December 6, 2025
Lifestyle Opini Safe Space

Pelecehan Nadin Amizah: Musisi juga Manusia, Stop Dehumanisasi Mereka 

Kasus pelecehan Nadin Amizah jadi pengingat kalau selebritas masih dianggap objek milik penggemar. Bagaimana cara kita mendukung idola tanpa menyakiti mereka?

  • July 8, 2025
  • 5 min read
  • 2231 Views
Pelecehan Nadin Amizah: Musisi juga Manusia, Stop Dehumanisasi Mereka 

*Peringatan pemicu: Gambaran pelecehan seksual di ruang publik.

Penyanyi Nadin Amizah mengalami pelecehan saat sedang manggung di Pasar Senggol, Bekasi, (5/7). Lewat cerita Instagram, ia bercerita ia dan timnya dikerubungi oleh penonton meskipun sudah dijaga oleh barikade tim keamanan. Di kerumunan itu, banyak penggemar yang menyentuh tubuh Nadin tanpa konsennya. 

i’m so disappointed in you guys dan kebiasaan sebagian dari kalian yang dorong2 ngerubungin aku dan tim padahal udh dibarikadein sama tim keamanan tapi tetep chaos,” tulisnya dalam unggahan di Instagram. 

Peristiwa ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya di 2023, ia pernah mengalami kejadian serupa. Nadin menulis, berulangnya kejadian yang sama, membuat ia merasa marah dengan dirinya sendiri dan merasa dirinya kotor.  

malam ini terjadi lagi tubuh aku yg sangat aku jaga kesentuh org dan aku marah bgt ke diri sendiri karna ko kejadian lagi ya. feel so dirty in my own body,” kisahnya. 

Beragam komentar dukungan membanjiri akun Instagram Nadin. Namun, tak sedikit juga komentar victim blaming ditemukan. Berdasarkan pantauan Magdalene di X per (8/7), masih ada komentar menyudutkan seperti menyebut bahwa pelecehan itu adalah konsekuensi sebagai penyanyi. 

Pelecehan Nadin Amizah saat konser
Tangkapan layar dari beberapa komentar yang menyalahkan korban.

Respons netizen ini menunjukkan, selebritas masih menjadi bahan objektifikasi. Mereka dilihat sebagai objek hiburan semata, seolah-olah menjadi selebritas berarti harus siap diperlakukan secara tidak pantas oleh penggemarnya. 

Baca juga: Selebritis Berhak Punya Privasi, Kita Saja yang Gagal Paham 

Selebritas Bukan Milik Publik 

Saat mengalami pelecehan di 2023 silam, Nadin mengungkapkan keresahannya di Instagram. Ia mengatakan dirinya merasa didehumanisasi ketika penonton berebut menyentuh tubuhnya di tengah keramaian kerumunan. Ia juga mempertanyakan mengapa profesinya sebagai penyanyi membuat orang merasa berhak melecehkannya. 

Nadin bukan satu-satunya. Peristiwa serupa juga dialami oleh aktris Amanda Manopo saat sedang syuting film terbarunya di Bogor, Jawa Barat, (4/7). Melansir Lampost.co, insiden tersebut terjadi ketika kerumunan penggemar mendorong barikade dan menyentuh tubuh pemain Ikatan Cinta itu tanpa izin. 

Di mancanegara, Taylor Swift juga mengalami berbagai bentuk pelecehan dan pelanggaran privasi sepanjang kariernya. Ia pernah menjadi korban penguntitan, dan mengalami pelecehan fisik saat sesi foto di meet and greet oleh pemandu radio David Mueller.  

Tingkah laku penggemar yang kelewat batas ini dikenal dengan celebrity worship, sebuah bentuk parasocial relationship yang ekstrem. Menurut McCutcheon et al. (2002), celebrity worship terjadi saat penggemar yang memiliki identitas diri lemah mencari pelarian melalui keterikatan emosional terhadap selebritas. Awalnya, mereka mengonsumsi informasi terkait selebritas demi alasan hiburan. Namun, seiring waktu mereka terdorong untuk mencari kedekatan yang lebih intens, bahkan dengan cara yang melanggar batas seperti menguntit hingga melecehkan idolanya. 

Kasus-kasus tersebut menunjukkan selebritas, terutama perempuan, belum memiliki ruang aman di ruang publik, sekali pun mereka sedang menjalankan pekerjaannya. Studi oleh Valenzuela-Garcia et al. (2022) terhadap influencer menyatakan, figur publik mengalami pelecehan karena adanya persepsi bahwa ketenaran dan pilihan hidup di ruang publik membuat mereka tidak berhak mengeluh saat dilecehkan. 

Para figur publik dianggap sebagai non-ideal victims. Status sosial dan ketenarannya membuat publik menganggap mereka memiliki posisi yang kuat. Sehingga, mereka tidak mungkin menjadi korban, atau bahkan dianggap pantas menerima perlakuan buruk karena telah memilih hidup di ruang publik.  

Seperti halnya kasus Nadin, komentar-komentar menyalahkan korban mencerminkan anggapan bahwa menjadi selebritas berarti harus menerima segala bentuk perlakuan sebagai bagian dari konsekuensi profesi. Padahal, para selebritas juga manusia. Mereka berhak atas rasa aman, privasi, dan kendali atas tubuhnya. 

Baca juga: Kepo Agama Idola, Kenapa Kita Terobsesi? 

Mendukung Tanpa Menyakiti 

Mengagumi selebritas adalah hal yang wajar. Namun, penting bagi para penggemar untuk memastikan kekaguman itu tidak berubah wujud menjadi kekerasan. Mendukung tidak berarti bisa menyentuh tanpa izin, memaksa berinteraksi, jadi paparazzi, dan mengabaikan kenyamanan mereka. 

Melansir Rappler, sebagai penggemar, penting untuk tidak menyakiti selebritas. Kesempatan bertemu selebritas memang tidak datang setiap hari, tapi bukan berarti penggemar bebas untuk menyentuh atau mengambil foto mereka tanpa izin.  

Ingat, selebritas bukanlah milik umum, melainkan individu yang pantas dihormati oleh orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Sama seperti individu lainnya, mereka memiliki kehidupan pribadi di luar pekerjaannya. Oleh karena itu, usahakan tidak meminta foto atau memaksa berinteraksi di luar pekerjaan mereka. 

Kemudian, penting untuk meminta izin. Sebagaimana manusia lainnya, selebritas juga memiliki hak atas tubuh dan privasi. Menyentuh dan mengambil gambar mereka tanpa izin merupakan bentuk pelanggaran dan bisa dikenakan ketentuan pidana.  

Saat meminta izin, pahami juga ada kemungkinan permintaan akan ditolak, dan penolakan itu adalah hal yang wajar. Selebritas punya hak untuk menolak, dan penggemar harus belajar menghargai keputusan mereka.  

Baca juga: Dangkal dan Sensasional: Wajah Selebriti di Media Massa  

Lalu, patuhi peraturan tempat dan keamanan. Barikade, pengamanan, dan protokol bukan dibuat untuk menjauhkan selebritas dari penggemarnya, melainkan untuk melindungi semua pihak termasuk idola yang kamu kagumi. Mengabaikan aturan demi bisa dekat dengan idola justru bisa menciptakan situasi berbahaya, seperti yang dialami Nadin. 

Menjadi penggemar bukan hanya soal mengagumi, tapi juga soal tanggung jawab. Mengagumi selebritas tidak memberi kita hak atas tubuh, waktu, atau kehidupan pribadi mereka. Mereka bukan milik publik, bukan properti kolektif yang bisa disentuh, difoto, atau dikomentari sesuka hati. Mereka adalah manusia yang memiliki batasan dan hak untuk merasa aman.  

Jika benar mengagumi mereka, maka dukunglah dengan cara yang tidak menyakiti. Hormati ruang mereka, dengarkan suara mereka, dan ciptakan budaya penggemar yang lebih sehat. Selebritas juga manusia, dan menjadi manusia seharusnya merupakan alasan yang cukup untuk dihormati. 

Penggunaan nama terang dan penceritaan kronologi dalam artikel atas seizin tim Nadin Amizah. Tujuannya sebagai edukasi dan peningkatan literasi mengenai batasan-batasan di hubungan idola dan fans.

About Author

Muhammad Rifaldy Zelan

Muhammad Rifaldy Zelan adalah penyuka makanan pedas tapi gak suka berkeringat. Ia juga suka duduk-duduk di taman dengan pikiran kosong.