‘Update’ Banjir Sumut: Warga Bantu Warga Saat Negara Tak Ada
Kreator konten Medan, Retno Ayu, 35, membuka donasi saat banjir dan longsor melanda 15 kabupaten dan kota di Sumatera Utara empat hari terakhir. Dorongan itu muncul dari kegelisahan pribadi melihat teman-temannya terdampak dan hilang kabar.
Siapa nyana, dalam beberapa jam, puluhan juta rupiah sukses terkumpul. Setelah dirasa cukup, Retno menutup donasi dan membelanjakannya untuk kebutuhan pokok warga terdampak.
“Penggalangan dana ini lahir dari simpati kita bersama kawan-kawan kreator konten atas kondisi banjir dan longsor di Labuhanbatu. Hasil donasi disalurkan melalui Palang Merah Indonesia Labuhanbatu, sekarang kami fokus pada pertolongan pertama,” ujarnya.
Baca Juga: Warga Bantu Warga: Komunitas Motor dan Mobil Nongkrong di SPBU Swasta karena “BBM Langka”
Retno menambahkan, pembukaa donasi akan dibuka kembali dengan konsep lebih matang, termasuk pembukaan posko, bantuan makanan pokok, dan pakaian.
“Tapi mari kita berdoa bersama agar tidak terjadi lebih parah kondisinya,” katanya kepada Magdalene (28/11).
Gerakan solidaritas juga digalang Masjid Nurul Ashri, yang sejak awal mengabarkan situasi banjir dan longsor di berbagai lokasi. Donasi mereka difokuskan pada empat kebutuhan mendesak: selimut, tenda, dan makanan. Masjid juga menurunkan tim siaga bencana untuk menyalurkan logistik langsung ke lapangan.
“Semoga semua warga dapat segera dengan selamat,” tulis Masjid Nurul Ashri di akun Instagram mereka pada (27/11).
Simpul Setara melalui Kitabisa, per (28/11), telah mengumpulkan lebih dari Rp1 miliar dari target Rp1,4 miliar. Donasi difokuskan membantu korban yang terisolasi. Organisasi Lazismu membuka donasi untuk anak-anak terdampak, menyediakan bantuan pendidikan seperti tas, alat tulis, dan buku.
“Dampak banjir dan longsor begitu masif: orang hilang, puluhan ribu terpaksa mengungsi, dan kehilangan tempat tinggal. Mereka kini kehilangan bukan hanya rumah, tetapi juga akses dasar seperti pakaian, peralatan sanitasi, dan perlengkapan sekolah bagi anak-anak,” tulis Lazismu pada (28/11), dengan donasi terkumpul Rp51 juta dari 327 donatur.
Baca Juga: ‘Tiga Hari Tak Ada Kabar dari Anak Saya’: Kisah Korban Banjir Sumatera
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan 3.840 keluarga mengungsi, 116 orang meninggal, dan 42 orang masih dalam pencarian. “Untuk Provinsi Sumatera per sore hari ini, kami mendata ada 116 jiwa korban meninggal,” ujar Kepala BNPB Suhartoyo dikutip dari Kompas pada (28/11).
Data yang diterima Magdalene (27/11) menunjukkan 29 orang masih hilang khusus di Tapanuli Tengah, termasuk pekerja pabrik, anak usia 1,5 tahun, petani, pelajar, pedagang, dan perantau. Kondisi terparah berada di Kecamatan Batangtoru yang berbatasan dengan Tapanuli Tengah, di mana banjir dan longsor membawa bongkahan kayu dan memutus akses antarwilayah.
Situasi di Kabupaten Tapanuli Tengah diperparah karena dikelilingi bukit dan sungai kecil yang hampir semua dilanda banjir bandang. Hampir seluruh kabupaten terdampak—Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Tapanuli Tengah, dan Sibolga—mengalami isolasi, dengan aktivitas warga lumpuh.
Baca Juga: #WargaBantuWarga: Solidaritas yang Tumbuh di Tengah Represi dan Tuduhan Makar
Di tengah bencana banjir dan longsor, aksi warga bantu warga menunjukkan kepedulian dan ikatan kuat antar masyarakat. Gerakan spontan ini menjadi oase di tengah krisis, memperlihatkan saat negara belum sepenuhnya hadir, warga saling menguatkan dan menyelematkan sesama.
















