Community Update

Dari Papua ke Uni Emirates: Seniman Indonesia Ramaikan Sharjah Biennale

Sharjah Biennale kembali hadir tahun ini untuk yang ke-16 kalinya dengan mengambil tajuk “to carry”.

Avatar
  • February 22, 2025
  • 2 min read
  • 972 Views
Dari Papua ke Uni Emirates: Seniman Indonesia Ramaikan Sharjah Biennale

Salah satu pameran internasional bergengsi di Kawasan Arab–Sharjah Biennale kembali hadir. Bertajuk “to carry”, pameran tersebut dibuka pada Februari 2025. Alia Swastika dipercaya menjadi bagian dari tim kurator bersama empat lainnya, yakni Amal Khalad (Bahrain/Singapura), Natasha Ginwala (India), Zeynep Oz (Turki/Amerika), dan Megan Tamati-Quennell (Selandia Baru).  

Dalam “to carry”, kurator kompak menyoroti narasi manusia di tengah dunia yang dipenuhi dengan konflik dan ketegangan. “Apakah yang kita bawa dalam diri ketika bertahan? Ketika kita terus berjuang?” 

 

Baca juga: Mimpi L’Oréal Menginspirasi, Memberdayakan, dan Menggerakkan Perubahan

Kurator Alia Swastika sendiri ingin Biennale jadi ruang untuk saling terhubung, bekerja bersama, berkolaborasi, menjahit cerita antargenerasi, dan membawa kembali pengetahuan-pengetahuan leluhur. Selain itu, ia ingin menjadikan momentum ini untuk mengekspresikan karya original seniman perempuan.  

Salah satu karya yang ia pamerkan bertajuk “Rosestrata: Trajectory/Translation”. Alia mencoba membangun jembatan dari pengetahuan masa lalu, melalui jejak arkeologis dan manuskrip yang selama ini kurang dimaknai. 

Rosestrata merupakan artefak penting dalam upaya memahami pengetahuan Mesir. Dalam hal ini, rosestrata juga dilihat sebagai ruang bagi perjuangan pengetahuan perempuan.  

Undang Belasan Seniman 

Alia mengundang sembilan partisipan Indonesia yang terdiri dari 12 seniman atau peneliti untuk terlibat dalam Sharjah Biennale 16. Mereka adalah Betty Adii dan Septina Layan (Papua), inisiatif kolektif Concrete Thread Reportoir (Ugoran Prasad, Wimo Ambala Bayang, Linda Agnesia bersama Ibu Harwati, Komunitas Kendeng dan Komunitas di Mollo), Citra Sasmita, Dian Suci Rahmawati, Ipeh Nur, Mangku Muriati, Nadiah Bamadhaj, Restu Ratnaningtyas, Rully Shabara, dan Salima Hakim.  

Mereka akan mengolah berbagai isu, mulai dari dari konteks perubahan lanskap laut di Pantai Utara. Lalu respons warga dan komunitas terhadap narasi hilangnya hutan dalam projek Lumbung Pangan Papua hingga spekulasi pengetahuan melalui kecerdasan buatan. 

Baca juga: Alternativa Film Awards 2024: Penghargaan untuk Talenta Film se-Asia

Keragaman isu ini penting untuk memperkenalkan narasi dan tradisi beragam dari Indonesia dalam dinamika global yang relevan dengan perkembangan hari ini. 

Pameran Sharjah Biennale 16 “to carry” bakal berlangsung hingga 15 Juni 2025 di Sharjah dan beberapa kota lain di sekitarnya, seperti Al Dhaid, Kalba, Hamriyah. 

Kamu bisa mengetahui Sharjah Biennial 16 “to carry” secara lengkap dengan mengakses laman resmi mereka di www.sharjahart.org.  



#waveforequality
Avatar
About Author

Magdalene

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *