December 8, 2025
Community Events

JAFF20 Capai Penonton Tertinggi Selama Dua Dekade: ‘Tinggal Meninggal’ Borong Empat Piala

‘Becoming Human’ menang Golden Hanoman, ‘Tinggal Meninggal’ dari Kristo Immanuel menang empat kategori Indonesian Screen Awards.

  • December 8, 2025
  • 4 min read
  • 69 Views
JAFF20 Capai Penonton Tertinggi Selama Dua Dekade: ‘Tinggal Meninggal’ Borong Empat Piala

Setelah dilaksanakan selama delapan hari, perayaan dua dekade Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ditutup Sabtu (6/12) kemarin. Perayaan tersebut ditandai dengan pemutaran Suka Duka Tawa (2025) dan penghargaan kepada pemenang kompetisi. Film Becoming Human (2025) garapan sutradara Polen Ly, memenangkan kategori Golden Hanoman—penghargaan utama untuk film panjang Asia terbaik dalam program kompetisi utama.

Tinggal Meninggal, film dark comedy debut sutradara Kristo Immanuel meraih empat penghargaan di kategori Indonesian Screen Awards. Di antaranya: Best Film, Best Screenplay, Best Director (Kristo Immanuel), Best Editing (Ryan Purwoko), dan Best Performance (Omara Esteghlal).

Sementara, untuk Main Competition, juri Eric Khoo, Suryana Paramita, dan Tumpal Tampubolon memilih Becoming Human karya Polen Ly sebagai pemenang Golden Hanoman, A Useful Ghost karya Ratchapoom Boonbunchachoke sebagai Silver Hanoman, dan memberi Special Mention untuk film Sunshine karya Antoinette Jadaone. Dalam kategori Blencong Award, juri Henry Foundation, Khozy Rizal, dan Mary Pansanga menetapkan Water Sports sebagai pemenang dan menganugerahkan Special Mention pada film Hyena.

Selama penyelenggaraannya, JAFF20 menayangkan 227 film dari 43 negara, dan dihadiri lebih dari 30 ribu penonton. Direktur Program JAFF Alexander Matius mengatakan, penonton begitu antusias selama menghadiri festival. Mereka juga mengikuti berbagai diskusi yang diadakan, dan mengikuti sesi tanya jawab bersama para pembuat film.

“Senang melihat ekspresi penonton begitu keluar bioskop. (Setelah nonton), mereka (kayak) nemu hidden gem dan terpukau sama filmnya,” ucap Alexander saat konferensi pers di ARTOTEL Suites Bianti, Yogyakarta.

Respons penonton merupakan salah satu hal yang menandakan kesuksesan JAFF20. Namun, setiap program memiliki indikator kesuksesan masing-masing. Misalnya program yang mencari filmmaker baru yang berbakat, kesuksesannya ditandai ketika ia mulai dikenal di industri film. Kemudian penampilan musisi di dalam studio bioskop, yang memperluas cakupan audiens.

“Nanti dari setiap program, kita evaluasi. Apakah konsepnya akan diubah, atau pelaksanaannya dipisah,” ungkap Direktur Festival Ifa Isfansyah.

Contohnya JAFF Market, yang berjalan sebagai acara terpisah sejak JAFF19 pada 2024. Atau program Community Forum JAFF, sejak JAFF18 pada 2023.

Baca juga: Dua Dekade JAFF, Festival Film Asia Terbesar di Indonesia: 227 Film dari 43 Negara

Tantangan JAFF Selanjutnya

Memasuki dekade ketiga, JAFF bukan hanya berperan sebagai festival pemutaran film. Melainkan ruang diskursus, eksperimen, keberlanjutan ekosistem film Asia, sekaligus menjaga dan memperkuat budaya sinema. Karena itu, JAFF20 menghadirkan JAFF Kids dan menayangkan Jumbo (2025) dalam program penayangan inklusif.

“Salah satu perkembangan di JAFF20, banyak audiens yang usianya lebih muda dari festival ini. Jadi masa depan budaya sinema kita sebenarnya menguat,” tutur Ifa.

Yang menjadi tantangan, adalah beragamnya platform digital sehingga penonton memiliki opsi untuk mengakses film tanpa harus ke bioskop. Ifa menilai, perubahan pola konsumsi ini menjadi tantangan bagi keberlanjutan ekosistem film. Ini membuat festival perlu terus melakukan evaluasi, bukan hanya format pemrograman, melainkan keberlangsungan para pembuat film dan urgensi pengarsipan film.

Sebab, sistem arsip film Indonesia saat ini belum diprioritaskan sehingga akses terhadap materi film pun terbatas. Salah satunya Opera Jawa (2006) yang menjadi film pembuka JAFF20. Untuk bisa menayangkan film tersebut, pihak JAFF harus meminta dari Perancis.

“Kita perlu duduk bersama, berbicara lagi, memikirkan ulang kebutuhan pertumbuhan ekosistem film kita di masa depan,” ungkap Ifa.

Baca juga: What They Don’t Talk About When They Talk About JAFF 2024

Daftar Lengkap Pemenang Jaff:

Main Competition

  • Golden Hanoman: Becoming Human (Polen Ly, 2025, Kamboja)
  • Silver Hanoman: A Useful Ghost (Ratchapoom Boonbunchachoke, 2025, Thailand)
  • Special Mention: Sunshine (Antoinette Jadaone, 2025, Filipina)

Blencong Award: Water Sports (Whammy Alcazaren, 2024, Filipina)

NETPAC Award: Becoming Human (Polen Ly, 2025, Kamboja)

Indonesian Screen Awards

  • Film Terbaik: Better Off Dead (Tinggal Meninggal) (Kristo Immanuel, 2025, Indonesia)
  • Sutradara Terbaik: Kristo Immanuel (Tinggal Meninggal)
  • Sinematografi Terbaik: Vera Lestafa (Dopamine)
  • Penampilan Terbaik: Omara Esteghlal (Tinggal Meninggal), Afiqa Kirana (The Period of Her)
  • Editing Terbaik: Ryan Purwoko (Tinggal Meninggal
  • Desain Produksi Terbaik: Ahmad Zulkarnaen dan Wahyu Efata (Ikatan Darah)
  • Musik Terbaik: Anto Hoed, Melly Goeslaw (Rangga & Cinta)
  • Desain Suara Terbaik: The Period of Her
  • Poster Terbaik: Sore

Geber Award: Sunshine (Antoinette Jadaone, 2025, Filipina)

Students Award: Water Sports (Whammy Alcazaren, 2024, Filipina)

About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.