Boys' Love

5 Serial ‘Boys Love’ yang Bikin Pipi Merona dan Mata Basah

Serial 'Boys Love' banyak disukai perempuan karena memberikan gambaran hubungan ideal yang mereka inginkan dalam kehidupan nyata.

Avatar
  • May 28, 2020
  • 7 min read
  • 36377 Views
5 Serial ‘Boys Love’ yang Bikin Pipi Merona dan Mata Basah

Jika banyak teman yang belajar isu LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) dari film-film Barat, saya malah lebih akrab dengan film-film seri dari Asia. Awalnya sekitar 2010, hanya dari potongan-potongan film di YouTube, sampai kemudian menemukan film-film seri bertema LGBT.

Secara spesifik, saya menyukai genre Boys Love (BL) alias percintaan antara laki-laki gay. Apa itu BL atau Boys Love? BL atau Boys love adalah genre komik Jepang yang mulai terkenal di awal tahun 1970-an dan ditulis oleh komikus perempuan, yang bercerita soal hubungan platonis antara laki-laki muda, yang memiliki target pembaca perempuan.

 

 

Di tahun 90-an istilah Boys Love atau BL menjadi istilah yang dominan digunakan di Jepang, dan kemudian diadaptasi ke dalam bentuk lain dan menyebar di negara-negara Asia lainnya.

Baca Juga: Bagaimana ‘Manga Boys Love’ Masih Meromantisasi Kekerasan Seksual

Secara pribadi, saya senang melihat laki-laki memperlihatkan afeksinya ke sesama laki-laki, karena di dunia nyata jarang sekali saya lihat laki-laki mengekspresikan beragam emosi, apalagi afeksi. Setelah berkenalan dengan isu LGBT, saya tambah merasa attached dengan cerita-ceritanya.

Ternyata saya tidak sendiri. Sebuah tesis di Iowa University yang ditulis oleh Chunyu Zhang menganalisis ketertarikan perempuan pada serial BL ini dengan judul “My Double Love of Boys: Chinese Women’s Fascination with ‘Boys Love’s Fiction” (2014).

Berdasarkan penelitian terhadap 15 perempuan Cina penyuka komik atau cerita BL, Zhang menulis bahwa karena homoseksualitas tabu di Cina, BL membuka pandangan para responden ini terhadap percintaan sesama jenis. Mereka sudah bosan dengan cerita romantis pasangan  heteroseksual yang plotnya itu-itu saja dan tidak menarik. Para responden ini mengatakan, hubungan cinta yang murni dan setara di antara pasangan laki-laki dalam cerita BL membuat mereka memproyeksikan hubungan ideal yang ingin mereka dapatkan di dunia nyata.

Baca juga: 5 Drakor BL Wajib Tonton di Waktu Senggang

Menarik juga melihat bagaimana situasi tiap negara sangat memengaruhi bagaimana serial BL dibuat. Di Cina, misalnya, karena isu sensor dan larangan terhadap LGBT, maka dilakukan straightwashing terhadap karakter-karakternyata, yang dibuat heteroseksual dengan bumbu bromance.

Berbeda dengan Taiwan dan Thailand yang sudah lebih progresif soal LGBT. Thailand boleh dibilang punya fandom drama BL paling besar di Asia. Di Indonesia? Sempat ada yang bagus tapi karena ancaman jadi diturunkan dari situs streaming.

Dari segi cerita, seiring dengan berjalannya waktu dan pemahaman soal isu LGBT secara lebih mendalam, saya mulai menyadari bahwa sebagian alur cerita dalam serial BL toksik, dan menambah stereotip untuk komunitas gay.

Akiko Mizoguchi, aktivis lesbian dan penulis buku Theory of BL Evolutions, mengatakan dalam wawancara dengan media Bunshun.jp, banyak cerita BL di awal-awal perkembangannya yang problematik. Namun seiring perubahan dalam masyarakat, kreator cerita BL mulai mengajak ngobrol dan mewawancarai laki-laki gay untuk mencari tahu lebih banyak perihal isunya.

“Ada juga kreator BL yang sadar bahwa mereka adalah seorang perempuan cisgender yang ingin membuat cerita yang memberdayakan laki-laki gay muda. Menurut saya BL memiliki potensi besar sebagai medium aktivisme yang lahir dari kesenangan,” ujar Mizoguchi.  

Dari beberapa negara di Asia, berikut ini serial-serial drama Boys Love rekomendasi saya, yang bukan hanya memperlihatkan drama percintaan yang membuat pipi merona dan hati menghangat, tetapi isu sosial lainnya.

Baca juga: ‘Fetish’ terhadap Hubungan Gay: Ketika ‘Ship’ dan ‘Fanfiction’ Jadi Toksik

  1. SOTUS (2016)

Terdiri dari 15 episode yang bisa ditonton di Netflix, SOTUS adalah drama BL dari Thailand soal hubungan romantis antara kakak tingkat dan juniornya di Fakultas Teknik. Arthit (Krist Perawat Sangpotirat) adalah ketua Ospek fakultas yang galak, dan mendapatkan perlawanan dari mahasiswa baru bernama Kongpob (Singto Prachaya Ruangroj).

Layaknya romcom, dari benci tumbuhlah cinta. Kongpob menemukan bahwa Arthit tidak segalak itu dan bahkan sangat peduli dengan junior-juniornya. Ia pun jatuh hati dan mulai menggoda Arthit.

