‘Somebody Somewhere’: Komedi ‘Slice of Life’ yang Menghangatkan Hati
Serial HBO Somebody Somewhere menghadirkan kisah ‘slice of life’ yang autentik dan menghangatkan hati dengan humor dan emosi yang pas.
Komedi slice-of-life super sederhana, Somebody Somewhere, sukses membuat saya jatuh cinta. Meski tanpa nama besar dan dengan cerita yang sangat sehari-hari, serial HBO ini memiliki penceritaan yang otentik, menawarkan cerita yang hangat dan ekpslorasi kondisi manusia. Musim ketiga pada akhir tahun ini yang sekaligus menjadi penutup serial mempersembahkan salah satu bab terbaik yang pernah saya tonton.
Pada musim ini, semua hal masih terasa sama sekaligus berubah dalam kehidupan Sam (Bridget Everett), setelah kembali ke Manhattan, Kansas, untuk mengurusi adiknya yang tiada. Karakter-karakternya masih sama, bar diisi oleh orang yang itu-itu saja, dan Sam masih takut untuk membuka hatinya untuk berkomitmen. Joel (Jeff Hiller), sahabat terdekatnya, sekarang tinggal bareng dengan pacarnya, Brad (Tim Bagley). Temannya yang lain Fred (Murray Hill), sekarang dipaksa untuk hidup sehat oleh istrinya Susan (Jennifer Mudge). Susan bahkan “memarahi” Sam yang mengajaknya makan di tempat yang tidak sehat.
Baca juga: Serial Komedi ‘The Franchise’: Kekacauan di Balik Layar Film Pahlawan Super
Sementara itu, saudari Sam yang bernama Tricia (Mary Catherine Garrison) sekarang menjadi semakin sukses setelah dagangannya (bantal-bantal cantik dengan tulisan ‘kasar’) laris manis. Setelah bercerai dari suaminya yang selingkuh, ia sekarang sibuk untuk membentangkan sayapnya di dunia bisnis (menjadi event planner) dan kencan sana-sini. Peternakan dan rumah orang tua mereka sekarang disewakan Viglundur atau Iceland (Ólafur Darri Ólafsson). Kehadiran pria ini rupanya membuka pintu pandora yang akan mengubah hidup Sam yang stagnan.
Somebody Somewhere adalah sebuah tontonan yang cukup unik—sulit untuk membandingkannya dengan tontonan lain di genre yang sama. Korea Selatan banyak menghadirkan drama slice-of-life, seperti Our Blues atau My Liberation Notes, namun plotnya tetap epik. Menonton Somebody Somewhere rasanya seperti sedang duduk di halte bus dan menyaksikan orang-orang lalu lalang. Bagian paling radikal dari musim ketiga ini adalah menghadirkan kisah romantis untuk karakter utamanya.
Seperti gaya Somebody Somewhere yang kalem, kreator Hannah Bos dan Paul Thureen menaruh figur yang sangat biasa untuk menjadi calon pasangan Sam. Minim bicara, secara fisik Iceland bukan figur yang luar biasa ganteng tapi ia menghadirkan misteri yang cukup untuk menjadi katalis bagi Sam. Butuh enam episode bagi Somebody Somewhere untuk akhirnya memberikan waktu bagi dua karakter ini berbicara. Bagian komedinya adalah ketika Sam mengaku bahwa ia membuat daftar berisi bahan obrolan. Bagian dramanya adalah bagaimana karakter Sam merespons interaksi antara mereka berdua.
Obrolan antara Sam dan Iceland berjalan dengan sangat baik meskipun mereka membahas tentang hal-hal yang banal. Sam adalah karakter yang cukup tidak percaya diri sampai ia membangun benteng terhadap orang-orang yang ingin masuk ke dalam hidupnya, dan sering merasa tidak layak mendapatkan cinta. Perasaan itu terasa sangat mentah dan jujur, karena banyak dari kita pernah ada di posisinya. Manisnya, Iceland mampu melihat ke dalam diri Sam. Setelah Sam bilang bahwa dia senang akhirnya pria itu tertawa dengan jokesnya, Iceland bilang, “I don’t like how you always put yourself down.” Ini baru romantis.
Baca juga: 6 Rekomendasi Film Korea ‘Slice of Life’ dari Sutradara Perempuan
Relasi yang Hangat
Di musim pertama Somebody Somewhere, hubungan Sam dengan saudarinya Tricia terlihat sangat berjarak. Hubungan ini kemudian berevolusi sepanjang serial, dan di musim ketiga, mereka menjadi lebih dekat, hingga Sam menjadi orang pertama yang memeriksa Tricia saat ia terkena infeksi menular seksual.
Momen kebersamaan mereka sering menyentuh, terutama ketika Tricia menangis karena lupa dengan ulang tahun mendiang saudari mereka. “Aku takut kalau aku kehilangan rasa sedih ini, aku juga akan kehilangan Holly,” ujarnya. Alih-alih tenggelam dalam kesedihan, momen tersebut menjadi langkah baru bagi Tricia untuk mencapai kedamaian. Sam mengatakan bahwa rasa sedih atas kehilangan Holly bukanlah hal yang mendefinisikan saudari mereka. Sangat menyentuh menyaksikan dua saudari yang di awal Somebody Somewhere terasa begitu jauh sekarang ada di ruangan yang sama dan saling berpelukan.
Musim ketiga serial HBO ini juga menampilkan aspek spiritualitas, khususnya topik keimanan dalam komunitas queer. Namun, memang yang paling menghangatkan adalah relasi-relasi antara karakter. Bagaimana Joel dan Sam memiliki persahabatan yang fungsional dan sehat, sebuah hubungan platonik yang mengharukan dan seharusnya lebih banyak dirayakan.
Baca juga: Review ‘Somebody Somewhere’: Perjalanan Perempuan Bisa Saja Dimulai di Usia 40-an
Somebody Somewhere diakhiri dengan Sam mengejutkan semua orang dengan menyanyikan The Climb bersama Joel di bar tempat ia bekerja. Lirik lagu yang dinyanyikan oleh Miley Cyrus itu mungkin terdengar terlalu klise. “Ain’t about how fast I get there / Ain’t about what’s waiting on the other side”. Tapi ketika Sam menyanyikan lagu tersebut, lagu ini menjadi penutup yang pas untuk serial ini. Somebody Somewhere bukan tentang momen bahagia ini. Tapi tentang bagaimana perjalanan orang-orang biasa ini menemukan kebahagiaannya. Dan pemandangan di ujung bukit ternyata memang seindah itu.
Somebody Somewhere dapat disaksikan di HBO Max