Health Lifestyle

Dari Pembalut Sampai Cawan: Kenali Alat Bantu Menstruasi

Saat ini ada banyak pilihan alat bantu untuk menstruasi, meskipun beberapa hanya tersedia di kota-kota besar atau bahkan di luar negeri.

Avatar
  • February 18, 2020
  • 9 min read
  • 515 Views
Dari Pembalut Sampai Cawan: Kenali Alat Bantu Menstruasi

 

Waktu saya kelas 1 SMP, ada seorang teman yang menangis heboh karena diolok-olok teman yang lain saat ada bercak merah di bagian belakang roknya. Saat itu, saya bingung dan bertanya kepada teman yang lain, kenapa harus diejek? Dan beberapa teman mengatakan bahwa “tembus” saat menstruasi adalah hal yang memalukan. Sebaiknya tidak ada orang yang perlu tahu kalau kita sedang mens, apalagi laki-laki.

 

 

Empat belas tahun telah berlalu, saya mengamati dan menyimpulkan bagaimana menstruasi masih saja menjadi hal yang masih tabu untuk dibahas. Karena dianggap tabu, murid perempuan sering kali menyamarkan kata pembalut dengan “roti jepang” ketika meminta pembalut kepada teman perempuan lain. Contoh lain, banyak toko yang dengan sengaja membungkus pembalut dengan koran plus kantong plastik hitam, padahal untuk barang belanjaan lain ia menyediakan kantong plastik bening. Menstruasi masih dianggap sebagai hal rahasia, setara dengan rahasia negara hingga memiliki nama samaran dan kamuflase sebagai pembungkusnya.

Karena dianggap tabu, wacana terkait menstruasi jarang dibicarakan saat saya berada di masa pubertas. Ketika pertama kali menstruasi, saya sedang olahraga dan mendapati celana dalam saya basah oleh bercak-bercak cokelat. Karena masih di sekolah, saya hanya diam saja hingga jam pulang sekolah. Sesampainya di rumah, diam-diam saya mengambil pembalut sekali pakai yang biasa dipakai Ibu, dan memasangnya di celana dalam dengan membaca petunjuk penggunaan di bungkus kemasan.

Masa menstruasi adalah masa yang menyebalkan untuk saya, karena saya selalu mengalami ruam merah dan gatal di selangkangan. Belakangan, saya baru tahu kalau pembalut seharusnya diganti setiap empat jam, bukan saat sudah penuh. Karena pembalut di kala itu kebanyakan masih sangat tebal, hal ini juga membuat tidak nyaman saat berjalan dan berolahraga. Untungnya, saat ini ada banyak pilihan alat bantu yang dapat digunakan ketika menstruasi, walaupun beberapa alat memang hanya dapat ditemui di kota-kota besar atau bahkan di luar negeri.

Berikut adalah review saya mengenai alat bantu yang pernah saya coba. Tentu saja setiap perempuan memiliki pengalaman ketubuhan yang berbeda-beda, jadi silakan dipakai yang paling nyaman.

  1. Pembalut sekali pakai

Pembalut sekali pakai adalah alat bantu menstruasi paling populer karena diproduksi secara massal dan mudah didapatkan. Ada banyak pilihan dalam kategori ini, yakni:

  • Pantyliners: pembalut yang sangat tipis dan diperuntukkan hanya untuk hari-hari terakhir menstruasi, ketika yang keluar tinggal vlek saja atau saat mengalami keputihan yang cukup banyak. Karena tidak banyak pembicaraan soal menstruasi, banyak juga loh yang menggunakan pantyliners saat darah yang keluar sedang banyak-banyaknya dan berakibat bocor ke mana-mana.
  • Day and nights pads: Perbedaan day pads dan night pads terletak pada ukuran panjang pembalut. Untuk mencegah kebocoran saat tidur, maka night pads dibuat lebih panjang dari day pads, berkisar 29 sentimeter-40 sentimeter. Panjang day pads biasanya berkisar 20-26 sentimeter. Jika day pads harus diganti setiap empat jam, maka night pads didesain untuk memiliki daya serap lebih tinggi dan sirkulasi udara lebih baik sehingga dapat digunakan sampai delapan jam. Ini kata iklan ya, kalau saya sendiri sih biasanya tetap terbangun tiap 4-5 jam dan mengganti pembalut karena tidak tahan dengan rasa lembapnya.
  • Pembalut tanpa sayap dan pembalut bersayap. Teknologi sayap sebagai perekat tambahan diklaim mampu menjaga letak pembalut agar tidak lari ke mana-mana saat beraktivitas. Biasanya night pads selalu ditambah dengan sayap agar pembalut tidak bergeser-geser saat tidur.
  • Pembalut herbal .Pembalut biasa dianggap mengandung bahan-bahan kimia yang memberi efek negatif terhadap kesehatan perempuan dalam jangka panjang, karena itu muncullah alternatif pembalut herbal yang DIKLAIM lebih sehat dan tidak mengandung bahan kimia. Biasanya pembalut herbal memiliki efek dingin-dingin semriwing mint, yang tak jarang berujung pada timbulnya rasa panas ala krim pereda nyeri otot.

