‘Anyone But You’: Romcom Duet Glen Powell dan Sydney Sweeney
Anything But You terasa ingin tampil berbeda dari racikan romcom pada umumnya. Namun, keputusan itu malah bikin kisah cinta Ben dan Bea kurang greget.
Di antara gempuran produksi film-film superhero, berbagai macam remake dan adaptasi video game, saya bersyukur masih ada orang-orang yang mau membuat film romantic comedy. Anyone But You yang baru saja tayang di Netflix salah satunya. Kalau kamu adalah orang-orang yang menggemari film-film cinta-cintaan yang sederhana dan dibintangi oleh dua orang paling cakep sedunia, Anyone But You adalah jawabannya.
Plotnya sangat sederhana: Bea (Sydney Sweeney) dan Ben (Glen Powell) salah paham atas perasaan masing-masing. Ketika Bea kebelet ke toilet, Ben dengan baik hati membantu orang asing tersebut. Sebuah situasi yang membawa mereka ke kencan pertama sempurna. Jenis kencan pertama yang tidak direncanakan, tapi membuat keduanya luluh seketika.
Setelah menghabiskan malam pertama mereka dengan cuddle, Bea memutuskan untuk pergi dari apartemen Ben tanpa pamit. Bea yang tersadar atas kesalahannya, kembali ke apartemen Ben hanya untuk menemukan bahwa cowok itu mengata-ngatainya di belakang. Ben sendiri mengeluarkan kalimat-kalimat jahat tersebut hanya untuk menambal hatinya yang terluka karena mengira Bea tidak tertarik dengannya.
Bea dan Ben kemudian bertemu lagi setelah beberapa bulan pasca-kejadian menyakitkan itu. Saudari Bea, Halle (Hadley Robinson), akan menikah dengan Claudia (Alexandra Shipp), saudari dari Pete (GaTa) yang adalah bro-nya Ben. Mereka semua kemudian pergi ke Sydney, Australia untuk menghadiri pernikahan Claudia dan Halle. Tentu saja ini jalan buat Ben dan Bea yang terjebak di tempat sama, untuk akhirnya menyadari perasaan masing-masing.
Baca juga: ‘Love and Leashes’: Saat ‘Office Romance’ Bertemu BDSM
Chemistry atau Sex Appeal Dua Aktor Utama?
Hampir semua penonton pasti menyaksikan Anyone But You karena dua aktor utamanya, arguably the hottest Hollywood stars saat ini. Saya percaya dengan kedigdayaan Anyone But You karena nama sutradaranya. Will Gluck, yang bertanggung jawab atas Easy A, Friends with Benefits dan dua jilid Peter Rabbit (kita tidak akan membicarakan soal remake Annie), lebih dari mumpuni untuk membuat adegan-adegan komikal yang beneran lucu. Hal tersebut dibuktikan Gluck di film ini, bahkan ketika skripnya bermalas-malasan untuk mencoba menyajikan sesuatu yang lebih original.
Ditulis oleh Ilana Wolpert dan Will Gluck sendiri, Anyone But You terinspirasi dari Much Ado About Nothing karya Shakespeare, terlalu fokus untuk membuat dua aktor utamanya memamerkan badan mereka daripada membuat penonton benar-benar melting dengan chemistry mereka. Jangan bayangkan 10 Things I Hate About You atau bahkan She’s The Man. Anyone But You lebih tertarik untuk menampilkan jokes-jokes murah daripada membuat penonton invested dengan kisah cinta Ben dan Bea.
Komedi slapstick yang bertebaran sepanjang film sebenarnya tidak terlalu mengganggu kalau saja Anyone But You tidak menampilkan pembukaan yang menjanjikan. Meet cute antara Ben dan Bea sangat menggemaskan, mengingatkan saya pada kejayaan romantic comedy 90an. Tapi sayangnya, pembukaan ini tidak diimbuhi drama yang cukup sehingga begitu penonton sampai ke Sydney, Anyone But You lebih tertarik untuk membuat Ben dan Bea bertengkar hampir sepanjang film. And it’s not in a good way.
Jokes yang melibatkan ketelanjangan, meskipun lucu, ternyata pada akhirnya kalah dengan momen-momen yang sederhana, tapi manis. Adegan Bea di pesawat yang membuatnya terlihat seperti sedang berhubungan seks dengan Ben memang lumayan lucu. Tapi, adegan tersebut tidak ada apa-apanya saat Ben dan Bea diangkat dari helikopter dan menyanyi lagunya Natasha Bedingfield. Dalam momen tersebut, Gluck berhasil membuat saya merasakan hal yang saya cari setiap kali menyaksikan romantic comedy: Sensasi kupu-kupu berterbangan di dalam perut.
Baca juga: ‘Frankly Speaking’: Premis Menjanjikan yang Sedikit Kedodoran
Ingin Berbeda, tapi…
Sebagai sebuah romantic comedy, Anyone But You sebenarnya tertatih-tatih untuk menjelaskan romantic comedy macam apa dia. Ia terlalu sarkas, liar dan dengan rating dewasa, film ini terlalu percaya diri untuk menampilkan hal-hal yang kasar. Semua aspek “I’m different than the other romcoms” membuat sisi romansanya menjadi berkurang. Tapi pada akhirnya semua itu dimaafkan karena Sydney Sweeney dan Glen Powell memiliki chemistry yang cukup magnetik.
Powell sudah teruji memerankan orang seperti Ben. Akting naturalnya sudah bisa kita rasakan sejak Set It Up atau bahkan Hit Man yang juga baru tayang di Netflix. Sweeney, sementara itu, mulai menguji range aktingnya dengan berbagai jenis film setelah meledak via Euphoria. Cara Sweeney mengucapkan dialog mungkin tidak senatural Powell, tapi setidaknya mereka berdua meyakinkan saat tampil di layar berdua. Se-absurd apa pun plot yang harus mereka mainkan, Sweeney dan Powell berhasil menjual premisnya dengan sangat baik.
Dan saya tidak sabar untuk menyanyikan Unwritten lagi dan lagi bersama mereka semua.
Anyone But You dapat disaksikan di Netflix.