Culture Screen Raves

‘Doctor Slump’ Bukan Reuni Biasa, Ada Isu Kesehatan Mental hingga ‘Cancel Culture’ juga

Punya ‘support system’ saat mengalami kemerosotan hidup sangat berarti. Setidaknya itu salah satu pesan penting drakor ‘Doctor Slump’.

Avatar
  • February 2, 2024
  • 5 min read
  • 3608 Views
‘Doctor Slump’ Bukan Reuni Biasa, Ada Isu Kesehatan Mental hingga ‘Cancel Culture’ juga

Bagi pecinta drama Korea (drakor) The Heirs (2013), tontonan terbaru Netflix berjudul Doctor Slump semacam reuni pengobat rindu. Khususnya kerinduan pada karakter-karakternya yang menawan. Namun, kali ini bukan reuni antara Park Shin-hye dan Lee Min-ho, melainkan dengan Park Hyung-sik—di The Heirs berperan sebagai Myung-soo.

Kehadiran keduanya bahkan sudah dinantikan sejak drakor ini mulai mengeluarkan nama-nama pemain. Tak heran jika episode pertama dan episode kedua Doctor Slump sudah menarik perhatian penonton dan menduduki peringkat pertama di Top 10 Shows Netflix in Indonesia. Ini membuktikan eksistensi dan chemistry Park Shin-hye dan Park Hyung-sik yang tak terbantahkan.

 

 

Doctor Slump memiliki cerita tentang persaingan antara dua siswa-siswi sekolah menengah atas yang memperebutkan peringkat pertama dan kedua, Nam Ha-neul (Park Shin-hye) dan Yeo Jeong-woo (Park Hyung-sik). Ada ambisi dalam adu kepintaran keduanya, dan mereka enggak mau mengalah satu sama lain.

Ha-neul sendiri sebelumnya adalah siswi terbaik di Busan sebelum pindah ke Seoul. Ia terkenal dengan tekad dan ke-ambis-annya yang bisa menghabiskan 17 jam sehari hanya untuk belajar. Ha-neul juga enggak pernah berjalan melainkan berlari atau berjalan cepat agar tak menyia-nyiakan waktunya untuk belajar.

Ulasan Drakor Doctor Slump
Sumber: JTBC

Ia bahkan sengaja menegak bubuk kopi kemasan agar enggak pergi ke kamar kecil. Lagi-lagi agar tak menghabiskan waktu belajarnya. Makanan yang ia makan sehari-hari juga harus bisa langsung dicerna seperti bubur atau nurungji—sejenis kerak nasi yang kemudian dilarutkan dalam air.

Sedangkan Jeong-woo adalah siswa sekolah menengah atas yang selalu mencapai semua keinginannya dengan mudah. Ia bahkan bisa dibilang termasuk murid yang santai ketika dihadapkan dalam urusan belajar. Ibaratnya Jeong-woo adalah kebalikan dari semua apa yang dimiliki oleh Ha-neul.

Sampai kedua murid teratas ini dipertemukan dan memulai aksi persaingan dengan dramatis. Keduanya lulus meraih apa yang mereka impikan selama ini. Baik Ha-neul dan Jeong-woo sama-sama menjadi seorang dokter. Namun, di balik kehidupan sempurna mereka, ada kenyataan pahit dan rahasia yang selama ini ditutupi.

Ha-neul dan Jeong-woo yang bertemu kembali setelah dewasa ketika mengalami kemerosotan pada karier masing-masing. Keduanya mulai saling menghibur saat masalah-masalah baru datang.

Cancel-culture Menyempil di Doctor Slump

Meski baru menampilkan baru dua episode, tapi Doctor Slump sudah mulai mengeluarkan isu yang akhir-akhir ini sering digambarkan di Korea Selatan. Salah satunya adalah cancel-culture yang dialami oleh Yeo Jeong-woo dan membuat kariernya hancur dalam waktu singkat.

Jeong-woo, si dokter bedah plastik dituduh melakukan malpraktik kepada seorang pasiennya. Pasien ini meninggal di tempat setelah kehabisan darah karena operasi yang dilakukan oleh Jeong-woo. Namun setelah diusut lebih lanjut, ternyata ini bukanlah salah Jeong-woo. Masalahnya, karena bukti yang dipegang tak cukup kuat, ia harus menanggung kesalahan tersebut.

review indonesia drama korea Doctor Slump
Sumber: JTBC

Selain terkenal sebagai bedah plastik ternama, ia juga salah satu terkenal karena sampingan sebagai seorang streamer. Nama Jeong-woo dikenal publik dan membuat ia meraih ketenaran. Karena kasus malpraktik ini ia terpaksa harus menerima cancel-culture dari masyarakat. Jeong-woo juga harus membayar denda sebesar 10 miliar won untuk mengganti segala kerugian dari kasusnya tersebut. Buntutnya, iklan-iklan yang mengontrak ia juga harus dibatalkan.

Belum lagi ia harus menelan pil pahit karena mendapat cancel-culture dari teman-teman yang dulu sangat menyanjungnya ketika ia terkenal. Sebagai informasi, ekspektasi masyarakat Korea Selatan akan tokoh publik memang sangat tinggi. Enggak hanya terjadi di sebuah drama atau film, tapi juga sudah menjadi makanan sehari-hari di sana. Apa yang digambarkan dalam karakter Jeong-woo ini hanyalah sebagian dari cancel-culture yang ada.

Depresi Karena Toxic Boss dan Overwork

Berbeda lagi dengan kasus Jeong-woo yang kariernya hancur karena tuduhan malpraktik, Ha-neul sendiri menghadapi permasalahan pada kesehatan tubuh dan mentalnya. Ia didiagnosis mengalami depresi karena stres overwork dan toxic boss.

Awalnya ia menyangkal bagaimana seorang seperti dirinya bisa mengalami depresi. Sebab, selama ini ia merasa baik-baik saja dan tak pernah ada yang salah dengan mentalnya. Namun setelah berkonsultasi dengan seorang psikolog, gejala jantung berdebar, kencang dan sesak napas, ternyata memang pertanda mentalnya tak baik-baik saja.

Sumber: JTBC

“Banyak orang yang mengira depresi hanya soal psikologis. Namun itu bukan hanya kondisi mental saat kau sedih dan ingin bunuh diri. Ada juga gejala fisik depresi termasuk insomnia, perubahan selera makan, sakit pencernaan, dan sakit kepala. Gejala lainnya saat jantungmu berdebar keras dan sesak napas,” ujar psikolog yang menangani Ha-neul. Ha-neul akhirnya disarankan sebaiknya untuk beristirahat.

Ia mulai berpikir jika semasa bekerja ini banyak hal yang membuatnya stres. Ha-neul yang berprofesi sebagai dokter anestesi selalu diharuskan bekerja lebih dari jam normal. Ditambah profesor yang menjadi atasan kerja terkenal toxic padanya dan selalu menuntut Ha-neul melakukan semua pekerjaan yang ia miliki.

Namun Ha-neul sendiri tak mau berlarut-larut dalam kesengsaraan. Ia memberanikan diri untuk keluar dari lingkaran setan bosnya yang toksik tersebut. Luapan segala kemarahan dan kekecewaan itu diungkapkan dan ia memilih untuk mengundurkan diri.

“Aku enggak mau mengorbankan kesehatanku hanya karena hal-hal itu,” ujar Ha-neul ketika ia melangkah keluar dari ruangan atasannya.

Beruntung Ha-neul punya support system yang selalu mendukung dan melindunginya. Meski di awal sang ibu juga menyangkal keadaan psikis Ha-neul, tapi ia sadar keinginannya cuma ingin melihat anak sehat dan bahagia.

Sumber: JTBC

Memang penting sekali bagi orang dengan depresi seperti Ha-neul untuk punya orang-orang yang selalu ada untuk mereka. Orang-orang terdekat bisa membantu meyakinkan kalau mereka ada dan berhak untuk hidup bahagia sama seperti orang lain.

Bagi kamu yang ingin menonton Doctor Slump, bisa disaksikan setiap Sabtu dan Minggu malam di Netflix.



#waveforequality


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *