Ketika Menghadapi Orang yang Mengalami KDRT: Ini yang Bisa Kamu Lakukan
Satu dari tiga perempuan di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami kekerasan dalam hidup mereka.
Besar kemungkinan bahwa kita semua punya teman atau kenalan yang terjebak dalam hubungan asmara yang berbahaya atau tidak sehat. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah hal yang sering terjadi. Satu dari tiga perempuan di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami kekerasan dalam hidup mereka. Namun, masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana menanggapi ketika seorang teman, saudara atau kolega kita memberi tahu bahwa mereka mengalami KDRT.
Penelitian baru saya dengan rekan-rekan di University College London (UCL), Inggris, dan sejumlah badan amal yang fokus pada isu KDRT mengkaji bagaimana pendidikan dan pelatihan dapat membantu keluarga dan jaringan sosial mengenali KDRT, serta mengetahui cara merespons korban.
Selama masa pandemi COVID-19, KDRT semakin marak terjadi sementara layanan perawatan dan perlindungan lebih sulit diakses. Ini berarti para korban hanya bersandar pada dukungan dari teman, keluarga, kolega, dan tetangga. Seperti temuan kami, memberikan literasi pada jaringan sosial dan keluarga untuk dapat memberikan bantuan pada korban ini akan sangat bermanfaat–dan dapat menyelamatkan jiwa–sebagai tambahan dari dukungan yang diberikan oleh para profesional.
Di Inggris, misalnya, badan amal dan organisasi sosial lainnya menawarkan program pelatihan, seperti Women’s Aid “Ask Me”, program untuk para pemimpin keagamaan dan perangkat untuk tempat kerja. Inisiatif-inisiatif ini mengajarkan masyarakat dan pemimpin masyarakat tentang bagaimana menanggapi korban yang mengalami pelecehan dengan cara yang positif dan bermanfaat.
Meskipun sebagian besar korban pelecehan memberi tahu setidaknya satu teman atau anggota keluarga, bukti menunjukkan bahwa korban perempuan dan anak-anak serta mereka yang berasal dari kelompok yang terpinggirkan kemungkinan besar akan memberi tahu dan mengandalkan jaringan informal mereka daripada layanan formal seperti polisi.
Reaksi dari jaringan informal mereka bisa sangat berarti. Penelitian menunjukkan bahwa reaksi positif dari teman atau kolega dapat meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan orang yang mengalami kekerasan. Dukungan informal dari kontak pribadi juga dapat mendorong mereka untuk mencari bantuan dari layanan formal, seperti akses ke perlindungan hukum.
Baca juga: Komnas Perempuan: Kasus KDRT Terhadap Istri Tetap Tertinggi Setiap Tahun
Bagaimana Kita Bisa Membantu?
Jika kamu yakin bahwa teman, kerabat, kolega, atau tetanggamu mungkin tengah berada dalam hubungan yang membahayakan dirinya, bukan tugasmu untuk menghentikan tindakan kekerasan itu. Jika kamu merasa bahwa mereka dalam bahaya, hubungi 999 dan minta bantuan polisi. Kamu juga dapat memberikan dukungan dan menawarkan bantuan dengan cara lain.
Membicarakan KDRT itu sulit. Kamu mungkin akan merasa tidak nyaman jika seseorang curhat kepadamu tentang hubungan mereka yang tidak sehat, atau jika kamu mengungkit masalah pelecehan. Namun, ada beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk merespons mereka dengan cara yang positif dan bermanfaat.
Cara mudah untuk mengingatnya adalah melalui empat “R”: recognise (kenali), respond (tanggapi), reassure (yakinkan), dan react (bereaksi).
Baca juga: Bibit-bibit Kekerasan dalam Olok-olok Status Janda
Kenali
Penelitian kami menyoroti pentingnya untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dan faktor risiko kekerasan.
Banyak orang tidak menyadari bahwa KDRT memiliki banyak bentuk yang berbeda. Dan ada mitos kuat bahwa KDRT pasti selalu melibatkan kekerasan fisik.
Kita harus mengenal segala bentuk KDRT, termasuk kontrol paksaan (corcive control) dan kekerasan ekonomi, agar kita dapat mengenali tanda-tanda hubungan yang tidak sehat.
Penelitian menunjukkan bahwa belajar tentang prevalensi tinggi dan dampak serius KDRT juga dapat memotivasi teman, keluarga, kolega, dan tetangga untuk mau bertindak.
Jika kamu berencana untuk menghubungi orang dekatmu, badan amal KDRT, SafeLives, menyarankan bahwa hal pertama yang perlu kamu pertimbangkan adalah keselamatan, baik keselamatan korban maupun keselamatanmu sendiri. Kamu harus mencari cara-cara yang aman untuk menghubungi mereka atau tempat untuk bertemu sebelum kamu menghubungi mereka.
Baca juga: Nyaring dan Sunyi KDRT: Suramnya Budaya Kepemilikan dalam Keluarga
Menanggapi
Saat membicarakan tentang hubungan yang berbahaya atau pengalaman KDRT, dengarkan tanpa menyalahkan. Ciptakan ruang yang membuat teman, kerabat, atau tetanggamu dapat bercerita dan merasa aman. Dengarkan tanpa menghakimi dan tunjukkan empati. Bersabarlah dan sadari bahwa tidak mudah bagi mereka untuk membicarakan pengalaman kekerasan dialami.
Norma gender dan budaya mungkin membuat beberapa orang sulit untuk terbuka tentang pengalaman mereka, misalnya jika korban adalah laki-laki atau mereka yang berada di komunitas agama konservatif.
Mendukung teman dapat menunjukkan pada mereka bahwa kamu ada untuk mendengarkan mereka, membantu mengidentifikasi pilihan mereka, atau mencari nasihat profesional atas nama mereka (tentunya dengan persetujuan mereka).
Meyakinkan
Penelitian menekankan tentang pentingnya menegaskan, memvalidasi, dan memahami perasaan dan pengalaman yang diungkapkan oleh orang yang mengalami KDRT.
Riset melaporkan bahwa jaringan informal tidak selalu menanggapi dengan cara yang membantu. Mengekspresikan keraguan, menyalahkan, atau permusuhan dapat membahayakan kondisi korban KDRT dan membuat mereka pesimis untuk mencari bantuan lebih lanjut. Yakinkan mereka bahwa kamu mempercayai dan memvalidasi pengalaman mereka.
Kampanye-kampanye melawan KDRT dan badan amal memberikan saran tentang cara mendukung penyintas dan Equation, kelompok yang melawan KDRT, merekomendasikan hal-hal yang harus kamu katakan kepada orang yang sedang kamu dukung. Cara terbaik untuk memulai adalah dengan mengatakan “Aku percaya padamu”, dan katakan kepada mereka bahwa kekerasan itu “bukan kesalahanmu”.
Bereaksi
Terakhir, tawarkan bantuan pada teman, kerabat, atau tetanggamu untuk mencari dukungan–bertindaklah hanya jika dan ketika mereka menginginkannya dan menyetujuinya. Ini bisa termasuk menawarkan untuk menghubungi layanan dukungan lokal, menelepon saluran bantuan korban KDRT nasional atau menggunakan webchat.
Penelitian mengungkapkan bahwa mendukung teman atau anggota keluarga yang mengalami KDRT itu sulit, jadi sebaiknya kamu mengambil langkah-langkah untuk menjaga diri sendiri juga. Tetaplah sadar akan kebutuhan dirimu sendiri ketika membantu seseorang yang berada dalam situasi sulit ini, dan lakukan rutinitas yang menyehatkan bagi kesehatan mental, emosional dan fisikmu. Ini dapat dilakukan dengan banyak mengobrol dengan teman, menyayangi diri sendiri, dan meluangkan waktu untuk kegiatan-kegiatan yang santai.
Ilustrasi oleh: Karina Tungari
Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.
Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.