Events

Kajian ‘Menjadi Perempuan Berdaya dalam Islam’: Islam Dukung Keadilan dan Kesetaraan

Prof Nina Nurmila menyebut Islam mendukung keadilan dan kesetaraan. Namun, ini bergantung pada penafsir yang biasanya laki-laki.

Avatar
  • March 25, 2024
  • 3 min read
  • 4790 Views
Kajian ‘Menjadi Perempuan Berdaya dalam Islam’: Islam Dukung Keadilan dan Kesetaraan

Merayakan bulan suci Ramadhan, Magdalene bersama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mengadakan kajian dan buka puasa bersama, bertajuk “Menjadi Perempuan Berdaya dalam Islam”. Acara yang diselenggarakan pada Kamis, (21/3) di Kedai Tjikini, Jakarta Pusat itu membahas Islam sebagai agama yang mendukung keadilan dan kesetaraan.

Kajian dipimpin oleh Guru Besar Ilmu Fikih UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Nina Nurmila. Ia menggarisbawahi, selama ini Al-Qur’an ditafsirkan secara literal, oleh laki-laki dari lensa patriarki. Karena itu, tafsirannya banyak menjustifikasi subordinasi terhadap perempuan, seolah itu satu-satunya kebenaran dalam Islam.

 

 

Sumber: Magdalene

Baca Juga: 6 Hal yang Saya Sukai dari Ramadan di Tengah Pandemi

Misalnya Surat An-Nisa ayat 34 yang berbunyi: “Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.”

Surat tersebut sering diinterpretasikan bahwa istri harus tunduk pada suami. Padahal, penafsirannya perlu disesuaikan dengan konteks pada abad ketujuh, yang mana kondisi alamnya lebih keras dibandingkan sekarang.

Prof Nina menjelaskan, situasi itu kurang cocok dengan biologis perempuan yang menstruasi, hamil, dan melahirkan. Sebagai sosok yang punya beban reproduksi, perempuan akan semakin terbebani jika harus menanggung beban nafkah pada saat itu. Wajar jika laki-laki adalah sosok ideal untuk bekerja.

“Sebenarnya Surat An-Nisa ayat 34 itu ayat sosioteologis. Artinya, bukan sebuah norma bahwa laki-laki harus selalu jadi pemimpin keluarga. Tapi, gambaran pada saat itu,” terang Prof Nina.

Penafsiran tersebut diinterpretasikan oleh beberapa ulama seperti Kiai Husein Muhammad, Nasr Hamid Abu Zayd, dan Asghar Ali Engineer. Ketiganya menyatakan fleksibilitas peran dalam rumah tangga: sama dengan keadaan pada abad tujuh, atau menyesuaikan kondisi di era kini.

Sumber: Magdalene

Baca Juga: Pengalaman Puasa Saat Masih Kecil

Prof Nina menekankan, yang penting dipertahankan adalah keadilan. Contohnya, jika suami dan istri bekerja, idealnya mereka membagi pekerjaan rumah tangga. Sementara jika suami adalah bapak rumah tangga dan istri mencari nafkah—maupun sebaliknya—berarti sudah adil.

Melihat sejarahnya, fleksibilitas peran telah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad sewaktu menikah dengan Siti Khadijah.

Ia merupakan seorang pengusaha, sehingga tidak membebankan Nabi Muhammad untuk mencari nafkah. Saat itu, rasul pun membantu Siti Khadijah mengelola bisnis. Karenanya, Nabi Muhammad bisa fokus berdakwah untuk menyebarkan agama Islam, dengan dukungan moral dan finansial dari Siti Khadijah.

Selain Siti Khadijah, ada beberapa sosok perempuan berdaya lainnya dalam Islam. Di antaranya Siti Aisyah, istri Firaun yang berani menentang suami demi ketaatan pada Allah. Kemudian Siti Aisyah—pembelajar yang cerdas, berilmu, dan berani memimpin pasukan melawan Ali bin Abi Thalib, serta Ratu Balqis yang bijaksana dan menerima ajaran Nabi Sulaiman untuk menerima ajaran Islam.

Sumber: Magdalene

Baca Juga: 5 Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari Saat Berpuasa

Prof Nina menegaskan, Islam adalah agama yang mendukung keadilan dan kesetaraan.

“Allah Maha Adil, mustahil kalau Al-Qur’an diturunkan untuk menciptakan ketidakadilan,” katanya. “Jika ada penafsiran Al-Qur’an yang merendahkan perempuan, cara penafsirannya perlu dievaluasi.”

Selain kajian dari Prof Nina, acara buka bersama juga dihadiri oleh komika Zahra Shafiyah, dan komunitas musik UKUiki Ukulele.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *