‘Playing Victim’ dalam Hubungan: Apa Saja Tandanya?
Hubungan makin berat karena pasangan selalu merasa jadi korban? Kenali tanda-tanda ‘playing victim’ dan cara menghadapinya.
Setiap hubungan, baik dengan pasangan, keluarga, atau teman, sudah tentu menghadapi konflik. Enggak heran jika kemudian hubungan naik dan surut. Ini adalah hal wajar, tapi menjadi bermasalah ketika selalu ada satu orang yang terus memposisikan diri sebagai “korban” atau playing victim.
Entah siapa yang salah, tapi orang tersebut selalu mengeklaim paling merugi. Boro-boro mengakui kesalahan, memvalidasi perasaan, atau minta maaf. Jika dibiarkan, hubungan akan terasa lebih beracun dan sarat drama.
Redaksi Magdalene merangkumkan untukmu, apa saja tanda-tanda playing victim dan cara menghadapinya.
Apa Sebenarnya Playing Victim itu?
Dikutip dari Psychology Today, 3 Ways to Tell When Someone Is Playing the Victim, playing victim adalah pola perilaku di mana seseorang selalu merasa dirinya korban. Orang yang memiliki pola ini sering kali merasa selalu dirugikan oleh orang lain atau situasi tertentu, walaupun sebenarnya mungkin kenyataannya tidak begitu.
Alih-alih fokus mencari solusi, mereka cenderung menunjukkan diri sebagai pihak yang tersakiti atau tertindas. Intinya, playing victim adalah strategi psikologis untuk menghindari tanggung jawab sekaligus mencari simpati atau perhatian dari orang sekitar.
Perilaku ini bukan cuma reaksi sesaat terhadap masalah, tapi sering jadi pola yang berulang dan sulit diubah dalam kepribadian seseorang. Mereka yang sering playing victim biasanya punya pandangan bahwa dunia ini tidak adil buat mereka. Bahkan ketika ada kesempatan untuk memperbaiki situasi atau belajar dari kesalahan, mereka lebih fokus mencari pembenaran untuk perasaan sebagai korban. Akibatnya, konflik dalam hubungan malah jadi lebih rumit.
Baca Juga: Mau Sehat dan Bahagia? Pilih Pasangan yang Seperti Ini
Kenapa Seseorang Playing Victim?
Masih dari Psychology Today, ada beberapa alasan kenapa seseorang memilih berperan sebagai korban. Pertama, ini bisa jadi cara buat menghindari tanggung jawab. Dengan menunjukkan diri sebagai korban, mereka berharap orang lain jadi iba dan nggak menuntut mereka bertanggung jawab atau mengambil tindakan nyata. Selain itu, playing victim juga bisa digunakan untuk memanipulasi pasangan atau orang lain agar mereka dapat perhatian dan simpati lebih.
Kadang-kadang, perilaku ini muncul sebagai mekanisme pertahanan diri. Misalnya, orang yang takut ditolak atau kurang percaya diri mungkin lebih memilih peran sebagai “korban” daripada menghadapi kenyataan yang mungkin menyakitkan atau memalukan. Playing victim memberikan rasa aman sesaat karena mereka tidak harus mengambil risiko, seperti memperbaiki diri atau menerima kritik.
Tanda-Tanda Pasangan yang Suka Playing Victim
Penting banget buat tahu ciri-ciri pasangan yang playing victim biar kita bisa paham dan menghadapinya dengan bijak. Dikutip dari Couples Learn, 10 Signs You Might Be Dating a “Victim”, berikut beberapa tanda umum yang biasanya muncul pada pasangan dengan pola ini:
- Sulit Menerima Kritik
Pasangan yang playing victim sering menganggap kritik sebagai serangan pribadi. Saat diberi saran atau masukan, mereka cenderung bereaksi defensif dan bahkan bisa merasa kamu “jahat.” Mereka sulit melihat kritik sebagai masukan positif, malah memposisikan diri sebagai pihak yang tersakiti. Akibatnya, komunikasi jadi kurang efektif, karena diskusi yang seharusnya membangun malah berujung pada drama emosional.
- Menggunakan Emosi untuk Mengontrol Pasangan
Ciri lainnya adalah menggunakan emosi, seperti menangis atau marah, untuk memanipulasi pasangan. Mereka mungkin tiba-tiba tampak sangat sedih atau stres saat menghadapi masalah kecil, sehingga kamu merasa perlu memberi perhatian ekstra. Tanpa sadar, perilaku ini bisa jadi alat kontrol emosional yang membuat kamu merasa bersalah dan akhirnya menuruti keinginan mereka, walaupun mungkin sebenarnya itu enggak adil buat kamu.
- Selalu Mencari Kambing Hitam
Pasangan yang suka playing victim biasanya selalu mencari orang atau hal lain untuk disalahkan atas masalah yang ada. Alih-alih mencoba menyelesaikan masalah atau berfokus pada solusi, mereka lebih suka menyalahkan pasangan, teman, atau faktor luar. Ini membuat mereka sulit untuk mengambil tanggung jawab atas keputusan sendiri, sementara kamu sering kali berada di posisi yang disalahkan tanpa alasan jelas.
- Selalu Merasa Dirugikan
Mereka cenderung merasa diri mereka diperlakukan tidak adil, baik oleh kamu maupun orang lain. Setiap masalah kecil bisa dianggap sebagai bukti bahwa mereka adalah korban. Pola pikir ini bikin mereka susah berempati karena mereka fokus pada diri sendiri, merasa semua perhatian harus untuk mereka. Akibatnya, hubungan jadi enggak seimbang, dan kamu merasa perlu berusaha lebih keras untuk memahami dan mendukung mereka.
- Selalu Mengungkit Kesalahan Lama
Pasangan yang suka playing victim sering membawa-bawa kesalahan masa lalu untuk menguatkan posisinya sebagai korban. Mereka mungkin terus mengingatkan kamu tentang kejadian yang sudah berlalu, membuat kamu merasa bersalah dan mempercayai narasi bahwa mereka selalu terluka. Hal ini bisa sangat melelahkan secara emosional, karena mereka enggan melupakan masa lalu dan malah menggunakannya sebagai alat manipulasi.
Baca Juga: Kenapa Pilih Bertahan dalam Pacaran yang Berkekerasan?
Cara Menghadapi Pasangan yang Suka Playing Victim
Menghadapi pasangan yang playing victim memang bisa jadi tantangan, apalagi kalau perilaku ini sudah menjadi pola dalam hubungan. Tapi, dengan pendekatan yang tepat, kamu bisa membantu pasangan lebih memahami tindakannya tanpa membuat mereka merasa disudutkan. DIkutip dari Healthline, How to Identify and Deal with a Victim Mentality, berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba:
- Tetap Tenang dan Jangan Terpancing Emosi
Ketika pasangan mulai menunjukkan perilaku playing victim, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah tetap tenang. Merespons dengan emosi, seperti marah atau frustrasi, hanya akan memperburuk situasi. Dengan tetap tenang, kamu bisa lebih mengontrol diri dan memberikan tanggapan yang rasional. Tunjukkan empati, tetapi jangan mudah terpancing untuk memenuhi permintaan yang berlebihan hanya demi menghindari konflik.
Baca Juga: 6 Cara Jitu Menghindari ‘Toxic Relationship’
- Fokus pada Komunikasi yang Jelas dan Langsung
Ungkapkan perasaan kamu dengan cara yang tidak menyalahkan langsung. Daripada bilang, “Kamu selalu jadi korban,” coba katakan, “Aku merasa sulit untuk berkomunikasi kalau kamu merasa selalu dirugikan.” Dengan begitu, kamu menyampaikan pentingnya komunikasi tanpa membuat pasangan merasa diserang. Jelaskan juga bagaimana perilaku mereka berdampak pada hubungan dan perasaan kamu.
- Jangan Terjebak dalam Manipulasi Emosional
Kadang-kadang, pasangan yang playing victim mungkin menggunakan emosi untuk menarik perhatian atau membuat kamu merasa bersalah. Kalau kamu merasa situasi ini mulai berulang tanpa ada perubahan, penting untuk menjaga batasan emosional kamu. Jangan merasa bersalah untuk menolak jika permintaan atau perilaku mereka tidak adil. Tunjukkan bahwa kamu peduli, tapi tetap tegas pada batasan yang sudah kamu tetapkan.
- Ciptakan Keseimbangan dalam Hubungan
Pastikan hubungan kalian enggak cuma berpusat pada usaha memenuhi kebutuhan emosional pasangan yang playing victim. Ciptakan keseimbangan di mana kalian berdua saling mendukung dan bertanggung jawab. Kalau hanya satu pihak yang terus berusaha keras, hubungan bisa jadi tidak sehat dan melelahkan. Ingat, keseimbangan dalam hubungan adalah kunci untuk kebahagiaan bersama.