‘The Fall of the House of Usher’: ‘Succession’ Versi Horor Khas Tangan Dingin Flanagan
Ramuan tangan dingin Mike Flanagan ditambah tema ‘eat the rich’ sama dengan horor yang menyenangkan.
(Artikel ini mengandung sedikit spoiler)
Tidak ada yang lebih diinginkan August Dupin (Carl Lumbly) selain menunjukkan ke seluruh dunia, bahwa asumsinya terhadap perusahaan farmasi Fortunato yang dikepalai Roderick Usher (Bruce Greenwood) memang benar adanya. Itu sebabnya ketika Dupin mendapatkan undangan untuk bicara empat mata dengan Roderick, ia menerimanya dengan senang hati. Meskipun lokasinya di sebuah rumah bobrok misterius.
Ketika ia sampai, Roderick menyambutnya dengan minuman mahal. Alkohol harga jutaan dollar itu hanya satu-satunya benda yang on brand dengan kepribadian Roderick selama ini. Ruangan itu berdebu, tua dan menyeramkan. Meskipun ada api yang menghangatkan mereka (dan menjadi sumber cahaya di ruangan tersebut), kesan keseluruhan ruangan itu lebih mirip wahana rumah hantu daripada tempat tinggal. Kenapa Roderick mau mengajaknya berbicara di tempat ini?
Baca juga: Pertaruhan Plot Twist ‘Succession’ yang Berhasil
Dupin yang selama bertahun-tahun berusaha keras membuktikan bahwa keluarga Usher ini busuk sudah tidak tahan untuk mencari tahu maksud Roderick. Tidak seperti dirinya yang tak sabaran, Roderick malah seperti bermain-main. Berbicara ngalor ngidul dengan gaya teatrikal. Tapi ia memastikan Dupin untuk tetap tinggal. Katanya ia akan memberikan bukti bahwa semua tuduhan Dupin benar. Tidak hanya itu, Roderick akan menjelaskan kenapa semua anaknya meninggal dunia dalam kurun waktu dua minggu.
Tangan Dingin Flanagan
Selain nama Jason Blum dengan bendera Blumhouse-nya, mungkin nama Mike Flanagan adalah nama kedua yang sekarang menjadi jaminan mutu konten horor. Sejak ia membuat Absentia pada tahun 2011, Flanagan tidak pernah gagal menghadirkan tontonan penggedor jantung yang paten. Oculus, Hush, Before I Wake, Ouija: Origin of Evil sampai Doctor Sleep berhasil membuat penonton tidak bisa tidur nyenyak. Sejak bekerja sama dengan Netflix melalui film Gerald’s Game pada 2017, Flanagan aktif merilis serial horor yang kualitasnya tidak main-main.
Horor yang disajikan oleh Flanagan melalui serial Netflixnya selalu adiktif, karena ia tidak pernah berhenti mengeksplorasi di rasa takut saja. Hampir semuanya membahas tentang kemanusiaan dan hubungannya satu sama lain.
The Haunting of Hill House bisa jadi adalah analisisnya tentang hubungan orang tua dan anak serta hubungan antar-sibling. The Haunting of Bly Manor adalah tentang rasa kehilangan dan cinta. Midnight Mass adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dan yang terbaru, The Fall of the House of Usher, adalah upaya Mike Flanagan untuk menginvestigasi tentang sifat serakah manusia. Dari ke-lima serial yang dibuat oleh Flanagan, The Midnight Club (2022) adalah satu-satunya serial yang belum saya tuntaskan sampai selesai. Tapi dari empat produk yang ia hasilkan untuk Netflix, tidak ada satu pun yang gagal membuat saya terkesima. The Fall of the House of Usher juga bukan pengecualian.
Para Karakter yang Disiksa Flanagan
Menggunakan karya Edgar Allan Poe yang berjudul sama, Flanagan dengan baik meminjam blueprint tersebut untuk membuat kisah tentang keserakahan yang sungguh memikat. Secara misteri, ia mungkin tidak sepekat The Haunting of Hill House. Dari episode pertama mungkin kamu sudah tahu apa yang menyebabkan Roderick dan saudarinya Madeline (Mary McDonnell) berubah dari sepasang saudara miskin menjadi CEO dan COO perusahaan farmasi terbesar. Misteri tersebut bukanlah alasan kenapa saya menonton The Fall of the House of Usher dalam sekali duduk (total delapan jam). Yang membuat serial ini begitu menggigit adalah bagaimana cara Flanagan “menyiksa” para karakternya.
Cara paling mudah untuk menggambarkan The Fall of the House of Usher adalah bayangkan Succession bertemu dengan Final Destination. Ini adalah kisah tentang orang-orang kaya yang akan melakukan segala cara untuk selalu berada di atas.
Baca juga: ‘Gen V’: Menyenangkan, Seru, Liar, dan Segar
Dari episode pertama, Flanagan sudah memberi tahu bahwa keenam anak Roderick meninggal dengan tidak wajar. Dari sini penonton diajak untuk melihat bagaimana anak-anaknya mati satu per satu sampai di episode akhirnya rahasia bagaimana mereka bisa kaya mendadak muncul. Jangan khawatir untuk iba dengan karakter-karakternya karena Flanagan dengan tegas sudah menjelaskan bahwa tidak ada satu pun anak dari Roderick yang patut dikasihani. Menyaksikan berbagai keburukan manusia menjadi alasan kenapa orang-orang ini mati ternyata memang memberikan sensasi katarsis yang menyenangkan.
Tentu saja sebagai produk Mike Flanagan, kehadiran makhluk halus tidak bisa dihindari. Memang ada hantu dalam serial ini tapi ada sosok lain yang lebih kuat yang membuat The Fall of the House of Usher sungguh menggigit.
Salah satu kolaborator Flanagan yang sering wira-wiri, Carla Gugino, berperan sebagai Verna, semacam entity yang berfungsi sebagai penggoda dan penghukum manusia. Flanagan tidak perlu menjelaskan dia siapa, asalnya dari mana dan kenapa dia ada. Kehadirannya saja sudah membuat suasana berkali-kali lipat menjadi lebih seru karena penonton tahu bahwa saat Verna hadir, mayhem akan terjadi. Dan Carla Gugino mengunyah karakter ini dengan begitu semangat, setiap kemunculannya membuat saya menyeringai lebar.
Di atas kertas, cara Flanagan untuk menyebar kematian di episode dua sampai tujuh untuk masing-masing anak Roderick bisa terkesan repetitif. Tapi nyatanya tidak ada satu pun bentuk kematian dalam The Fall of the House of Usher yang terasa membosankan. Dari awal penonton sudah diberi informasi bahwa Roderick adalah seorang ayah yang buruk.
Seperti halnya Logan dalam Succession, Roderick terlalu fokus dengan istananya sehingga dia mengesampingkan fungsinya sebagai seorang bapak. Keenam anak yang berasal dari ibu-ibu yang berbeda ini kemudian tumbuh besar menjadi anak-anak manja yang lapar akan approval bapaknya. Ambisi-ambisi tidak wajar dan gaya hidup mereka yang sangat red flag inilah yang akhirnya membawa mereka ke ajal. Disini Flanagan benar-benar menghibur penonton dengan menyajikan kematian enam karakter dengan cara yang berbeda. Dari yang abrupt sampai yang tensinya diatur sedemikian rupa. Hasilnya adalah kolase mimpi buruk yang asyik.
Baca juga: ‘Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso’: Bobroknya Sistem Peradilan Kita
Bukan rahasia lagi kalau Flanagan hampir selalu memakai aktor-aktor yang itu-itu saja untuk proyek-proyeknya. Selain jago dalam menggambarkan horor, yang membuat karya-karyanya selalu melekat adalah kemampuan Flanagan dalam mengarahkan aktor-aktornya. The Fall of the House of Usher juga bukan pengecualian. Tidak ada satu pun aktor yang salah casting disini. Bruce Greenwood dan Zach Gilford yang bermain sebagai Roderick Usher tua dan muda cocok sekali disini. Untuk Bruce Greenwood, sepertinya ia perlu mendapatkan pujian spesial karena ia hadir mendadak setelah Flanagan “memecat” Frank Langella. Mary McDonnell dan Willa Fitzgerald sebagai Madeline Usher terlihat sekali bersenang-senang dengan materi mereka.
Henry Thomas, Kate Siegel, Rahul Kohli, Samantha Sloyan, T’Nia Miller danSauriyan Sapkotapunya panggung sendiri-sendiri sebagai anak Roderick dan menggunakan kesempatan mereka dengan baik (terutama Kate Siegel yang selalu mempesona. Carl Lumbly dan Mark Hamill yang berperan sebagai Arthur Pym juga berhasil meninggalkan kesan yang mendalam.
Dengan The Fall of the House of Usher, Flanagan sekali lagi mengukuhkan dirinya sebagai pendongeng seram yang handal. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan konten Halloween Netflix setelah Flanagan “pindah” ke Amazon Prime tapi satu yang jelas: kemana Flanagan pergi, saya akan ikut dengannya. The Fall of the House of Usher tidak hanya sebuah horor yang mengagumkan tapi ia adalah sebuah kisah yang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.
The Fall of the House of Usher dapat disaksikan di Netflix.