Baca juga: Lebih Kenal dengan Vagina Lewat Cawan Menstruasi

Biasanya, pembalut ini dibuat dari bahan-bahan berupa kapas, fiber sintesis, dan bubuk kertas yang sudah diolah dengan bahan-bahan kimia seperti zat pemutih dan pewangi. Meskipun ada pembalut herbal, jika dilihat pada komposisi bahan yang tertera di kemasan, tetap ada bahan-bahan kimia yang digunakan, walau kandungannya lebih sedikit. Banyaknya kasus iritasi sangat mungkin terjadi karena penggunaan bahan-bahan kimia ini. Dari pengalaman saya menggunakan pembalut sekali pakai selama bertahun-tahun, hampir setiap siklus saya mengalami ruam merah yang sangat mengganggu, baik ketika menggunakan pembalut herbal maupun pembalut sekali pakai biasa.

Selain masalah ruam yang ditimbulkan serta keluhan kesehatan lain, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pada tahun 2015 menyebutkan, jumlah sampah pembalut diperkirakan mencapai 1,4 miliar per bulan. Angka ini didapat dengan menghitung jumlah perempuan kategori subur di Indonesia, yakni sekitar 67 juta orang.

Kisaran harga pembalut sekali pakai: Rp6.000–Rp40.000/kemasan

Masa pakai: Sekali pakai, sehingga harus membeli tiap bulan

  1. Pembalut kain

Awalnya, pembalut kain adalah alat bantu yang umum digunakan oleh perempuan sebelum pembalut sekali pakai mulai diproduksi. Jika dulu perempuan menggunakan kain atau handuk kecil yang dilipat lalu diselipkan di celana, saat ini pembalut kain sudah dibuat sedemikian rupa dengan desain seperti pembalut sekali pakai dan motif-motif menggemaskan.

Pembalut kain dibuat dari kapas asli tanpa bahan-bahan kimia. dinilai lebih aman, lebih hemat, serta lebih ramah lingkungan daripada pembalut sekali pakai yang banyak terdapat di pasaran.

Pembalut kain yang saya pakai terdiri dari dua ukuran, versi siang hari dan malam hari. Perbedaannya hanya pada ukuran panjang pembalut. Karena harus dicuci dan dijemur, maka penting untuk memiliki beberapa pembalut. Saya sendiri memiliki enam pembalut siang dan 4 pembalut malam. Saat menstruasi, saya menggunakan tiga pembalut di siang hari, dan dua pembalut di malam hari.

Menstruasi masih dianggap sebagai hal rahasia, setara dengan rahasia negara hingga memiliki nama samaran dan kamuflase sebagai pembungkusnya.

Repotnya menggunakan pembalut kain adalah ketika sedang bepergian, karena membutuhkan tempat yang memiliki sumber air bersih untuk mencuci pembalut. Setelah dicuci, pembalut bisa disimpan dahulu di dalam plastik lalu dijemur saat sudah sampai di rumah atau tempat tinggal lain jika sedang bepergian. Saat ini sudah banyak produsen pembalut kain yang menggunakan bahan yang lebih tipis dan ringan sehingga lebih mudah kering. Perlu diperhatikan juga tempat untuk menjemur, pastikan tidak terlalu banyak debu dan cukup cahaya materi untuk memastikan pembalut tidak lembap.

Kisaran harga pembalut kain: Rp60.000–Rp200.000/paket (ukuran dan jumlah tiap paket beragam)

Masa pakai: 5-6 tahun tergantung perawatan

  1. Tampon

Alat bantu ini terbuat dari bahan kapas, berbentuk lonjong seukuran jari tangan dan dengan panjang sekitar 3-5 sentimeter. Cara penggunaan tampon adalah dengan memasukkannya ke dalam lubang vagina. Jika baru menggunakan tampon, sebaiknya beli tampon yang menggunakan aplikator, yang membantu memasukkan tampon ke dalam vagina dengan lebih mudah. Pada bagian bawah tampon ada benang yang berfungsi untuk menarik tampon dari vagina ketika sudah penuh cairan.

Dari pengalaman saya sendiri, penggunaan tampon ampuh mengurangi iritasi yang sering terjadi ketika menggunakan pembalut sekali pakai. Tampon terasa praktis digunakan saat berolahraga jika sedang menstruasi, karena tidak terlalu terasa mengganjal dan tidak terasa lembap. Namun karena tampon bekerja dengan menyerap seluruh cairan yang ada di vagina, tidak jarang menimbulkan rasa perih ketika harus mencabutnya.

Sama seperti penggunaan pembalut sekali pakai, sebaiknya ganti tampon setiap 4-6 jam sekali untuk menghindari munculnya bakteri yang dapat menimbulkan infeksi. Oleh karena itu, penggunaan tampon juga tidak disarankan saat sedang tidur. Males kan harus membunyikan alarm tiap empat jam untuk menggantinya. Karena alasan itu, biasanya saya menggunakan tampon di siang hari, dan menggunakan pembalut sekali pakai atau pembalut kain di malam hari.

Selain masalah infeksi yang mungkin muncul jika terlambat mengganti tampon, tantangan lain dalam penggunaan alat ini adalah benang penarik yang mudah putus. Jika benang tampon putus, maka tampon akan tertinggal di liang vagina. Jika hal ini terjadi maka perlu pertolongan medis untuk menariknya. 

Kisaran harga tampon: Rp75.000–Rp150.000/kotak (biasanya berisi 10 tampon)

Masa pakai: Sekali pakai, sehingga harus membeli tiap bulan

  1. Cawan Menstruasi

Berbeda dengan alat lain, cawan menstruasi atau menstrual cup yang sedang naik daun ini tidak menyerap darah melainkan menampungnya. Kelebihannya, cawan ini terbuat dari bahan silikon yang dapat menghindarkan perempuan dari iritasi (kecuali memiliki alergi terhadap silikon), ramah lingkungan, dan dapat dipakai hingga 12 jam.

Baca juga: Seperti Raskin dan Rumah, Pembalut Pun Seharusnya Bersubsidi

Bentuknya sendiri seperti lonceng dengan diameter sekitar 3-5 sentimeter dan panjang sekitar 6 sentimeter. Sama seperti tampon, cawan menstruasi dipakai dengan memasukkannya ke liang vagina.

Pada awal penggunaan, rasanya memang agak sulit memasukkan alat ini ke vagina. Untuk itu, saya menggunakan pelumas yang dioleskan ke bagian luar dan bibir cawan, melipat dua secara vertikal, lalu kemudian memasukkannya ke vagina. Tiap-tiap pengguna pasti memiliki tips sendiri untuk memasukkan alat ini, saya memilih memasukkannya dalam posisi berdiri setengah jongkok.

Awalnya saya menggunakan Diva Cup yang tidak memiliki karet tambahan sebagai penarik. Cukup repot karena sulit untuk menarik cup keluar, serta ukurannya cukup besar dan menimbulkan rasa mengganjal. Setelah Diva Cup, saya mencoba Organicup, yang memiliki dua ukuran, untuk perempuan yang belum dan sudah melahirkan secara vaginal. Organicup dilengkapi dengan karet tambahan di bagian bawah yang berfungsi sebagai penarik.

Meskipun bisa dipakai hingga 12 jam, saya memilih untuk menuang darah dan mencuci cawan setiap kali buang air kecil, biasanya sekitar 4-6 jam sekali. Untuk perawatan, sebaiknya rebus cawan menstruasi di awal dan akhir siklus menstruasi. Sedangkan untuk menggunakan sehari-hari saat mens, cukup dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan lap berbahan katun yang bersih.

Jika sudah biasa memakai cawan menstruasi, biasanya sih tidak terasa sedang menggunakan alat ini di vagina, karena ia memang dirancang elastis untuk mengikuti bentuk vagina dan mencegah kebocoran. Meskipun saya pernah beberapa kali tembus sih saat memakai cawan ini karena jumpalitan saat yoga. Karena tidak terasa, kadang-kadang pemakai suka lupa untuk mengganti, nah ini bisa menjadi awal dari timbulnya infeksi akibat bakteri yang muncul.

Kisaran harga cawan menstruasi: Rp300.000–Rp700.000

Masa pakai: Minimal 10 tahun, jika dirawat dengan baik.

Perdebatan lainnya dari penggunaan tampon dan cawan menstruasi (khususnya di Indonesia) adalah tentang cara penggunaannya yang disebut-sebut dapat menghilangkan keperawanan. Dalam hal ini, keperawanan yang dimaksud adalah robeknya selaput dara. Membahas keperawanan sesungguhnya bisa menjadi satu topik pembahasan tersendiri di artikel yang berbeda. Satu hal yang perlu diingat adalah perempuan tidak seharusnya dinilai dari ada tidaknya selaput dara. Selaput dara hanyalah bagian kecil dari tubuh perempuan, yang bentuknya pun berbeda-beda. Ada yang dilahirkan dengan selaput dara yang lentur, tebal, tipis, bahkan tanpa selaput dara sama sekali.

Namun ada satu hal yang perlu selalu diingat untuk memilih alat bantu menstruasi, pilihlah yang paling nyaman untuk dirimu karena pada akhirnya kamulah yang paling tahu apa yang kamu butuhkan.


Avatar
About Author

Ignatia Glory

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *