Teater ‘Jalasena Laksamana Malahayati’: Kisah Panglima Armada Laut Perempuan Pertama Indonesia
Keana Films mengadakan Private Screening Teater ‘Jalasena Laksamana Malahayati”. Perempuan pertama yang menjadi panglima armada laut Indonesia.
Pada (28/6) lalu, Keana Films mengadakan private screening teater bertajuk “Jalasena Laksamana Malahayati” di Kineforum, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pertunjukan teater itu sendiri diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan ke-78 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) pada 10 September 2023.
Acara tersebut mengangkat sosok Keumalahayati atau Laksamana Malahayati. Ia adalah panglima armada laut perempuan pertama di dunia dari Kesultanan Aceh Darussalam di abad ke-16. Lahir pada 1 Januari 1550, Malahayati telah jadi inspirasi membangun kekuatan maritim Indonesia, yang notabene jadi negara kepulauan terbesar dunia.
Dari Malahayati, kita be;ajar sepak terjangnya dalam menjaga kedaulatan dan membangun perekonomian. Di samping pembangunan infrastruktur, diplomasi, dan kekuatan armada laut, Malahayati juga berani memimpin 2 ribu pasukan Inong Balee melawan penjajah Portugis.
Baca juga: Misi Lestarikan Budaya Indonesia hingga ke Kroasia
Semangat pantang menyerah Malahayati turut mengilhami TNI AL membentuk Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) pada 1963. Bahkan sejak 2013, Akademi Angkatan Laut mulai menempa taruni agar kelak lahir lebih banyak lagi Laksamana Malahayati lainnya di era modern.
Dalam pertunjukan ini, Keana Film menggandeng Marcella Zalianty sebagai produser sekaligus pemeran utama. Lalu ada Arswendi Bening sebagai Sultan Aceh, Cut Mini sebagai sosok ibu Laksamana Malahayati, dan Teuku Rifnu Wikana sebagai suami Malahayati, serta Aulia Sarah yang memerankan Cut Limpah.
Pertunjukan ini disutradarai oleh Iswandi Pratama dan dibantu Jay Subyakto selaku penata artistik, serta Toro Arto yang didapuk jadi pimpinan produksi. Selain itu, seniman Nya Ina Raseuki atau Ubiet juga terlibat sebagai pelantun lamen. Pun, koreografer senior Hartati sebagai penata gerak. Adapun, penata musik dipercayakan kepada Indra Perkasa.
Selain adegan pertempuran kolosal yang menggambarkan prajurit Inong Balee dengan serdadu asing, juga ditampilkannya replika kapal perang ke atas panggung pertunjukan. Replika kapal itu merupakan hasil riset Jay Subyakto. Ia dapat dibongkar pasang dan berukuran tinggi 3,5 meter serta panjang 10 meter.
Marcella Zalianty, Direktur Utama Keana Films menyampaikan dalam rilis yang diterima Magdalene, “Lebih dari sekadar pahlawan perempuan, Malahayati adalah inspirasi bagi generasi penerus. Ia menunjukkan bahwa keberanian dan patriotisme tidak mengenal gender. Sebagai bangsa yang merdeka, kita harus bangga atas warisan sejarah yang gemilang ini. Laksamana Malahayati adalah pengingat bahwa semangat juang dan persatuan adalah kunci untuk mencapai kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Semangatnya yang pantang menyerah dan tekadnya yang kuat untuk melindungi bangsa patut kita teladani.”
Baca juga: 40 Tahun Perjalanan PSM UI Paragita Hadirkan ‘Musikal Merantau’
Perlu diketahui, hari lahir Malahayati sudah ditetapkan sebagai Hari Internasional oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Hingga kini pun, nama Malahayati disematkan TNI AL pada salah satu kapal perang yang masih beroperasi, KRI Malahayati 362, yang memperkuat Komando Armada III di Sorong, Papua Barat. Tak hanya itu, nama Malahayati juga dipakai untuk penamaan Markas Besar TNI, sejumlah ksatrian, gedung, dan jalan di Komplek TNI AL.