para penduduk desa tak sengaja melihat Nimona berubah bentuk saat tengah bermain bersama Gloreth.

Orang tua dan penduduk desa langsung menyebutnya monster. Menarik Gloreth menjauh dari Nimona untuk melindunginya. Trisula dan obor api segera dipegang penduduk desa. Diarahkan kepada Nimona sebagai bentuk penolakan kehadirannya yang dianggap berbahaya.

Melihat reaksi orang tua dan penduduk desa terhadap Nimona, Gloreth pun seakan dicuci otak. Sosoknya yang penuh cinta kasih dan mau menerima Nimona justru balik menantang Nimona dengan cara menghunuskan pedang. 

Perubahan dinamika pemikiran Gloreth ini sayangnya dalam di dunia nyata memang terjadi bahkan memiliki teorinya tersendiri yang disebut dengan social change. Ini tampak dalam penelitian Social Influence and the Collective Dynamics of Opinion Formation (2013), oleh Herbert Kelman, psikolog Amerika. Ia mendefinisikannya sebagai proses individu mengadaptasi pendapat, merevisi keyakinan, atau mengubah perilaku mereka sebagai hasil dari interaksi sosial juga tekanan dari orang lain. 

Dalam kasus Gloreth, social change terjadi saat ia dikelilingi oleh pandangan masyarakat dan ketakutan hiperbola tentang Nimona. Gloreth tak lagi melihat perbedaan sebagai sesuatu yang perlu diterima dan dirangkul, tetapi justru harus dimusuhi bahkan dibinasakan karena dilihat sebagai ancaman

Di sisi lain, social change juga terjadi pada Nimona. Ia dipandang sebagai monster dan jadi ancaman bagi manusia akhirnya secara tak langsung mengadopsi sudut pandang diskriminatif ini. Dalam banyak adegan, Nimona banyak berbicara tentang rasa sakit yang harus ia alami karena harus terus menerus mempolisikan (policing) diri sendiri dan merasa kesepian karena harus mengeksklusi diri dari dunia luar.

Sumber: IMDB

Baca Juga: ‘Elemental: Forces of Nature’ Bukan Karya Terbaik Disney Pixar

Rasa sakit ini membuat dia marah, tapi juga membuat tidak berdaya. Ia bahkan sempat berkata enggak tahu lagi apa yang lebih menakutkan dari semua orang di The Realm, yang ingin menusukan pedang ke jantungnya atau dirinya sendiri yang menginginkan semua itu terjadi. Ia lelah harus bersembunyi tapi terus dibayang-bayangi ketakutan. 

Kerentanan yang dialami Nimona sayangnya semakin diperparah karena pemerintahan The Realm yang enggan belajar dari sejarahnya sendiri. Tak ada satu pun yang mau berusaha untuk mencari tahu kebenaran. Akibatnya, pemerintahan The Realm terus menerus memproduksi pengetahuan bias. Ksatria terus dijadikan simbol kekuatan dan perlawan, padahal semua dilakukan untuk menjaga kepentingan.

Tanpa memberikan bocoran akhir kisah Nimona dan Ballister, pada akhirnya Nimona adalah film terbaru Netflix apik yang punya paket lengkap. Tidak hanya memberikan hiburan dan lelucon mengocok perut, film ini juga berhasil membuat penontonnya mempertanyakan ulang tentang keyakinan dan pandangan mereka tentang isu keberagaman.



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *