Dari ODHIV sampai AFAB, Representasi Pemenang Drag Race yang Makin Beragam
Drag Race, tontonan dengan representasi kuir terbanyak, makin dirayakan. Pemenangnya dari seluruh dunia makin beragam.
Ditayangkan pertama kali di televisi kabel pada tahun 2009, seri kompetisi TV Rupaul’s Drag Race telah mengalami perkembangan yang cukup progresif setelah 14 tahun berjalan. Dulu produser dan pencetus acara ini, RuPaul sempat dikritik karena melakukan gatekeeping terhadap kesenian drag yang hanya dilakukan oleh laki – laki cis gay. Rumor juga sempat ramai beredar di forum fanbase seperti Reddit, bahwa kontestan yang sedang melakukan transisi hormon juga dipaksa menghentikan terapinya selama proses shooting berlangsung.
Perubahan demi perubahan dilakukan oleh serial drag race seperti dihapuskannya pre-challenge message “you’ve got she-mail” di season 8 dan “Gentlemen, Starts your engine and may the best woman win”, diubah menjadi; “Gentlemen, Starts your engine and may the best Drag Queen win” di season 12. RuPaul dan franchise drag race seperti belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan bergerak menuju ke arah yang lebih baik. Kesenian drag adalah milik semua orang dan kalangan.
Tahun 2023 menjadi sangat spesial karena keterwakilan tidak hanya terlihat dari para kontestan yang meramaikan kompetisi ini. Beberapa drag queen dengan identitas underrepresented memenangkan seri ini di berbagai penjuru dunia. Berikut adalah daftarnya;
Baca juga: ‘Drag Race UK Vs the World’: Upaya Membuat Minoritas jadi Universal?
Christian Peralta (Panseksual – Meksiko)
Christian Peralta sempat membuat kaget forum fanbase karena mengaku telah memiliki anak perempuan dan istri perempuan cis heteroseksual dalam confessional seri Drag Race Mexico. Para fans sempat berspekulasi kalau Christian merupakan heteroseksual yang melakukan kesenian drag. Namun dalam podcast media Mexico, Christian berbagi dan menerangkan bahwa dirinya tetap termasuk dalam payung identitas kuir, yaitu panseksual. Dalam confessional, Christian mengatakan bahwa adanya putri dan istrinya menjadi api penyemangat untuknya meraih mahkota kompetisi ini. Christian Peralta mengalahkan sepuluh kontestan lain dan memenangkan seri cabang Drag Race Meksiko musim pertama.
Baca juga: Cara Sederhana Lawan Queerfobia: Empati hingga Kasih Sayang
Organzza (ODHIV – Brazil)
Seperti Drag Race Mexico, Brazil juga dipercaya untuk menayangkan seri Drag Race-nya sendiri pada tahun ini di channel MTV. Organzza memenangkan Drag Race Brasil musim pertama dan mengalahkan 11 kontestan lain. Selama penayangan berlangsung, saya pribadi sebagai penonton tidak mengetahui bahwa Organzza merupakan ODHIV atau lebih popular dengan istilah asing, Poz. Organzza berkompetisi seperti kontestan lain pada umumnya dan melakukan coming out di kanal twitternya pada hari World AIDS day, setelah kemenangannya di Drag Race Brasil. Kisah Organzza penting karena eksistensi Poz di kalangan komunitas kuir sangatlah nyata dan tentunya bisa tetap sehat dan berprestasi seperti dirinya.
Pandora Nox (AFAB Queen – Jerman)
Kemenangan Pandora di musim pertama Drag Race Germany merupakan hal yang cukup bersejarah. Pandora memang bukan assigned female at birth (AFAB) drag queen pertama yang masuk ke dalam kompetisi. Sebelumnya ada Victoria Scones (Drag Race UK, UK vs The World) dan Clover Bish (Drag Race Espana) yang sudah mendahului berkompetisi di seri drag race. Kemenangan Pandora seolah jadi penanda bahwa Drag Race sendiri makin mengakui keberagaman seni drag dan para senimannya. Pandora mengalahkan 10 kontestan lain di musim pertama Drag Race Jerman.
Sasha Colby (Transpuan – Amerika 15) & Captivating Katkat (Transpuan – Filipina 2)
Diskusi tentang keterlibatan penampil transgender dalam seri kompetisi drag race memiliki sejarah yang rumit. Pada awalnya RuPaul termasuk golongan kolot yang mempercayai bahwa kesenian drag harus memiliki ilusi dan transformasi dari maskulin menjadi feminin. Di awal musim Amerika, beberapa kontestan secara terbuka menceritakan bahwa mereka menghentikan transisi hormone dalam proses syuting, seperti Sonique (musim ke-2), dan Monica Beverly (musim ke-4).
Pada perkembangannya banyak sekali alumni Drag Race yang melakukan transisi setelah produksi seri mereka tayang. Hal ini menjadi bumerang untuk RuPaul sehingga perlahan tim produksi mereka menghilangkan beberapa tagline transfobik dan akhirnya melibatkan openly transman Gotmikk pada musim ke-13. Kemudian Kyle Sonique Love memenangkan All Stars 6 dalam waktu yang cukup dekat.
Sasha Colby menjadi pemenang transgender kedua di seri Amerika ke-15 yang dimahkotai pada tahun ini dan mengalahkan 15 kontestan lain (musim dengan kontestan terbanyak). Di belahan dunia lain, Captivating Katkat memenangkan musim kedua Drag Race Philipines dan mengalahkan 11 kontestan lain di tahun ini. Dalam sejarah (herstory) Drag Race sendiri, Angele Anang, kontestan Drag Race Thailand musim 2, adalah transgender pertama yang jadi pemenang Drag Race pada 2019.
Walaupun mengalami perjalanan panjang dan berliku, perkembangan skena kesenian drag yang semakin mengikuti perkembangan zaman tak dapat dihindari. Seperti Pelangi dalam lambang komunitas kuir, kesenian drag sudah sepatutnya dinikmati dan dilakukan oleh berbagai kalangan.
Adanya keterwakilan dari para kontestan seri kompetisi Drag Race, bahkan pemenangnya, tentu akan menjadi api motivasi untuk banyak kuir remaja di masa depan dalam menjalani kehidupan di berbagai belahan dunia.
Para pemenang Drag Race yang sangat beragam di tahun ini membawa pesan bahwa selalu ada jalan menuju keberhasilan walau pada awalnya mungkin sulit. Menunjukkan bahwa diskusi serta edukasi sangatlah juga jadi bagian penting untuk suatu isu bisa bergerak menuju keadaan yang lebih baik.