Kaesang Pangarep dan istri, Erina Gudono terlihat sedang berada di Amerika Serikat (AS). Itu diketahui warganet usai Erina mengunggah gaya hidup mewah di akun Instagramnya. Mulai dari memamerkan pesawat yang diduga merupakan jet pribadi, roti seharga Rp400 ribu, hingga belanja baby stroller senilai puluhan juta.
Sontak, postingan Erina tuai kecaman. Terlebih situasi di Indonesia sedang tak menentu buntut demonstrasi yang pecah di sejumlah kota. Demonstran memprotes praktik dinasti politik yang dilakukan Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Karena geram dengan flexing menantu Jokowi, sejumlah netizen menyamakannya dengan mantan Ratu Prancis abad ke-18, Marie Antoinette.
Siapa, sih sebenarnya sosok Marie Antoinette?
Baca Juga: #PeringatanDarurat: Putusan MK, Penolakan DPR, dan Kejutan Pilkada 2024
Latar Belakang Keluarga
Dikutip dari Britannica, Marie Antoinette Queen of France, Marie Antoinette lahir pada 2 November 1755 di Wina, Austria. Ia adalah putri aisar Francis I dan Ratu Maria Theresa. Pemilik nama asli Maria Antonia Josepha Johanna itu, anak ke-15 dari pasangan kerajaan. Sejak lahir, Marie sudah ditakdirkan untuk memainkan peran penting dalam politik Eropa.
Sebagai putri ratu yang berpengaruh, masa kecilnya dihabiskan di lingkungan istana yang penuh kemewahan. Ia dikenal sebagai anak yang ceria, namun tidak begitu tertarik pada pendidikan formal, yang nantinya menjadi salah satu alasan kritik terhadap dirinya kala dewasa.
Pernikahan dengan Louis XVI
Pada usia 14 tahun, Marie Antoinette dinikahkan dengan Louis-Auguste, calon Raja Louis XVI dari Prancis. Pernikahan ini bukan hanya sekadar cinta, tetapi juga langkah politik yang penting untuk memperkuat aliansi antara Austria dan Prancis. Pesta pernikahan yang mewah diadakan di Istana Versailles, menandai awal dari kehidupan baru Marie di Prancis.
Namun, adaptasi Marie di lingkungan baru tidaklah mudah. Ia harus menghadapi tekanan dari keluarga kerajaan Prancis dan harapan tinggi dari rakyat. Mulanya, ia kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan di Versailles, yang penuh dengan aturan dan tata krama yang ketat.
Marie Antoinette sebagai Ratu
Ketika Louis XVI naik takhta pada 1774, Marie Antoinette, yang saat itu baru berusia 19 tahun, secara resmi menjadi Ratu Prancis. Posisi ini tidak hanya memberinya kekuasaan dan pengaruh yang besar, tetapi juga menempatkannya di pusat sorotan publik. Sebagai ratu, Marie Antoinette harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari harapan tinggi yang dibebankan kepadanya hingga tekanan dari kehidupan istana yang penuh dengan intrik dan persaingan.
Tantangan sebagai Ratu Muda
Menjadi ratu di usia yang begitu muda bukanlah hal yang mudah bagi Marie Antoinette. Ia harus beradaptasi dengan peran barunya dalam waktu singkat, sambil belajar menghadapi tekanan dan ekspektasi yang datang dari berbagai arah. Sebagai istri dari Louis XVI, yang dikenal sebagai raja yang pemalu dan tidak terlalu tegas, Marie Antoinette sering kali harus mengisi kekosongan dalam kehidupan publik dan sosial di istana.
Namun, justru karena usianya yang muda dan kurangnya pengalaman, Marie Antoinette sering kali dianggap tidak siap untuk menghadapi tanggung jawab sebagai ratu. Banyak orang di istana, termasuk para bangsawan senior, memandangnya dengan skeptis. Ia sering dikritik karena dianggap lebih peduli pada kesenangan pribadi dan gaya hidup mewah ketimbang menjalankan peran sebagai pemimpin rakyat.
Baca Juga: Sejarah Korset: Antara Pengekangan dan Pembebasan Perempuan
Gaya Hidup di Istana Versailles
Marie dikenal dengan gaya hidupnya yang mewah dan gemerlap di Istana Versailles. Sebagai ratu, ia memiliki akses ke kekayaan dan sumber daya yang hampir tidak terbatas, yang ia gunakan untuk memenuhi hasratnya terhadap fashion, perhiasan, dan hiburan. Versailles, yang sudah dikenal sebagai pusat kehidupan sosial dan politik Prancis, menjadi semakin glamor di bawah pengaruh Marie Antoinette.
Ia sering mengadakan pesta-pesta besar, acara musik, dan pertunjukan teater di istana, yang tidak hanya dihadiri oleh bangsawan Prancis, tetapi juga tamu-tamu dari luar negeri. Selain itu, Marie Antoinette juga dikenal sebagai ikon fashion pada masanya. Gaya berpakaian dan tata rambutnya selalu menjadi perhatian, bahkan menjadi tren di kalangan bangsawan Eropa.
Namun, gaya hidup mewah ini juga menimbulkan banyak kritikan, terutama dari rakyat Prancis yang saat itu sedang mengalami kesulitan ekonomi. Mereka melihat kemewahan yang dipamerkan di Versailles sebagai bukti ketidakpedulian raja dan ratu terhadap penderitaan rakyat. Hal ini semakin memperburuk citra Marie Antoinette di mata publik, dan ia dianggap bertanggung jawab atas krisis keuangan yang melanda Prancis.
Hubungannya dengan Rakyat Prancis
Sebagai ratu, Marie Antoinette diharapkan untuk menjadi simbol persatuan dan kekuatan bagi rakyat Prancis. Namun, sejak awal pemerintahannya, hubungan antara Marie Antoinette dan rakyatnya tidak pernah benar-benar harmonis. Banyak orang Prancis melihatnya sebagai orang asing yang tidak memahami atau peduli terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh negara.
Dikutip dari History, Did Marie Antoinette Really Say ‘Let Them Eat Cake’? salah satu insiden yang sering dikaitkan dengan Marie Antoinette adalah pernyataan yang konon ia ucapkan ketika mendengar rakyat Prancis tidak memiliki roti untuk dimakan: “Let them eat cake.” Meskipun tidak ada bukti, ia benar-benar mengucapkan kata-kata ini, cerita tersebut menjadi simbol dari ketidakpekaan (tone deaf) terhadap kondisi rakyat. Mirip seperti yang dilakukan Erina kini.
Seiring berjalannya waktu, ketidakpuasan terhadap Marie Antoinette semakin meningkat, terutama karena keterlibatannya dalam berbagai skandal dan keputusan politik yang tidak populer. Ia dianggap sebagai sumber pengaruh buruk bagi suaminya, Raja Louis XVI, dan dituduh menggunakan kekuasaannya untuk keuntungan pribadi dan keluarganya.
Baca Juga: ‘Literature and Ideas Festival Mon Amour!’, Rayakan Keragaman Budaya Prancis dan Frankofon
Kontroversi dan Skandal
Salah satu aspek yang paling menonjol dalam kehidupan Marie Antoinette adalah kontroversi yang mengelilinginya. Gaya hidup mewahnya, yang termasuk pesta-pesta besar, pakaian mahal, dan perhiasan mewah, membuatnya dijuluki sebagai “Madame Deficit” oleh rakyat Prancis yang sedang mengalami krisis ekonomi.
DIkutip dari Britannica, Affair of the Diamond Necklace, salah satu skandal terbesar yang melibatkan Marie Antoinette adalah Skandal Kalung Berlian (Affaire du Collier). Dalam kasus ini, Marie dituduh terlibat dalam penipuan untuk membeli kalung berlian yang sangat mahal. Meskipun ia tidak terlibat secara langsung, skandal ini semakin merusak reputasinya di mata publik.
Revolusi Prancis dan Peran Marie Antoinette
Ketika Revolusi Prancis pecah pada 1789, kehidupan Marie Antoinette dan keluarga kerajaan berubah drastis. Dari ratu yang penuh kemewahan, lalu jadi simbol kebencian rakyat terhadap monarki. Rakyat menganggapnya sebagai perwujudan dari semua yang salah dalam pemerintahan kerajaan.
Marie Antoinette berusaha mempertahankan kekuasaan monarki dan melindungi keluarganya, namun situasi politik yang semakin kacau membuat posisinya semakin sulit. Ia mencoba melarikan diri dari Prancis bersama keluarganya, tetapi usaha ini gagal, dan mereka ditangkap oleh para revolusioner.
Setelah ditangkap, Marie Antoinette dan keluarganya dipenjara di Temple, benteng di Paris. Dikutip dari National Geographic Indonesia, Kisah Ratu Marie Antoinette yang Dieksekusi Saat Revolusi Prancis, pada bulan Oktober 1793, Marie Antoinette diadili oleh Pengadilan Revolusi dengan berbagai tuduhan, termasuk pengkhianatan terhadap negara. Ia akhirnya dijatuhi hukuman mati.