Issues

4 Alasan Kita Perlu Mendengarkan Keputusan Seleb yang ‘Childfree’

Setiap ada selebritis yang memilih ‘childfree’, netizen dengan sigap menghakimi mereka. Padahal, kita bisa memilih tak melakukan itu.

Avatar
  • January 26, 2023
  • 7 min read
  • 675 Views
4 Alasan Kita Perlu Mendengarkan Keputusan Seleb yang ‘Childfree’

Sejak Rina Nose menjelaskan keputusannya untuk childfree beberapa bulan lalu, tak sedikit netizen menyayangkan jawabannya. Dalam perbincangan bersama Melaney Ricardo di podcast “Celotehan Melaney”, Rina mengutarakan bahwa keputusan tersebut dipilihnya dan suami untuk mengurangi permasalahan.

Jawaban tersebut membuat netizen ramai-ramai “menasihati”, anak bukanlah sumber permasalahan. Apalagi Rina belum memiliki anak, sehingga tidak tahu seperti apa realitasnya.

 

 

Namun, permasalahan yang dimaksud Rina, adalah kemungkinan dirinya sebagai sumber masalah jika memiliki anak. Lewat TikToknya belakangan ini, Rina menerangkan ia telah meraih kesadaran untuk mengenal dan memahami emosi, serta kondisi psikologinya.

“(Kesadaran) itu yang mendasari saya berpikir ulang untuk punya anak,” kata Rina dalam videonya.

Kendati demikian, segelintir netizen masih belum bisa memahami keputusan Rina. Menurut mereka anak adalah anugerah, anak yang akan mengurus orang tua di hari tuanya, dan anak adalah penyemangat ketika terjadi masalah.

Respons tersebut bukan hanya tanggapan terhadap keputusan Rina, melainkan sebagian orang setiap membicarakan childfree. Mereka menganggap childfree sebagai pilihan egois, menggambarkan perempuan yang terlalu ambisius, menentang kodrat, sampai dampak dari fenomena yang sedang tren di Barat.

Padahal, perihal memiliki anak merupakan hak setiap perempuan untuk memilih—bukan suatu keharusan. Sebab, kodrat perempuan adalah punya rahim dan menstruasi. Di samping itu, keputusan untuk childfree sekaligus menunjukkan, pasangan juga memikirkan kehidupan anaknya kelak.

Mungkin diskursus soal childfree tidak akan ada habisnya. Terlebih saat pilihan itu dinyatakan oleh selebritis. Alih-alih menghakimi, ada perlunya lho mendengarkan alasan para seleb untuk childfree. Bukan untuk mengubah pikiran atau sependapat dengan mereka, melainkan memahami pilihan yang diambil tidak sesederhana kelihatannya.

Berikut Magdalene merangkum beberapa alasan, kita perlu mendengarkan mengapa selebritis memilih childfree.

Baca Juga: Bukan Ayah atau Suami, Tubuh Perempuan Milik Siapa?

1. Dibutuhkan Kesiapan Mental, Fisik, dan Finansial Sebelum Punya Anak

Memiliki anak sering dilihat sebagai reproduksi semata. Dengan kata lain, sudah sepantasnya manusia berkembang biak. Sebuah persepsi yang menciptakan pemahaman, hidup berpasangan dan memiliki anak merupakan keharusan, dan manusia tidak memiliki pilihan lain.

Kenyataannya, banyak hal perlu dipersiapkan sebelum memutuskan menjadi orang tua. Pasalnya, ada masa depan seseorang yang perlu dipertanggungjawabkan. Itu pun bukan sekadar kemampuan memenuhi kebutuhan finansial, melainkan emosional, pembentukan karakter, dan berbagai jaminan lain yang harus dipenuhi.

Karena itu, sebagian orang seperti Rina, menyadari kondisi psikologis diri sendiri akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Dalam wawancaranya bersama Today, Dr. Joanne Frederick—konselor kesehatan mental di Amerika Serikat—menekankan pentingnya kesehatan mental calon orang tua. Terutama ibu, yang harus diprioritaskan.

Sebab, perempuan yang rentan terhadap depresi, perubahan mood, atau kecemasan, perlu berkonsultasi ke terapis tentang perubahan hormon. Baik selama kehamilan, postpartum depression, kecemasan karena akan menjadi orang tua, dan cara meregulasi stres sebagai orang tua baru. Dengan memahami kondisi tersebut, calon orang tua akan lebih siap secara mental dan emosional—sehingga mengurangi kecemasan maupun depresi.

Perlu dipahami, tidak semua orang memiliki kesiapan mental untuk menghadapi itu. Faktor lainnya adalah memiliki trauma masa kecil, sehingga khawatir dan tidak ingin anaknya mengalami hal serupa. Alasan tersebut yang melandasi komedian Chelsea Handler untuk tidak punya anak. Baginya, masa kecil menyedihkan bagi siapa pun.

“Saya nggak tahu apakah bisa mengurus anak sendiri, terutama kalau perempuan, dan melalui apa yang saya alami saat beranjak dewasa,” tutur Handler dalam wawancaranya di The Conversation with Amanda De Cadenet (2012-2016).

Selain alasan psikologis, kondisi fisik pun perlu diperhatikan untuk menghindari komplikasi selama kehamilan dan proses melahirkan. Begitu juga kesiapan finansial, untuk memberikan anak kehidupan yang layak.

Dengan kata lain, memiliki anak adalah tanggung jawab besar dan membutuhkan rencana matang—seperti alasan Gita Savitri untuk childfree yang diungkapkan di kanal Youtube-nya

Baca Juga:  Salah Sendiri Punya Anak: Derita Orang Tua di Era Pandemi

2. Banyaknya Populasi Manusia dan Kondisi Lingkungan yang Mengkhawatirkan

Pertimbangan lainnya ketika orang-orang memutuskan childfree adalah kondisi lingkungan dan masyarakat saat ini. United Nations (UN) mencatat, pada 2022 populasi manusia di dunia mencapai delapan miliar jiwa.

Angka tersebut menunjukkan ledakan populasi, didukung oleh realitas sosial dengan banyaknya masyarakat miskin, yang tidak dapat memenuhi kebutuhan mendasarnya untuk kelangsungan hidup. Tidak adanya lahan yang layak untuk tempat tinggal, kekurangan air bersih, dan sumber daya pangan.

Sementara kondisi lingkungan juga selaras dengan populasi yang meledak. Kota-kota besar kehilangan ruang hijau lantaran dipadati bangunan, deforestasi, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta meningkatnya emisi dan polusi yang memperburuk perubahan iklim.

Meledaknya populasi manusia sekaligus mengingatkan, banyak anak-anak yang membutuhkan perhatian. Itulah yang  mendasari aktris Ashley Judd untuk childfree.

Dalam memoarnya, All That Is Bitter and Sweet (2011), Judd menuliskan ia memilih tidak punya anak karena meyakini, anak-anak yang hidup di dunia adalah anak-anaknya juga. “Saya enggak perlu punya anak sendiri. Ada banyak anak yatim piatu atau yang ditelantarkan orang tuanya, membutuhkan waktu, perhatian, dan kasih sayang,” tulis Judd.

Selain Judd, Cinta Laura punya sudut pandang serupa perihal mengurus anak. Sebenarnya Cinta tidak pernah menyatakan dirinya enggan memiliki anak, tapi untuk saat ini belum ada keinginan tersebut. Ia pun memilih mengadopsi anak-anak terlantar. Hal ini disampaikan Cinta dalam obrolannya bersama Ashanty, di channel Youtube The Hermansyah A6 pada 2021.

“Dunia kita sangat overpopulated. Kenapa aku harus melahirkan satu manusia lagi, kalau aku bisa mengadopsi anak yang sekarang nggak punya siapa pun yang menjaga dan menyayangi mereka?” jelas Cinta. “Banyak anak-anak di luar sana yang terlantar. I need to help them.”

3. Anak Bukan Pelengkap Hidup Perempuan

Tak dimungkiri, memiliki anak masih dipandang salah satu target pencapaian dalam hidup. Hal ini merefleksikan masyarakat yang memandang keberhargaan diri perempuan, berdasarkan status pernikahan dan perannya sebagai ibu.

Selain mengesampingkan perempuan yang memilih childfree, pandangan itu melupakan perempuan yang tidak bisa mengandung karena berbagai alasan. Akibatnya, peran perempuan dianggap belum komplit, lantaran memiliki anak dijadikan tolok ukur untuk menjadi perempuan seutuhnya.

Dalam tulisannya di HuffPost, aktor Jennifer Aniston menyampaikan opininya terkait hal ini. Sebagai perempuan yang memutuskan childfree, Aniston menekankan bahwa perempuan adalah individu yang utuh—baik dengan atau tanpa pasangan dan anak. Pun setiap perempuan berhak mendefinisikan kebahagiaannya sendiri.

Tulisan tersebut ditulis Aniston, untuk menanggapi “jurnalis” tabloid yang kerap membuat rumor soal kehamilannya. Namun, pernyataan Aniston sebenarnya sebuah protes terhadap pemberitaan tabloid, yang mencerminkan pola pikir masyarakat. Bahwa hidup perempuan dipandang belum lengkap dan tidak bahagia, tanpa kehadiran anak dari pernikahan.

Seperti kata Aniston, kita perlu belajar memahami, setiap individu adalah pribadi yang utuh—sekalipun tanpa kehadiran figur lain. Tak terkecuali diri sendiri.

Baca Juga: Sudah Nikah? Sudah Punya Anak?: Pertanyaan Basa-basi yang Picu Stigma

4. Public Figure Punya Tekanan Hidup Lebih Besar

Realitas yang dihadapi Aniston sekaligus menunjukkan, public figure memiliki tekanan hidup lebih besar lantaran menjadi sorotan publik. Urusan privasi dan profesionalnya menjadi blur, dengan adanya “tanggung jawab” untuk menjelaskan kondisi dan pilihan hidupnya ke publik.

Aniston sebenarnya tidak perlu mengklarifikasi bahwa ia tidak hamil. Namun, “jurnalis” tabloidlah yang membuatnya. Mereka memotret Aniston dari berbagai angle, saat mengalami perubahan bentuk tubuh. Misalnya setelah Aniston makan siang, membuat perutnya tampak lebih besar dan mengindikasikan dua hal: hamil dan gemuk.

Informasi yang beredar dengan cepat kemudian menghadapkan selebritis pada posisi tidak nyaman. Mereka harus menanggapi orang-orang yang mengucapkan selamat atas kehamilan, ketika kenyataannya mereka tidak sedang hamil atau memilih tidak punya anak.

Pun membutuhkan keberanian untuk menjelaskan ke publik—seperti dilakukan Aniston dan sejumlah selebritis lainnya—alasan mereka childfree. Ditambah adanya konsekuensi akan dihakimi publik, dengan berbagai asumsi yang menganggap pilihan itu menyimpang.

Di sisi lain, keberanian public figure inilah yang mengingatkan masyarakat, setiap perempuan berhak menentukan pilihan hidupnya dan memiliki kebahagiaannya masing-masing. Tanpa harus menghiraukan tanggapan orang-orang di sekitar yang melihat, keputusan childfree tidak seharusnya ditentukan.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *