#AllEyesonRafah: Kamp Pengungsi Dibom, Bukti Tak Ada Lagi Ruang Aman di Rafah
Israel membombardir kawasan kamp pengungsian di Rafah. Para pengungsi, kebanyakan perempuan dan anak, terbakar hidup-hidup di tempat yang diklaim jadi zona aman tersebut.
*Peringatan Pemicu: Gambaran kekerasan*
Minggu malam lalu, Israel membombardir Rafah dengan ribuan roket. Padahal Rafah adalah wilayah yang menjadi tempat tinggal lebih dari satu juta pengungsi. Dikutip dari Reuters, ada sekitar 45 orang yang dilaporkan tewas buntut serangan tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah, anak-anak, perempuan, dan lansia.
Media asing memuat beberapa foto tentang kebakaran besar yang terjadi di sana. Banyak dari korban ditemukan tewas terbakar. Semua orang berteriak panik, karena saat itu memang mereka tengah bersiap untuk tidur. Para korban pun diprediksi akan terus bertambah mengingat banyak penyintas yang menderita luka bakar parah.
“Kami baru saja selesai berdoa, dan anak-anak sudah tidur. Tiba-tiba terdengar suara yang keras dan api langsung mengeliling kami. Anak-anak berteriak,” kata Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu yang juga diwawancarai oleh Reuters.
Serangan yang dilakukan oleh Israel diklaim sebagai aksi balas setelah sebelumnya, Hamas menembak beberapa roket ke arah Tel Aviv. Israel makin mengganas meski sudah ada pengajuan oleh International Court of Justice (ICJ), agar mereka menghentikan serangan di Rafah. Israel sendiri memang menolak perintah ICJ dan berdalih, serangan di Rafah enggak akan memusnahkan warga sipil yang tinggal di sana.
“Dunia menyaksikan Rafah diluluh-lantahkan oleh Israel, tapi enggak satu orang pun yang menghentikannya,” ucap Bassam, penduduk Rafah yang diwawancarai Reuters.
Baca juga: Diamnya ‘Idol’ atas Genosida Palestina: Saya ARMY dan Kecewa dengan BTS
Kecaman Dunia dan Respons Senyap Israel
Melihat sepak terjang Israel, sejumlah kepala negara dunia menyatakan kemarahan dan kekecewaan mereka. Salah satunya Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ia mengatakan operasi ini harus dihentikan segera, karena sudah tidak ada lagi wilayah aman di Rafah untuk warga Palestina.
Dikutip dari Reuters, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell juga mengecam serangan itu. Ia menambahkan, keputusan yang dilontarkan oleh ICJ harus dihormati Israel alih-alih diabaikan.
Senada, pemerintah Kanada bilang serangan Israel sangat mengerikan, dan memang harus segera dilakukan gencatan senjata.
“Kanada sama sekali enggak mendukung apa yang dilakukan oleh militer Israel di Rafah. Penderitaan di Palestina harus segera berakhir,” ujar Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly dalam cuitannya di X.
Tak hanya kecaman dari para pemimpin dunia. Serangan udara Israel di Rafah ini juga banyak menimbulkan kemarahan warga dunia. Banyak dari mereka yang mencuit di X dan Instagram, mengutuk serangan ini. Mereka berharap harus segera dilakukan gencatan senjata secepatnya.
Baca juga: Menyeret PM Israel dan Penjahat Kemanusiaan Palestina ke Meja Hijau
Berbanding terbalik dengan kecaman warga dan pemimpin dunia tadi, sekutu Israel, Amerika Serikat (AS) sama sekali enggak mengecam tindakan itu. Dilansir dari CNBC Indonesia, AS harus berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipilnya. Secara aktif akan melibatkan tentara Israel (IDF) untuk melakukan tindakan pencegahan.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikukuh serangan di Rafah tak dimaksudkan menargetkan korban warga sipil. “Di Rafah, kami telah mengevakuasi sekitar 1 juta warga non-kombatan. Kendati kami berupaya semaksimal mungkin untuk tidak menyakiti warga non-kombatan, sayangnya ada sesuatu yang tidak beres secara tragis,” akunya dalam pidatonya di parlemen pada (27/5), dilansir dari sumber yang sama.
Serangan terbaru itu sekali lagi jadi bukti tak ada ruang aman di Palestina, termasuk di kamp pengungsian. Hingga artikel ini ditulis, sudah lebih dari 36 ribu nyawa warga sipil melayang.
Abed Mohammad Al-Attar kepada Reuters bilang, Israel sudah berbohong jika mereka akan selamat jika tinggal di aera barat Rafah. Sebab, saudara laki-laki, kakak ipar, dan beberapa kerabat terbunuh oleh serangan kemarin. Ia mengatakan enggak ada lagi tempat yang aman di Gaza. Bahkan untuk anak-anak, lansia, dan perempuan sekali pun.