Sotus menggambarkan dengan baik bagaimana proses Arthit yang secara perlahan bisa menerima dirinya. Awalnya dia masih denial, akhirnya dia coming in dan menerima bahwa it’s okay if you like men.

Ada yang menganggap sebuah cerita problematik jika si karakter yang tadinya straight lalu setelah disukai sama satu cowok jadi suka cowok juga. Tapi menurut saya, itu justru menunjukkan bahwa seksualitas adalah sesuatu yang cair. Dan dalam hal SOTUS, ceritanya OK-OK saja dan dibangun dengan baik.

  1. HIStory: Right or Wrong (2018)

Right or Wrong merupakan bagian dari HIStory, sebuah serial web dari Taiwan. Berkisah tentang Shi Yi Jie, seorang profesor antropologi dan duda beranak satu, yang kemudian berhubungan dengan salah satu mahasiswanya, Fei Sheng zhe atau Xiao Fei.

Pembangunan plotnya baik, memperlihatkan perkembangan karakter Xiao Fei yang memiliki trauma karena dirisak oleh cowok yang dia suka. Saat jatuh hati dengan pak dosen, dia awalnya ragu karena tidak mau dia kena masalah dan dirisak juga.

Hubungan dan komunikasi yang berjalan di antara keduanya pun baik dan manis. Tapi yang paling mengharukan adalah saat Shi Yi Jie mendatangi ibu Xiao Fei dan meminta izin untuk menjadi pasangannya. Sang ibu yang sungguh jagoan itu sempat khawatir, sebelum mengatakan, “Baiklah, tapi lu harus nunggu sampai dia berumur 20 tahun”—aturan yang kemudian dipatuhi oleh Shi Yi Jie.

Kamu bisa menikmati serial ini lewat aplikasi Rakuten TV.

Baca juga: 10 Film dan Serial TV Bertema LGBT yang Wajib Ditonton

  1. Ossan’s Love (2018)

Bosan dengan cerita berlatar kampus atau SMA? Mau cerita yang lebih dewasa dan  kebapakan? Ossan’s Love to the rescue. Awalnya, ketika melihat posternya di Netflix, saya pikir ini hanya drama komedi biasa, ternyata ini drama komedi BL pegawai kantoran.

Soichi Haruta, lajang berusia 33 tahun, ingin sekali menikah. Tapi karena super canggung dan kurang independen, dia sulit sekali menarik perhatian perempuan. Siapa sangka ia malah menarik perhatian rekan kerjanya, Ryota Maki dan bos mereka, Musashi Kurosawa, yang tiba-tiba menyatakan perasaan mereka terhadap Haruta.

Drama ini memperlihatkan bagaimana kehidupan lelaki dewasa dan paruh baya di Jepang dengan berbagai dinamika kehidupan masyarakatnya. Drama ini terdiri dari dua season dengan total 16 episode dan bisa kamu tonton di Netflix

  1. Mood Indigo (2019)

Rio Kijima (Teronosuke Takezai) adalah seorang novelis terkenal yang tengah mengalami writer’s block. Kondisi ini membuat Kijima benar-benar kehilangan mood-nya untuk menulis dan sering berargumen dengan editornya. Suatu ketika, ia bertemu teman lamanya, Shiro Kido (Muneshiro Yoshida), yang bekerja sebagai editor novel erotis di salah satu penerbit.

Melihat Kijima yang sedang kesulitan finansial, Kido menawarkan Kijima untuk menulis cerita erotis. Awalnya Kijima menolak dengan keras ajakan tersebut, karena menurutnya cerita erotis bukan termasuk karya sastra. Namun ia kemudian berhasil diyakinkan.

Konflik dalam cerita ini lebih dewasa dan protagonisnya tidak digambarkan sebagai suci dan tak pernah salah, malah cenderung brengsek seperti Shiro Kido. Tipe-tipe cowok straight yang bingung dan ingin merasakan eksplorasi seksual yang baru, tapi masih takut sama norma masyarakat. Kemudian dia “mengalah” dan jadi “lelaki dengan kehidupan normal” lagi. Ini sungguh realistis karena di kehidupan nyata banyak yang seperti ini.

Drama ini merupakan adaptasi dari serial manga berjudul Indigo No Kibun karya Maki Marukido.  

  1. Tharntype: The Series (2019)

Diadaptasi dari novel Thailand berjudul sama, Tharntype benar-benar bisa bikin kamu geregetan dan baper. Type (Gulf Kanawut Traipipattanapong) adalah mahasiswa baru di kampusnya. Dia sangat supel namun menyimpan homofobia karena pernah dilecehkan laki-laki.

Namun, skenario berencana lain ketika ia harus satu kamar dengan Tharn (Mew Suppasit Jongcheveevat)  yang sudah melela ke publik. Awalnya, Type sangat, sangat anti dengan Tharn, tapi apa boleh buat ia harus berbagi kamar tersebut dengan Tharn untuk satu tahun ke depan.

Bisa ditebak, Tharn dan Type mulai saling membantu dan belajar untuk menerima satu sama lain. Drama ini juga membicarakan isu Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD) yang dialami Type dan bagaimana ia menyelesaikan traumanya.



#waveforequality


Avatar
About Author

Elma Adisya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *