Lifestyle Madge PCR

Kenalkan Teman ke Pasangan, Perlu Enggak Sih?

Sering kali kita mengenalkan teman pada pasangan agar dapat dukungan. Namun, bagaimana jika pertemanan malah menghambat relasi romantis?

Avatar
  • June 19, 2024
  • 4 min read
  • 1877 Views
Kenalkan Teman ke Pasangan, Perlu Enggak Sih?

Kurang lebih dua tahun lalu, “Alex”, 24 diajak “Ezra”—mantan pacarnya—ke restoran di bilangan Jakarta Selatan. Tujuannya untuk memperkenalkan Alex pada dua kolega, yang dianggap safe space bagi hubungan pasangan queer. Namun, dua orang tersebut enggak menyambut kehadiran Alex.

Malam itu, teman-teman Ezra enggak memberikan perhatian pada Alex. Ezra tak percaya, Alex diperlakukan demikian. Barulah di pertemuan berikutnya, Ezra sadar, kedua temannya enggak mendukung relasinya dengan Alex.

 

 

“Teman-temannya ini minta gue enggak ikut,” tutur Alex. “Ternyata mereka ngajak orang lain buat dikenalin ke Ezra, dan nggak nyangka gue datang.”

Bagi Alex, memperkenalkan pasangan dengan teman-teman penting dalam hubungan romantis. Bukan hanya menilai karakter pasangan secara objektif ataupun pasangan lebih mengenal latar belakangmu, melainkan mendapatkan dukungan dari teman-teman. Hal ini juga disampaikan oleh peneliti Susan Sprecher dan Diane Felmlee dalam temuannya pada 1992. Keduanya menjelaskan, dukungan teman-teman dapat meningkatkan kualitas hubungan romantis.

Pertanyaannya, jika respons teman-teman justru enggak suportif, apakah akan menghambat relasi romantis?

Baca Juga: Alasan di Balik Melabrak Teman Pasangan

Relasi antara Teman dan Pasangan

Teman yang baik akan mengutamakan kebahagiaanmu, termasuk dalam hubungan romantis. Mereka enggak ingin melihatmu sakit hati, karena diperlakukan enggak baik oleh pasangan. Karena itu, umumnya teman akan memberikan opini perihal relasi, ataupun sosok yang dekat denganmu. Yang penting digarisbawahi, kamu perlu melihat, pandangan seperti apa yang disampaikan dan apakah harus dipertimbangkan.

Salah satunya soal relasi yang tidak sehat. Dalam wawancara bersama Her Campus, penulis dan akademisi Kathleen Bogle mengatakan, perhatian terhadap aspek tersebut merupakan hal yang sebaiknya diperhatikan lantaran menyangkut kepentinganmu.

Seperti Ailin, 24, saat berpacaran dengan kenalan di kampus beberapa tahun lalu. Awalnya, teman-teman menjalin relasi baik dengan pacar Ailin—yang kini berstatus mantan. Sesekali mereka hangout bareng, bahkan mantan pacar Ailin menawarkan tumpangan mobil.

Kondisi berubah begitu teman-teman Ailin tahu, laki-laki tersebut selingkuh. Teman-teman menyarankan Ailin untuk segera mengakhiri hubungan dengan mantan pacar. Namun, Ailin tetap memilih bucin.

“Gara-gara enggak gue putusin, kalau hangout, teman-teman enggak mau bahas atau dengerin curhatan soal hubungan gue,” ceritanya. “Sampai pernah enggak diajak main, karena gue milih pacaran ketimbang hangout sama mereka.”

Dari situ, Ailin memutuskan pacarnya karena merasa enggak masuk akal, mempertahankan relasi setelah diselingkuhi. Sebenarnya, bagi Ailin penilaian teman-teman bukan berarti tolok ukur dalam mengambil keputusan terkait hubungan. Ailin cenderung melihat dan mempertimbangkan, apakah karakter dan perilaku pasangan sesuai dengan penilaian teman-teman. Akan tetapi, kejadian tersebut adalah pengecualian.

“Kalau ada konflik sama pacar atau teman-teman, penyelesaiannya tetap balik ke gue,” ujar Ailin. “Mereka cukup dengerin atau memvalidasi emosi, jangan ikut campur walaupun hubungannya akrab.”

Selain menilai pasangan, yang sebaiknya diperhatikan saat memperkenalkan teman-teman dan pacar, adalah sejauh mana keduanya perlu terlibat. Tak dimungkiri, hubungan yang akrab bisa mengaburkan batasan antara pertemanan dan relasi romantis.

Alex mengalami hal tersebut selama berpacaran dengan Ezra. Lantaran cukup akrab dengan teman-teman Ezra, ia sering ikut hangout bareng lingkaran pertemanan Ezra. Lama-lama, Ezra enggak bisa membagi waktu antara pacaran dan bergaul dengan teman-teman.

Waktu itu, keduanya menjadwalkan kencan di akhir pekan. Begitu harinya tiba, Ezra justru inisiatif menjemput beberapa orang teman untuk pergi bersama. Bahkan menawarkan Alex belakangan.

“Hubungannya jadi hambar dan canggung kalau enggak ada campur tangan orang lain,” tutur Alex.

Pengalaman Alex menggambarkan, hubungan antara teman dan pasangan bisa menimbulkan masalah dalam relasi. Lalu, apa yang bisa dilakukan jika pertemanan menghambat hubungan romantis maupun sebaliknya?

Baca Juga: ‘Unfriend’ di Dunia Nyata, Pertemanan pun Ada Kadaluarsanya

Mengatasi Relasi Romantis yang Terhambat oleh Pertemanan

Setiap hubungan membutuhkan batasan untuk mempertahankan identitas sebagai individu, dan menentukan bagaimana kamu ingin diperlakukan—oleh teman, pasangan, dan keluarga. Dampaknya akan memperkuat relasi, maupun meningkatkan kegiatan kesehatan mental dan emosional.

Untuk menciptakan batasan, kamu perlu mengomunikasikannya supaya terdapat kesepahaman. Salah satu cara dengan menyampaikan secara asertif bahwa kamu menghargai pertemanan dan hubungan dengan pasangan. Namun di sisi lain, kamu ada kebutuhan dan keinginan untuk memiliki ruang pribadi.

Menetapkan batasan itulah yang dilakukan oleh Ailin dan teman-temannya, untuk memisahkan pertemanan dengan hubungan romantis. Misalnya ia selalu menanyakan, apakah boleh mengajak pasangan atau ingin quality time dengan teman-teman. Atau mengingatkan supaya teman maupun pacar enggak saling intervensi di relasi satu sama lain.

Baca Juga: Jaga Hubungan Baik sama Mantan Pacar, Perlu Enggak Ya?

“Kalau ada konflik sama pacar atau teman-teman, penyelesaiannya tetap balik ke gue,” ujar Ailin. “Mereka cukup dengerin atau memvalidasi emosi, jangan ikut campur walaupun hubungannya akrab.”

Namun, apabila permasalahannya adalah teman-teman enggak menyukai relasimu dengan pasangan ataupun sebaliknya, kamu bisa mendiskusikannya dengan mereka. Tujuannya untuk mengetahui kekhawatiran, serta memahami perspektif teman-teman dan pasanganmu. Pastikan agar kedua hubungan tersebut enggak berdampak satu sama lain.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *