Lifestyle

Tips Hidup ‘Mindful’ di Tengah Kesibukan, Agar Hati Tenang

Di tengah kesibukan, sering kali aktivitas dilakukan secara autopilot. Dengan latihan ‘mindfulness’ dan meditasi, kita dapat mengurangi stres dan kecemasan.

Avatar
  • October 30, 2023
  • 5 min read
  • 1322 Views
Tips Hidup ‘Mindful’ di Tengah Kesibukan, Agar Hati Tenang

Beby Vinny, 52, pertama kali berkenalan dengan mindfulness dan meditasi tiga tahun silam. Saat itu, usaha travel-nya terdampak pandemi, sehingga merasa perlu menemukan jalan keluar dari kesedihan.

“Saya mulai rutin memproses diri, seperti latihan meditasi dan ikut kegiatan Tapa Brata sebanyak dua kali,” kata Beby.

 

 

Saat itu sekaligus tahun ke-19 Beby memiliki masalah tiroid di lehernya. Meski pada 2006 tiroid sebelah kiri sudah diangkat, benjolannya kembali muncul pada 2017 dan semakin membesar. Kondisi kesehatan tersebut mendorong Beby terus berlatih mindfulness dari berbagai praktisi.

Sampai pada Juli 2022, ia konsultasi dan terapi ke dokter medis, akupunkturis, serta praktisi dan pembimbing meditasi. Hasil ultrasonografi (USG) dan imunologi tiroid menunjukkan, autoimun di hormon tiroid Beby sangat tinggi—5,97 dari ambang batas 5,61.

“Dari situ dokter menyarankan, selain terapi intensif selama enam bulan, saya juga harus memproses bagian-bagian dalam diri saya,” cerita Beby. “Termasuk menambah latihan meditasi, dan terapi Tapas Acupressure Technique (TAT).”

Setelah kembali USG dan imunologi pada Mei 2023, autoimun Beby turun menjadi 0,94. Sedangkan benjolan di leher mengecil dan hampir tak terlihat lagi. Kemajuan kondisi kesehatan ini menandakan terapi Beby pun selesai. Ia meyakini, meditasi dan mindfulness membantu perkembangannya secara signifikan.

Kalau kamu belum familier, mindfulness merupakan keadaan saat seseorang berada dalam kesadaran penuh—enggak memikirkan masa lalu yang berujung pada kecemasan atau penyesalan maupun masa depan yang menimbulkan kekhawatiran. Namun, kesadaran penuh itu kerap sulit dimiliki di tengah kesibukan.

Sebagai Founder MyndfulAct—gerakan mindfulness, Beby menekankan, sebagian besar manusia beraktivitas dengan dikendalikan alam bawah sadar. Ini disebabkan oleh banyaknya informasi yang diterima maupun kegiatan yang dilakukan.

“Contohnya saat dikendalikan alam bawah sadar itu setiap pagi, kita enggak sadar kan, kaki sebelah mana yang  berpijak (di lantai) duluan?” ujar Beby.

Lantaran berada dalam kondisi enggak mindful, sering kali kita enggak fokus dan jernih dalam berpikir. Penyebabnya adalah energi yang cenderung digunakan, untuk mengendalikan kecemasan.

Lalu, bagaimana kita bisa memulai mindfulness?

Baca Juga: Sedikit-sedikit ‘Mindfulness’, Apa Kata Ahli Tentang itu?

Apa itu Mindfulness

Kesadaran penuh merupakan kunci dari mindfulness. Artinya, ketika fokus melakukan suatu pekerjaan, seseorang juga menyadari kebutuhannya. Hal ini akan membantu terkoneksi dengan diri sendiri sehingga tidak lagi dikendalikan alam bawah sadar.

Ketika terhubung dengan diri sendiri, seseorang akan merasakan damai dan ketenangan batin. Menurut psikolog dan penulis asal AS Jennice Vilhauer dalam tulisannya di Psychology Today, perasaan itu muncul setelah seseorang mengamati pikiran dan perasaan tanpa menghakimi—yang mana termasuk sikap dasar dalam mindfulness.

Begitu pula saat suatu pikiran atau perasaan datang, baik positif maupun negatif. Yang perlu dilakukan adalah menerima, bersikap netral, sambil mengobservasi dari jauh, dan berbelas kasih pada diri sendiri.

Masalahnya, sering kali kesibukan membuat seseorang dikontrol aktivitas sehingga mengesampingkan hal-hal lain. Misalnya saat bekerja dan merasa lapar, ada kebutuhan fisik yang harus dipenuhi, sehingga perlu berhenti untuk makan. Namun, sebagian orang sekadar mengisi perut agar segera kembali bekerja, atau makan sambil menonton tayangan. Sementara dalam mindfulness, diperlukan kesadaran seperti jenis makanan yang dikonsumsi, dan menaruh perhatian penuh pada makanan.

Tentu mindfulness bukan hal mudah, mengingat terbiasa beraktivitas secara autopilot dan menghindar untuk bertemu dengan diri sendiri. Karena itu, Beby menjelaskan, diperlukan latihan untuk dapat mindful di tengah kesibukan. Salah satunya lewat meditasi, yang akan mengubah sistem kerja saraf. Sesederhana berhenti sejenak dari kegiatan, bernapas, dan merasakan kelima indra yang berfungsi—disebut juga meditasi informal.

Beby mencontohkan ketika menemukan masalah, umumnya seseorang akan stres atau panik. Padahal, yang sebaiknya dilakukan adalah diam dan tidak memikirkan apa pun.

Baca Juga: Ada Bias Kelas dalam Maraknya ‘Wellness Industry’

“Sadari kalau kita bernapas, berhenti dari aktivitas apa pun. Dengan kita stop, semua saraf (dalam tubuh) langsung ngendur karena tubuh merasa, yang dihadapi ini bukan ancaman, jadi kita enggak reaktif dan akan tenang,” jelas Beby. “Setelah tenang, pikiran udah jernih dan otak bisa bekerja buat cari tahu solusi, atau hal yang sebaiknya dilakukan.”

Meditasi informal bisa dilakukan di mana pun, tanpa harus duduk atau dalam durasi tertentu. Misalnya ketika sedang menyapu, bekerja, makan, jalan kaki, berinteraksi dengan orang, bahkan menunggu transportasi umum. Menurut Founder MyndfulAct Vita Ismuhadi, kuncinya menyadari pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh. Tipe ini sekaligus bermanfaat melatih konsistensi bermeditasi.

Sama halnya dengan meditasi formal—yang dilakukan dengan posisi duduk. Durasinya bisa dimulai sesingkat dua menit, sambil pelan-pelan ditingkatkan. Nantinya, tubuh mengetahui berapa lama durasi yang diperlukan untuk meditasi.

Vita menambahkan, kedua jenis meditasi memiliki sejumlah manfaat yang diperoleh dari mindfulness: kemampuan berpikir jernih, kebahagiaan yang datang dari dalam diri, dan kesehatan—mengurangi penyakit yang datangnya dari pikiran maupun emosi yang tak dapat ditangani.

Meski demikian, ada efek negatif dari latihan mindfulness yang dapat dialami sebagian orang. Di antaranya pada orang-orang yang telah didiagnosis depresi atau stres, dan berlatih mindfulness sendirian tanpa bimbingan praktisi kesehatan mental. Hal ini disampaikan peneliti Miguel Farias dan Catherine Wikholm, dalam riset yang dipublikasikan oleh Cambridge University Press (2018).

Menurut Farias dan Wikholm, penyebabnya adalah saat latihan mindfulness, seseorang memberikan perhatian pada pikiran dan perasaan dalam diri. Saat itu pula, ia menyadari trauma yang belum diatasi dengan baik. Akibatnya justru menambah cemas atau meningkatkan depresi.

Baca Juga: Apa itu ‘Mindful Consumption’: Agar Tentram Lahir Batin Saat Belanja

Salah Paham Mindfulness dan Meditasi

Ada sejumlah mispersepsi tentang mindfulness dan meditasi. Salah satunya perlunya mengosongkan pikiran. Vita justru menjelaskan, menyadari ada banyak pikiran di kepala adalah langkah pertama dari latihan mindfulness.

“Jadi seharusnya di-embrace. Soalnya selama beraktivitas, kita biasanya enggak sadar punya banyak pikiran,” ucapnya.

Selain itu, mispersepsi lainnya adalah adanya perubahan perilaku pada orang-orang yang bermeditasi dan sudah mengenal mindfulness. Seperti jadi individu yang lebih baik, sabar, dan enggak bersikap reaktif saat menghadapi suatu peristiwa.

“Memang mindfulness bikin level kesadaran kita meningkat. Misalnya jempol atau ucapan tadinya lebih cepat berkomentar daripada otak yang berpikir, sekarang lebih ngerem dan jeda sejenak. Tapi harus sering latihan, sama kayak olahraga,” sambung Vita.

Pada akhirnya, setiap orang memiliki perjalanannya sendiri dalam belajar mindfulness. Tak hanya konsistensi latihan yang dibutuhkan, edukasi lewat bacaan atau tontonan pun diperlukan untuk semakin memahami prosesnya, sambil menemukan cara yang tepat untuk hidup mindful.

Kalau kamu tertarik berkenalan lebih jauh dengan MyndfulAct, kamu bisa mengunjungi MyndfulAct.com

Artikel ini telah diperbarui pada 31 Oktober untuk penambahan informasi terkait situs MyndfulAct.

Ilustrasi oleh: Karina Tungari


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *