Kesetaraan Gender Tingkatkan Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Kreatif
Kontribusi perempuan yang besar dalam memajukan ekonomi kreatif menunjukkan pentingnya kesetaraan gender.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tb. Fiki Satari mengatakan kesetaraan gender, termasuk pemberian akses pada perempuan, adalah krusial dalam usaha pengembangan perekonomian Indonesia. Menurut dosen ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung itu, perbaikan penanganan kekerasan terhadap perempuan serta perbaikan kondisi kesehatan perempuan, ibu, dan bayi bisa meningkatkan kualitas perekonomian.
Data dari Women and Innovation in MIKTA Countries’ (2018) menunjukkan, perempuan mendominasi pertumbuhan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif dengan angka 55,74 persen, lebih tinggi dari 44,26 persen kelompok laki-laki.
Menurut Fiki, perempuan Indonesia juga memiliki keterlibatan besar dalam koperasi. Dari 123 ribu koperasi aktif di Indonesia, sebanyak 9,3 persen di antaranya atau sekitar 11 ribu koperasi adalah koperasi perempuan.
“Memang kalau di sektor ekonomi nasional, laki-laki masih mendominasi angkanya. Tapi di sektor ekonomi kreatif ini unik, perempuan lebih banyak. Ini potensi besar dan bukti optimisme orang-orang Indonesia, khususnya perempuan, dalam perekonomian,” ujar Fiki dalam webinar bertajuk “Geliat Ekonomi UMKM Perempuan di Tengah Pandemi” (2/12), yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).
Baca juga: Perempuan Wirausaha Butuh Dukungan, Kerja Sama di Tengah Pandemi
Fiki mengatakan bahwa pendidikan dan ekosistem sektor profesi bagi perempuan juga penting untuk mendorong ekonomi negara.
“Ketika 10 persen perempuan mengenyam pendidikan sekolah, PDB (produk domestik bruto) negara akan meningkat hingga 30 persen. Perempuan dengan akses pendidikan lanjutan juga bisa menghasilkan pendapatan hingga dua kali lebih baik,” kata Fiki.
“Apabila kita bisa mewujudkan kesetaraan gender di tempat kerja, itu juga akan berdampak positif pada PDB global tahunan.”
Tantangan perempuan pengusaha UMKM
Fiki mengatakan bahwa tantangan-tantangan yang harus dihadapi pengusaha perempuan UMKM di masa pandemi ini, adalah turunnya permintaan, berkurangnya likuiditas (kemampuan untuk membayar utang yang harus segera dibayar), minimnya kapasitas dan fasilitas digital, serta kurangnya sumber daya.
Pendiri usaha Roti Eneng, Sarah Diana Oktavia, mengatakan usahanya justru meningkat pesat di masa pandemi ini sampai bisa merekrut karyawan baru, berkat strategi pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kondisi yang serba berubah ini.
“Selalu menyiapkan dana cadangan, karena kita enggak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Di awal pandemi, kami salah satu yang pertama tutup, karena saya mengutamakan kesehatan karyawan. Saya masih sempat ngobrol sama karyawan. Saya bilang, ‘Kamu tenang aja. Kalaupun kita tutup, saya ada dana cadangan yang bisa buat kita bertahan selama enam bulan ke depan’,” ujarnya dalam webinar yang sama.
Strategi yang kedua adalah membagi dan menentukan peruntukan yang jelas dari setiap uang yang didapatkan. Diana mengatakan ia tadinya selalu memutar kembali uang yang dia dapatkan untuk membeli kebutuhan-kebutuhan tertentu yang menunjang usahanya. Tapi, akhirnya Diana menyadari bahwa setiap pemasukan harus dipisah, terlebih lagi pemasukan usaha.
“Pas awal bisnis, saya enggak memisahkan mana uang hasil bisnis dan uang pribadi kita. Seharusnya setiap budget dipisah. Untuk mengembangkan bisnis ada budget-nya sendiri, dana cadangan berapa persen, bonus karyawan berapa,” ujarnya.
Baca juga: 6 Hambatan Bagi Perempuan Wirausaha di Indonesia
Strategi yang ketiga terletak pada pemasaran melalui platform digital. Usaha Roti Eneng berkembang pesat, menurut Diana, karena pemasaran melalui media sosial Instagram. Ada pendekatan tertentu yang ia gunakan, menyesuaikan dengan karakteristik pasar dan orang-orang selama masa pandemi.
“Aku belajar kalau di masa kita harus di rumah terus ini, orang itu banyak yang kesepian dan stres. Akhirnya pendekatan (pemasaran) harus lebih personal. Lebih cerita bagaimana struggle-nya Roti Eneng dan orang-orang di baliknya,” kata Diana. Diana juga mengaku dirinya menjadi admin media sosial usahanya dan kerap menanggapi obrolan dari para pembelinya sampai larut malam.
“Kita punya benefit sebagai perempuan, yaitu biasanya punya empati yang tinggi. Itu modal yang oke banget untuk mencari insight dari pasar yang akan kita masuki. Waktu merintis usaha ini di awal, aku ngobrol sama banyak orang untuk tahu produk apa yang harus aku hasilkan nanti,” tambahnya.
Head of Public Policy and Government Relations Shopee, Radityo Triatmojo, mengatakan ada beberapa strategi yang bisa dilakukan perempuan pengusaha, khususnya melalui platform digital dan e-commerce di masa pandemi ini.
“Banyak yang tanya ke saya, ‘Kalau di e-commerce harga barang pada murah-murah banget, apa saya harus banting harga juga? Tapi saya enggak dapat untung nanti’. Ini semua bukan semata-mata tentang harga. Menurunkan harga tidak serta-merta membawa keuntungan,” kata Radityo.
Baca juga: Pinjaman ‘Fintech’ Bantu UKM Bertahan Selama Pandemi
“Ada hitung-hitungannya. Misalnya, satu produk harganya diturunkan banyak sampai kurang dari modal, tapi produk lain harganya dinaikkan untuk menutupi cost produk yang harganya diturunkan itu,” tambahnya.
Tampilan produk yang ditawarkan di laman e-commerce dan platform digital lainnya adalah hal penting lain yang patut diperhatikan, ujar Radit. Dia menekankan pentingnya copywriting yang baik sebagai strategi pemasaran yang ampuh meyakinkan calon pembeli untuk membeli produk milik sebuah usaha.
Katanya, “Digital marketing di e-commerce itu tentang gambar dan deskripsi. Deskripsi harus jelas dan spesifik. Misalnya baju itu dibuat oleh ibu-ibu dari desa mana, sehingga dengan membeli produk ini Anda sudah membantu perekonomian desa. Atau baju-baju ini memilih warna alami dari alam.”