‘Positions’ dari Ariana Grande: Kebebasan Memilih atau Peminggiran Perempuan?
Lagu ‘Positions’ dari Ariana Grande soal kebebasan perempuan dalam memilih atau peminggiran perempuan?
Lagu baru Ariana Grande, “Positions”, baru saja dirilis dan merebut hati pendengar dengan irama slow tempo yang sensual berikut petikan gitar yang lembut mengalir di sepanjang lagunya. Lagu ini langsung meroket ke posisi puncak tangga lagu iTunes di Amerika Serikat. Video klipnya, yang memperlihatkan Grande sebagai presiden, juga meraih pujian karena pesan kesetaraan gender di dalamnya.
Lewat video tersebut, Grande menunjukkan sebuah pesan harapan di tengah masyarakat patriarkal yang kerap memenjarakan perempuan. Melalui “Positions”, Ariana Grande berfantasi bahwa dirinya adalah seorang perempuan presiden di Gedung Putih, dengan jajaran anggota parlemen yang didominasi oleh perempuan dan kelompok minoritas lainnya.
Meski demikian, walau dirinya adalah seorang presiden AS, Grande digambarkan kerap berganti-ganti peran sesuai dengan kehendaknya sendiri, baik sebagai presiden maupun “ratu dapur”. Ia memperlihatkan pada kita bahwa perempuan mempunyai hak untuk memilih peran yang mereka ingin ampu. Dirinya bebas melakukan peran yang dirinya kehendaki, termasuk peran-peran domestik dilihat oleh banyak orang justru mengungkung perempuan di dalam sangkar subordinasi bagi perempuan.
Baca juga: Memasak adalah ‘Survival Skill’ Buat Semua Gender, Bukan Cuma Tugas Perempuan
Grande berhasil membawakan pesan kesetaraan gender seperti apa yang dikatakan Alexandria Ocasio-Cortez (AOC), anggota termuda Kongres AS, bahwa jika perempuan menginginkan dirinya menjadi seorang ibu rumah tangga, berdiam diri di rumah, sibuk dengan peran domestiknya sebagai ibu dengan merawat-anak-anaknya, maka hal tersebut adalah pilihan yang dapat mereka ambil.
Selain itu, Grande juga menyampaikan harapannya atas terciptanya sebuah masyarakat yang memahami betul kesamaan hak bagi perempuan dan laki-laki tanpa melekatkan peran gender kaku yang telah mengikat tiap diri perempuan sejak lahir. Hal ini digambarkan melalui bagaimana dirinya sebagai perempuan dibiarkan bebas untuk menjadi apa pun yang dirinya inginkan tanpa harus dipaksa untuk memilih peran yang ada.
Sejak dini, perempuan memang sering kali dibentuk untuk menjadi seseorang yang hidup untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Perempuan selalu ditempatkan dalam posisi dilematik di mana mereka harus selalu memilih peran juga pilihan hidupnya. Dengan penekanan bahwa perempuan memiliki kebebasan dalam memilih peran yang ingin mereka ampu tanpa ada paksaan, Grande menyuarakan harapannya bagi masyarakat untuk menghargai hak perempuan memilih jalan hidupnya sendiri.
Kebebasan memilih atau menambah beban ganda?
Sayangnya, video klip “Positions” milik Ariana ini hanya sebagai menggambarkan pertukaran peran yang diambil secara sepihak oleh Ariana sebagai perempuan, dan tidak ada pertukaran peran oleh pihak laki-laki sebagai pasangannya.
Visualisasi pergantian peran Ariana sebagai presiden dan sebagai pasangan yang “tetap senang” menjalankan peran domestiknya ini problematik karena menyiratkan pesan bahwa perempuan dapat melakukan banyak hal secara bersamaan atau multitasking.
Baca juga: Red Velvet, MAMAMOO, dan ITZY: Idola K-Pop dan Bahasa Feminis Mereka
Mungkin bagi sebagian besar orang, kemampuan perempuan dalam multitasking adalah sebuah kelebihan. Namun pada kenyataannya, ini adalah salah satu bentuk dari ketidakadilan gender bagi perempuan, seperti yang dikemukakan oleh Dr. Mansour Fakih, akademisi yang menulis Analisis Gender dan Tranformasi Sosial.
Menurut Dr. Mansour, “kemampuan” perempuan dalam mengerjakan banyak pekerjaan di saat bersamaan justru menimbulkan sebuah bentuk ketidakadilan gender bagi perempuan yang disebut dengan beban ganda. Perempuan dipaksa untuk melakukan berbagai macam kegiatan di saat bersamaan, bekerja dan tetap melakukan “tugas domestiknya”, karena secara sosial dan kultural mereka dituntut untuk menjadi “ibu dan istri yang baik”.
Laki-laki dalam hal ini dikecualikan karena secara kultural mereka “tidak diperbolehkan” untuk ikut campur dalam urusan domestik keluarganya. Perempuan pun diperas tenaganya, dibiarkan melakukan segala pekerjaan yang ada sendirian tanpa diberikan uluran tangan dari pihak laki-laki, seakan apa yang perempuan kerjakan adalah murni tanggung jawab mereka yang tidak bisa diganggu gugat, sehingga laki-laki terbebas dari jeratnya.
Beban ganda inilah yang meminggirkan perempuan untuk meraih posisi yang lebih tinggi dalam sebuah perusahaan, kantor pemerintahan, atau organisasi non-profit. Peminggiran perempuan yang biasa disebut glass ceiling, dengan hambatan paling mendasar dan memiliki efek paling besar bagi perempuan adalah nilai-nilai ideologi patriarki yang menghegemoni masyarakat, termasuk stereotip gender, prasangka, dan bias gender.
Stereotip gender ini kemudian mengacu pada pematokan peran gender kaku laki-laki dan perempuan, dengan peran perempuan yang selalu diasosiasikan dengan pengalaman ketubuhan mereka. Peran gender kaku ini meliputi peran mereka sebagai ibu dan istri yang baik dalam pandangan patriarki, di mana mereka dituntut untuk selalu ada untuk anaknya, mengurus segala pekerjaan domestik dan senantiasa menjaga rumahnya.
Baca juga: ‘Glass Ceiling’ dan Faktor Lain yang Halangi Perempuan Naiki Jenjang Karier
Peran gender kaku yang dilekatkan kepada perempuan secara sepihak ini menghambat karier mereka sendiri. Bahkan perempuan pun pada akhirnya harus merelakan jabatan yang mereka sudah raih agar dapat mengurus anak dan segala pekerjaan domestik mereka seorang diri.
Kembali ke “Positions” dari Ariana Grande, pergantian peran yang dilakukannya semakin problematik karena luput menyoroti peminggiran perempuan yang bersifat struktural dan sistematis melalui fenomena sosial budaya glass ceiling. Video itu juga luput memahami implikasi dari pertukaran peran sepihak yang dilakukan oleh perempuan melalui absennya peran laki-laki di ranah domestik.
Pada akhirnya, lagu dan video klip “Positions” membawa saya sebagai pendengar dan penonton untuk berefleksi diri. Pertukaran peran yang dilakukan Ariana Grande pada akhirnya hanyalah sebuah realitas utopis yang sampai saat ini belum bisa dicicipi oleh banyak perempuan di berbagai belahan dunia.