Perjamuan Ramen
“Setiap utas cerita pasti ada ujungnya, nikmati saja selagi masih ada.”
hari itu ramen
lebih basah dari biasanya
mungkin karena di luar hujan
lebih deras dari kemarin
atau memang sesuatu berubah
di dalam mangkuk itu
dari cara rempah dan kuah
campur aduk jadi satu
“setiap utas cerita pasti ada ujungnya
nikmati saja selagi masih ada”
jangan lupa seruput kuahnya juga
sebagian besar rasa ada di sana
Baca juga: Puisi November
namun hari itu
mangkuk melamin di atas meja
lebih tipis dari kuah pekat di dalamnya
namun tak bisa berontak pada hukum fisika
ia diam patuh di dalam cengkok
bergejolak sewajarnya saja
**
di jalan pulang kuberanikan gandeng lenganmu
yang memang terbentang untuk jemariku
hujan sudah berhenti namun basahnya beraroma
tangan terkepal kita melangkah berirama
Baca juga: Puisi Pendosa
di jalan pulang kuabaikan tatapan orang orang
yang lancang dan agak terlalu lantang
karena terlepas dari rambut cepakmu
rapi membingkai wajah kesayanganku
sosokmu bukanlah lawan yang pas untuk jenisku
“ramen itu dosa!”
kata ujung jari dari tangan-tangan yang terkepal
sementara tangan sebelahnya
sibuk makan diam diam
dari mangkuk keramik tinggi besar
kuah kuah yang sama