Lifestyle

Antre Panjang Boneka Labubu: Kenapa Produk Viral Bikin ‘Hype’

Mengungkap alasan di balik fenomena orang yang rela antre berjam-jam demi produk viral seperti boneka Labubu

Avatar
  • September 23, 2024
  • 6 min read
  • 795 Views
Antre Panjang Boneka Labubu: Kenapa Produk Viral Bikin ‘Hype’

Fenomena orang rela antre berjam-jam hanya untuk mendapatkan produk viral bukanlah hal baru. Dari restoran yang sedang booming hingga yang teranyar, boneka Labubu. Bahkan kabarnya ada orang dewasa yang sampai harus menunggu selama puluhan jam, berdiri demi mendapat boneka buatan seniman Hong Kong, Kasing Lung ini. 

Demam Labubu itu dilatarbelakangi oleh pentolan girlband Blackpink, Lisa yang nampak memeluk boneka tersebut di IG Story-nya. Inilah yang bikin orang terpengaruh hingga tergerak membeli juga. Pembelian boneka Labubu sendiri bisa dilakukan di toko asal China, Pop Mart. Di Jakarta, salah satu Pop Mart ada di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan.  

 

 

Lantas, kenapa fenomena ini bisa terjadi?  

Fenomena Antre Panjang untuk Produk Viral 

Dikutip dari Forbes, How To Make A Product Go Viral: The Holy Grail Of Digital Marketing, produk viral adalah barang atau layanan yang tiba-tiba mendapatkan popularitas besar karena dibicarakan secara luas, terutama di media sosial. Biasanya, produk viral memiliki daya tarik khusus yang bisa berasal dari inovasi, desain yang menarik, atau karena digunakan oleh tokoh terkenal atau influencer

Dalam konteks viralitas, semakin banyak orang yang membicarakan dan membagikan informasi mengenai produk tersebut, semakin besar keinginan orang lain untuk memilikinya. 

Contoh Produk yang Picu Antrean Panjang 

Indonesia tidak luput dari fenomena ini. Contohnya, minuman boba yang sempat viral beberapa tahun lalu. Orang-orang rela mengantre di gerai-gerai boba, bahkan beberapa di antaranya buka cabang di berbagai kota besar untuk memenuhi permintaan yang sangat tinggi. 

Hal serupa juga terjadi saat peluncuran iPhone terbaru, di mana penggemar teknologi berbaris di depan toko resmi Apple untuk menjadi yang pertama merasakan produk tersebut. 

Tidak hanya itu, produk fesyen seperti sepatu sneakers edisi terbatas dari merek seperti Nike atau Adidas juga sering menyebabkan antrean panjang. Sepatu ini bukan sekadar alas kaki, tetapi telah menjadi simbol status sosial dan gaya hidup, terutama di kalangan anak muda. Antrean panjang ini mencerminkan bagaimana eksklusivitas suatu produk dapat mendorong keinginan konsumen untuk memilikinya, meski harus mengorbankan waktu dan tenaga. 

Lalu jika kamu familier dengan kawasan tongkrongan Blok M, beberapa produk makanan dan minuman juga memicu antrean panjang. Dari donut, es krim, cheese cake, hingga kopi. 

Baca Juga: Antre Panjang Blok M, Tongkrongan ‘Anak Jaksel’ yang Menggeliat Kembali 

Penjelasan Psikologis 

Fenomena antrean panjang untuk produk viral tidak hanya soal tren atau popularitas, tetapi juga erat kaitannya dengan aspek psikologis yang memengaruhi keputusan konsumen. Berbagai faktor psikologi, seperti keinginan untuk mengikuti arus, rasa takut ketinggalan (FOMO), dan pencarian validasi sosial, menjadi pemicu kuat di balik perilaku ini. Berikut beberapa elemen psikologi yang mempengaruhi fenomena ini: 

Fear of Missing Out (FOMO) 

Salah satu faktor psikologis terbesar yang memengaruhi perilaku konsumen dalam fenomena antrean panjang adalah FOMO (Fear of Missing Out). Dikutip dari Forbes, The Psychology Behind The Fear of Missing Out (FOMO), FOMO adalah rasa takut ketinggalan sesuatu yang dianggap penting atau berharga, terutama ketika orang lain terlibat dalam kegiatan tersebut. Dalam konteks ini, FOMO memicu seseorang untuk segera membeli produk tersebut karena khawatir, kesempatan untuk memilikinya akan segera hilang, baik karena produk itu akan habis terjual atau tren akan berlalu. 

Di era digital ini, media sosial memainkan peran besar dalam menciptakan FOMO. Ketika seseorang melihat teman atau influencer mengunggah foto atau video tentang produk viral, hal ini membangkitkan rasa cemas dan tekanan sosial untuk ikut serta. Mereka yang merasakan FOMO cenderung bertindak cepat, tanpa banyak mempertimbangkan apakah produk tersebut benar-benar sesuai kebutuhan atau keinginan mereka. 

Tekanan Sosial dan Konformitas 

Manusia secara alami adalah makhluk sosial yang cenderung ingin diterima oleh kelompoknya. Tekanan sosial untuk ‘menyesuaikan diri’ atau konformitas sering kali menjadi alasan seseorang rela mengantre demi produk viral. Dikutip dari Investopedia, What Is the Bandwagon Effect? Why People Follow the Crowd, jika orang-orang di sekitar kita, baik teman, keluarga, atau influencer yang kita ikuti, sudah menggunakan atau membicarakan suatu produk, maka ada dorongan kuat untuk mengikuti arus tersebut agar tidak merasa tertinggal. 

Konformitas ini juga sering dipengaruhi oleh apa yang disebut sebagai social proof atau bukti sosial. Ketika banyak orang menunjukkan minat pada suatu produk, baik melalui unggahan media sosial atau liputan berita, produk tersebut dianggap lebih berharga dan layak dimiliki. Hasilnya, antrean panjang untuk produk viral menjadi semacam validasi sosial, produk itu memang diinginkan oleh banyak orang. 

Baca Juga: Anak Muda Terlilit Pinjol: Enggak Semua demi YOLO dan FOMO 

Eksklusivitas dan Rasa Prestise 

Banyak produk viral yang dibuat dalam jumlah terbatas atau memiliki akses yang eksklusif, seperti sepatu edisi terbatas atau gadget terbaru. Dikutip dari Vox, The surprising reason luxury goods are booming, eksklusivitas ini menciptakan rasa prestise bagi mereka yang berhasil mendapatkannya. Ketika seseorang memiliki sesuatu yang tidak bisa dimiliki semua orang, ada perasaan bangga yang muncul. Ini terkait dengan psikologi kepemilikan, di mana barang yang sulit didapatkan dianggap lebih bernilai. 

Fenomena ini sering disebut sebagai “Scarcity Effect” (efek kelangkaan), di mana barang yang langka atau terbatas menjadi lebih diinginkan. Dalam konteks antrean panjang untuk produk viral, banyak orang merasa bahwa mereka harus segera mengambil kesempatan karena takut produk tersebut tidak akan tersedia lagi di masa depan. 

Tips Menghindari FOMO dan Mengambil Keputusan yang Bijak 

Rasa takut ketinggalan atau FOMO sering kali mendorong seseorang untuk membuat keputusan yang tergesa-gesa, terutama dalam membeli produk viral. Meskipun mengikuti tren sesekali bisa menyenangkan, penting untuk tetap rasional dan tidak terjebak dalam arus. Dikutip dari Time, This Is The Best Way to Overcome Fear of Missing Out, berikut beberapa cara menghidari FOMO:  

Pertimbangkan Apakah Produk Akan Dipakai Jangka Panjang 

Saat dihadapkan pada keputusan untuk membeli produk viral, cobalah untuk berpikir lebih jauh ke depan. Apakah produk ini akan tetap relevan dan bermanfaat dalam beberapa bulan atau tahun ke depan? FOMO sering kali membuat kita hanya fokus pada kepuasan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Dengan berfokus pada nilai jangka panjang, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijak dan berkelanjutan. 

Baca Juga: Lari karena FoMO, Berbahayakah? 

Tidak Semua Produk Viral Perlu Dimiliki 

Langkah penting untuk menghindari FOMO adalah dengan mengevaluasi kebutuhan pribadi sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Tanyakan pada diri sendiri, apakah produk tersebut benar-benar diperlukan atau hanya sekadar mengikuti tren? Sering kali, produk viral hanya memberikan kepuasan sementara tanpa memberikan manfaat jangka panjang. Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan prioritas, kamu bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan pembelian. 



#waveforequality


Avatar
About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *