Issues Politics & Society

Aksi #IndonesiaGelap Berlanjut: Lagu Sukatani dan Jari Tengah untuk Danantara

Lagu 'Bayar, Bayar, Bayar' dari Sukatani Band menghiasi demo #IndonesiaGelap hari ini di Jakarta.

Avatar
  • February 21, 2025
  • 3 min read
  • 559 Views
Aksi #IndonesiaGelap Berlanjut: Lagu Sukatani dan Jari Tengah untuk Danantara

Ribuan massa yang tergabung dalam aksi #IndonesiaGelap menggelar demonstrasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, (21/2). Aksi ini menyoroti berbagai isu sosial, termasuk desakan pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PRT) dan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tak berpihak pada rakyat.

Aksi dimulai sejak pukul 14.00 WIB di mana ratusan peserta melakukan long march dari Taman Ismail Marzuki, Cikini menuju Patung Kuda. Sepanjang perjalanan, massa terus bertambah dengan kehadiran kelompok lain yang bergabung di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat.

 

Uniknya, setiap berpapasan dengan aparat kepolisian yang berjaga, termasuk di Tugu Tani, massa meneriakkan yel-yel provokatif sambil menyanyikan lagu “Bayar, Bayar, Bayar” dari Sukatani Band.

Aduh aduh ku tak punya uang untuk bisa bayar polisi.”

Tak cuma lagu Sukatani yang jadi sorotan. Saat sejumlah massa melewati depan Gedung Dantara, beberapa di antara mereka terlihat mengacungkan jari tengah ke arah gedung tersebut. Hal ini diyakini sebagai bentuk ekspresi kemarahan terhadap institusi negara, yang dianggap bakal jadi ladang empuk korupsi dana efisiensi triliunan rupiah.

Setibanya di Patung Kuda sekitar pukul 15.20 WIB, demonstran diperkirakan telah mencapai ribuan orang. Banyak yang sudah menunggu di lokasi sejak awal. Tak lama berselang, sekelompok mahasiswa berseragam almamater merah tiba di lokasi, meskipun belum diketahui secara pasti dari universitas mana mereka berasal.

Aksi #IndonesiaGelap ini diisi dengan berbagai orasi dari perwakilan organisasi dan kelompok masyarakat sipil. Salah satu orasi disampaikan oleh perwakilan Perempuan Mahardhika. Mereka menyoroti urgensi pengesahan RUU Pekerja Rumah Tangga (PRT). “Negara sudah terlalu lama menunda hak-hak dasar pekerja rumah tangga. Sampai kapan kita membiarkan eksploitasi ini terjadi?” ujar salah satu orator.

“Leo”, salah satu demonstran menuturkan pada Magdalene, ikut demo karena terdampak kebijakan buruk pemerintah.

“Tiga minggu terakhir (hari-hari) cukup bleak, tapi aku paling resah soal isu kesehatan. Soalnya ada pemotongan donor dari Amerika Serikat (USAID), efisiensi anggaran, dan enggak tahu gimana nasib Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ke depan,” ujarnya.

“Anita”, pekerja industri kreatif juga punya keresahan serupa. “Aku resah karena kondisi (negara) semakin mengkhawatirkan. Paling menyentil itu Sukatani yang lagunya diminta di-take down negara. Ada indikasi pengekangan berekspresi yang sangat berbahaya,” kata dia.

Ia sendiri mengaku pesimis rezim baru ini bakal melakukan perbaikan kinerja. Karena itu Anita bakal terus ikut aksi untuk mendorong pemerintah berbenah. “Enggak tahu sebanyak apa aksi yang perlu dilakukan dan massa yang terlibat, tapi selama kita berusaha, aku yakin bisa merebut kedaulatan. Walaupun enggak dalam waktu dekat,” tukasnya.

Baca Juga: Apa itu Danantara: Temasek ‘Wannabe’ hingga Potensi Korupsi Berjemaah 

Walau Hujan, Massa Tetap Bertahan

Sekitar pukul 15.50 WIB, hujan deras mengguyur kawasan aksi. Namun, massa memilih bertahan dengan mengenakan jas hujan, payung, sembari meneriakkan yel-yel, “Polisi takut air.”

Sekira pukul 16.05 terdengar dua kali suara petasan dari sekitar lokasi. Polisi segera mengimbau massa agar tetap menjaga ketertiban. “Silakan menjalankan aksi dengan damai, tidak perlu ada yang memprovokasi,” ujar aparat lewat pengeras suara.

Suara petasan ini sempat memicu keriuhan di antara peserta aksi. Beberapa di antaranya meyakini bahwa petasan tersebut bukan berasal dari massa aksi. Berdasarkan pantauan jurnalis Magdalene di lapangan, dari awal aksi ini berjalan tertib, tak ada demonstran yang membawa petasan. Karena itu, bisa jadi imbauan itu sengaja dibuat guna memancing kericuhan.

Meski demikian, aksi tetap berlanjut. Bahkan rombongan mahasiswa dari Universitas Pancasila tampak memasuki barisan massa untuk bergabung dalam demonstrasi.

Hingga berita ini diturunkan, aksi “Indonesia Gelap” masih berlangsung dengan tuntutan utama keadilan sosial dan perbaikan kebijakan negara. Peserta aksi menegaskan, mereka akan terus bergerak hingga suara mereka didengar oleh pemerintah.



#waveforequality
Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *