December 6, 2025
Korean Wave

Drama Korea ‘Study Group’: Aksi Seru di Sekolah yang Penuh Kekacauan

Di sekolah di mana kekuatan fisik menentukan hierarki, seorang siswa memilih senjata yang berbeda: belajar.

  • March 7, 2025
  • 4 min read
  • 3231 Views
Drama Korea ‘Study Group’: Aksi Seru di Sekolah yang Penuh Kekacauan

Di banyak drama sekolah Korea, karakter utamanya biasanya berjuang untuk cinta atau persahabatan. Tapi di Study Group, Yang Yoon Ga-min (Hwang Min-hyun) punya tujuan yang jauh lebih sederhana: dia cuma pingin belajar. Masalahnya, Yuseong Technical bukan sekolah biasa. Di sini, prestasi akademis bukan prioritas, karena yang dihormati adalah mereka yang menang adu jotos. Perkelahian di sekolah ini bukan sekadar ajang iseng dan, tapi sudah jadi sistem sosial.

Ga-min sebenarnya bukan siswa yang cerdas. Meski selalu mencatat semua omongan guru di kelas dan tekun belajar, peringkatnya selalu di paling bawah. Ibunya tidak menaruh harapan tinggi terhadap prestasi akademis Ga-min, tapi dia tetap bertekad memperbaiki nilainya. Akhirnya ia merasa, cara yang tepat adalah membentuk kelompok belajar. Target pertamanya adalah Kim Se-hyun (Lee Jong-hyun), siswa terpintar di sekolah.

Namun, Ga-min lupa kalau di Yuseong Technical, anak pintar biasanya jadi sasaran empuk para penguasa sekolah. Se-hyun pun tidak luput dari incaran Hyun-woo (Park Yoon-ho), salah satu preman sekolah. Saat Ga-min mencoba merekrut Se-hyun dengan gigih, ia justru menarik perhatian orang-orang yang sebaiknya tidak dilawan.

Yang tidak disangka siapa pun, Ga-min memiliki kemampuan bertarung yang spektakuler, meskipun kelihatannya anak baik-baik. Sejak perkelahian pertamanya, statusnya di sekolah mulai berubah. Satu per satu teman sekolah mulai memperhatikannya, termasuk Pi Han-wool (Cha Woo-min), murid terkuat Yuseong Technical.

Baca juga:  ‘Melo Movie’: Drama Korea Romantis yang Kurang Menggigit

Study Group: Adaptasi webtoon yang berhasil menangkap sensasi komiknya

Banyak drama Korea aksi yang mengadaptasi webtoon, tapi Study Group adalah salah satu yang paling sukses menangkap nuansa khas komik ke dalam drama. Dari alur cerita yang cepat, konflik yang mengalir, hingga adegan perkelahiannya yang intens, drama ini benar-benar terasa seperti membaca webtoon yang hidup.

Setiap episode berakhir dengan cliffhanger yang bikin susah berhenti menonton. Dengan durasi yang pas (di bawah 60 menit per episode), drama ini punya ritme yang cepat tanpa terasa terburu-buru.

Sebelum kelompok belajar ini terbentuk, kita diajak mengenal tiap anggotanya. Se-hyun punya masalah dengan ayahnya yang kasar. Lee Ji-wo (Shin Su-hyun), saudara kembar Hyun-woo, adalah lawan pertama Ga-min. Hee-woon (Yoo Sang-jeong) si anak orang kaya yang pemalu, dan Lee Jun (Gong Do-yu) yang terobsesi jadi petarung terbaik tapi juga diam-diam ingin memperbaiki nilainya.

Dengan memberikan ruang bagi karakter-karakter ini berkembang, Study Group berhasil membangun drama yang tidak cuma seru, tapi juga bikin penonton peduli dengan perjuangan mereka. Selain itu, drama Korea tentang bullying atau perundungan biasanya menampilkan perjalanan dari anak lemah yang bertransformasi jadi kuat alias from zero to hero. Tapi Study Group membalik formula ini. Ga-min sebenarnya sudah kuat sejak awal, hanya saja dia memilih untuk tetap di bawah radar.

Justru karakter yang mengalami perkembangan terbesar adalah Lee Han-kyung (Han Ji-eun), guru baru yang berusaha membawa perubahan ke Yuseong Technical. Awalnya terlihat idealis dan naif, Han-kyung perlahan berubah jadi sosok yang berani menghadapi sistem sekolah yang kacau. Saat dia berdiri di depan seluruh murid dan mendeklarasikan misinya menjadikan Yuseong Technical menjadi sekolah yang fungsional, sulit untuk tidak ikut mendukung perjuangannya.

Baca juga: ‘Love Scout’: Drama Korea Formulaik tapi Asyik

Adegan aksi yang brutal tapi tetap menghibur

Salah satu daya tarik terbesar dari Study Group adalah adegan berantemnya yang seru dan intens. Sebagai drama Korea laga, Study Group benar-benar mengandalkan koreografi pertarungan yang epik. Setiap episode pasti ada adegan tarung, tapi tidak ada yang terasa repetitif. Mulai dari duel satu lawan satu sampai pertarungan massal, semuanya dikemas dengan sinematografi yang dinamis dan editing yang tajam. Kamera yang lincah dan koreografi yang detail bikin setiap pertarungan terasa nyata dan menegangkan.

Banyak yang membandingkan Study Group dengan Weak Hero Class 1, drama Korea tentang bullying yang juga penuh adegan perkelahian. Tapi pendekatan keduanya sangat berbeda. Weak Hero Class 1 lebih realistis dan kelam, sementara Study Group lebih over-the-top. Dengan karakter seperti Pi Han-wool, yang lebih terlihat seperti idol trainee daripada preman sekolah, dan Ga-min yang seolah punya jurus bertarung level superhero, Study Group terasa lebih seperti film aksi komik dibandingkan drama yang serius.

Baca juga: ‘The Trauma Code: Heroes On Call’ — Drama Medis Tanpa Basa-Basi yang Bikin Kangen

Karena pendekatan ini, meskipun penuh dengan adegan perkelahian, drama ini tetap terasa ringan dan seru ditonton. Kalau The Glory atau Weak Hero Class 1 bikin kita tegang dan emosional, Study Group lebih ke arah tontonan yang seru dan penuh energi.

Yang membuat Study Group menarik bukan hanya adegan berantemnya, tapi juga ceritanya yang unik. Ga-min bukan karakter yang mencari cinta atau kekayaan. Obsesi utamanya cuma satu: naik peringkat dan jadi lebih pintar. Hal inilah yang akhirnya menjadikan drama Korea ini tidak hanya menginspirasi tapi juga menghibur luar dalam. Setelah menamatkan episode terakhir, cuma ada satu pertanyaan tersisa: Kapan musim kedua tayang?

Study Group dapat disaksikan di Viu dan Vidio.

About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply