Serbi-serbi Cara Pemerintah ‘Gaslight’ Kritik Warga
Alih-alih memperbaiki ‘akhlaknya’, pemerintah justru sibuk membuat narasi tandingan terhadap aksi massa #IndonesiaGelap.

Terhitung sejak (17/2), rentetan aksi protes #IndonesiaGelap digelar berbagai elemen masyarakat di kota-kota besar Indonesia. Dari Jakarta, Semarang, Surabaya, hingga Papua, demonstran menyerukan tuntutan agar pemerintah berbenah segera. Ini mengingat situasi masyarakat di Indonesia bak dalam kegelapan buntut berbagai kebijakan serampangan negara. Sebut saja efisiensi anggaran, Makan Bergizi Gratis (MBG), pengesahan Undang-undang Minerba, hingga kabinet gemuk Prabowo Subianto.
Tagar #IndonesiaGelap pun menggema di linimassa. Koordinator Badan Eksekusif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Satria Naufal menuturkan, tagar #IndonesiaGelap dimaknai sebagai ketakutan warga Indonesia terhadap nasib masa depan bangsa. “Bagi kami, Indonesia Gelap sudah cukup mewakilkan ketakutan, kekhawatiran, serta kesejahteraan warga,” kata dia saat dihubungi, Tempo, (17/2).
Sayangnya, alih-alih merespons keresahan warga dengan memperbaiki kebijakan, pemerintah justru sibuk membuat narasi tandingan. Ini dilakukan untuk memecah kesatuan rakyat dan menggiring opini bahwa tak ada isu yang berarti hari ini di negara kita. Padahal jika memang Indonesia baik-baik saja, kenapa massa aksi tumpah ruah ke jalan?
Magadalene merangkum serba-serbi negara dalam merespons kritik warga soal #IndonesiaGelap:
Baca juga: Demo #IndonesiaGelap di Patung Kuda: Beton Pembatas Dirubuhkan hingga Isi Tuntutan Mahasiswa
1. Gerakkan Buzzer, Bikin Tagar Tandingan #IndonesiaCerah
Di tengah ramainya tagar #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu sebagai respons kekecewaan rakyat, pemerintah justru membuat tagar tandingan #IndonesiaCerah dan #PulangAjaDulu. Tagar ini dimotori oleh sejumlah akun buzzer di X, yang sengaja memasukkan narasi positif soal kebijakan-kebijakan rezim Prabowo-Gibran. Mereka juga memuat beberapa klarifikasi atas tuntutan #IndonesiaGelap.
Misalnya, program MBG yang sudah mulai berjalan dan dampaknya dirasakan oleh siswa-siswi di sekolah. Selain itu, efisiensi anggaran penting dilakukan guna mengurangi pengeluaran tak esensial, dan mengalihkannya pada program yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Ada lagi pengesahan Undang-undang Mineral dan Batu Bara yang punya dampak positif bagi organisasi masyarakat keagamaan, pengusaha usaha mikro kecil, dan menengah—bisa mendapat izin usaha tambang lewat membentuk badan usaha.
Padahal faktanya, justru kebijakan-kebijakan inilah yang jadi faktor utama kenapa rakyat marah, protes di jalanan, dan mengeluarkan tagar #IndonesiaGelap.
Baca juga: #IndonesiaGelap: 6 Dampak Buruk Efisiensi Anggaran Pendidikan
2. Lord Luhut: Rakyat yang Gelap, Pindah Saja ke Surga
“Jadi kalau ada yang bilang itu Indonesia gelap, yang gelap kau, bukan Indonesia. Jadi kita jangan terus mengeklaim sana-sini,” ujar Luhut Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional saat diwawancarai awak media, (19/2) soal tagar #IndonesiaGelap.
Disadur dari CNN Indonesia, ia bilang kini Indonesia sudah berjalan cukup baik walau ada kekurangan di beberapa sisi. Namun kekurangan ini, klaimnya, enggak hanya dirasakan Indonesia, melainkan negara lain, termasuk Amerika Serikat. Untuk itu Luhut menilai kalau #IndonesiaGelap tidaklah tepat.
Luhut juga menanggapi tagar #KaburAjaDulu. Lagi-lagi ia membandingkan keadaan Indonesia dengan Paman Sam yang lebih banyak tunawisma. Sedangkan di Indonesia, tunawisma tak sebanyak di sana, bahkan anak muda punya peluang lebih besar untuk bisa bekerja di dalam negeri.
Enggak cuma itu, saat diminta tanggapannya soal potensi penyalahgunaan Danantara yang digagas Prabowo, ia berkelakar agar rakyat pindah saja ke surga. “Ya kita semua harus kompak saja, bahwa kurang saya kira pastilah sudah kurang. Kalau tidak kurang ya kau pikir ke surga aja, tapi kalau saya belum mau buru-buru ke surga. Jadi kalau Anda pengin semua perfect, ya kau pilih surga saja buru-buru sana,” ujarnya kepada Suara, (19/2).
Baca juga: 6 Dampak Efisiensi Anggaran Prabowo: PHK Massal hingga Riset yang Mandek
3. Ramai Berita Soal Optimisme Menyambut #IndonesiaCerah
Dari pantauan Magdalene, di tengah menguatnya kritik warga, ada sejumlah media yang memilih headline dengan sentimen lebih positif terhadap pemerintah. Biasanya ini dilakukan dengan mengutip satu pernyataan narasumber pemerintah, lalu berita macam itu diperbanyak di kanal-kanal lainnya.
Salah satu yang sering dikutip adalah Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno yang bilang, membangun dan berkontribusi untuk Indonesia sebaiknya dimulai dengan optimisme.
“Pandangan pesimisme tentu akan melihat gelap dan jalan buntu. Pandangan optimis percaya bahwa selalu akan ada cahaya di ujung terowongan. Kita pilih yang mana? Saya pilih optimis bahwa Indonesia akan cerah dan maju,” kata Eddy, dilansir dari Jawa Pos, Pontas, Detik, hingga JPNN.
Selain Eddy, keterangan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi di Kompleks Parlemen Senayan, (18/2) juga dikutip oleh jurnalis. “Inilah ya namanya kebebasan berekspresi, tapi tolong sekali lagi ya jangan membelokkan apa yang sebenarnya tidak seperti itu, mana? Enggak ada Indonesia gelap,” ungkapnya kepada Kompas.
Prasetyo menilai keadaan Indonesia sekarang tidak gelap—selayaknya yang ditakutkan masyarakat Indonesia. Ia lantas meminta seluruh anak bangsa untuk sama-sama membuat Indonesia bangkit. Pun, ia mendorong rakyat untuk memberi kesempatan bagi pemerintahan yang Prabowo yang sudah berusaha maksimal dan selalu mencari solusi untuk setiap masalah.
