Rangkuman Demo Pati: Pajak yang Naik 250 Persen sampai Tuntutan Pemakzulan
Demo besar-besaran di Pati pada 13 Agustus lalu bermula dari keputusan Bupati Sudewo yang sempat bikin heboh: menaikkan tarif PBB-P2 sampai 250 persen. Keputusan ini langsung memicu reaksi keras warga. Puluhan ribu orang turun ke jalan, dan momen ini jadi salah satu unjuk rasa terbesar yang pernah terjadi di daerah tersebut.
Menariknya, beberapa hari sebelum aksi, Sudewo sudah membatalkan kebijakan kenaikan pajak itu dan bahkan menyampaikan permintaan maaf. Ia juga mengklarifikasi pernyataannya yang sebelumnya terkesan menantang warga untuk berdemo. Langkah ini jelas dimaksudkan untuk menurunkan tensi panas di lapangan.
Tapi, kenyataannya tak semudah itu. Warga yang sudah telanjur kecewa memutuskan tetap turun ke jalan, meski tuntutannya bergeser dari isu pajak menjadi kritik yang lebih luas soal gaya kepemimpinan Sudewo. Banyak yang melihat masalah ini sebagai akumulasi dari kekecewaan yang sudah lama menumpuk.
Alhasil, aksi yang awalnya diperkirakan bakal reda malah berkembang jadi gelombang protes politik yang lebih besar. Ribuan orang memadati area pusat pemerintahan Pati, dan situasi sempat memanas hingga berujung ricuh.
Berikut adalah beberapa fakta penting dari aksi tersebut:
1. Gedung DPRD Pati Diduduki Massa
Aksi protes di Pati berubah panas sejak pagi. Sekitar pukul 10.45 WIB, massa yang awalnya berkumpul di depan Kantor Bupati dan Gedung DPRD mulai terlibat bentrok dengan aparat. Dikutip dari CNN Indonesia, Fakta-fakta Demo Besar Warga Pati Desak Bupati Sudewo Lengser, mereka sempat mendesak Bupati Sudewo keluar menemui massa di luar, tapi sosok yang ditunggu tak kunjung muncul.
Situasi makin memanas. Botol air mineral dan benda tumpul melayang ke arah gedung dewan, dibalas dengan semprotan meriam air dari aparat. Adu balas ini enggak bertahan lama, massa akhirnya berhasil menerobos masuk. Di dalam gedung, beberapa orang merusak fasilitas, dari pot tanaman yang dipecahkan sampai tanah berserakan di lantai.
Baca Juga: #DimulaidariPati: Ribuan Warga Pati Menuntut Sadewo Mundur dari Jabatan
2. Sudewo Disambut Botol dan Sandal
Dikutip dari CNN Indonesia, Temui Massa Aksi, Bupati Pati Sudewo Dilempari Botol hingga Sandal, sekitar pukul 12.16 WIB, Sudewo akhirnya keluar menemui massa. Ia berdiri di atas mobil polisi, mencoba menenangkan suasana, lalu menyampaikan permintaan maaf dan janji untuk bekerja lebih baik.
Tapi, momen ini justru memicu reaksi keras. Belum lama berbicara, Sudewo dihujani lemparan botol dan sandal. Seorang ajudan bahkan sampai menggunakan tameng polisi untuk menahan serangan itu. Dalam hitungan menit, Sudewo kembali masuk ke mobil dan mundur ke dalam kantor Bupati. Di luar, massa masih bertahan di depan gerbang yang dijaga ketat aparat.
3. DPRD Usulkan Pemakzulan Bupati
Tak hanya panas di jalan, ketegangan merembet ke ruang rapat DPRD. Sekitar pukul 13.00 WIB, perwakilan massa berhasil menduduki gedung DPRD Pati. Dikutip dari DetikNews, DPRD Pati Sepakati Hak Angket, Bentuk Pansus Pemakzulan Bupati Sudewo, di sana, para anggota dewan sepakat membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk memproses pemakzulan Bupati Sudewo.
Alasannya bukan cuma soal polemik PBB-P2. Beberapa fraksi menyinggung masalah pengisian jabatan direktur RS Soewondo, pergeseran anggaran 2025, hingga pelanggaran sumpah jabatan. Ketua DPRD Pati, Ali Badrudi, bahkan mengetuk palu untuk memulai hak angket demi mengusut kebijakan Bupati secara resmi.
Baca Juga: Ancaman Terbesar Demokrasi Kita Bukan Prabowo, Lalu Siapa?
4. Sudewo Ngotot Bertahan di Kursi Bupati
Meski desakan mundur dari warga makin kencang, Bupati Pati Sudewo tetap teguh bertahan. Dikutip dari Tirto, Bupati Pati Sudewo Ogah Mundur Meski Didesak Masyarakat, ia bilang, posisinya sebagai kepala daerah adalah hasil pilihan mayoritas warga Pati lewat jalur demokrasi. Jadi, menurutnya, enggak bisa begitu saja melepaskan jabatan hanya karena tekanan massa.
“Kalau saya kan dipilih secara konstitusional dan demokratis. Jadi enggak bisa berhenti begitu saja, ada mekanismenya,” ujar Sudewo setelah aksi demo pecah, Rabu (13/8/2025).
Sudewo mengaku paham bahwa DPRD Pati sudah sepakat membentuk Panitia Khusus (Pansus) hak angket yang tujuannya berpotensi menjatuhkannya dari kursi bupati. Meski begitu, ia mengaku menghormati langkah politik tersebut.
Ia juga bercerita bahwa dirinya sudah mencoba meredakan ketegangan dengan turun langsung menemui ribuan warga di depan kantornya. Namun, kedatangannya justru memicu kemarahan, bukan menenangkan situasi. “Kami bisa memahami emosi mereka, karena orang banyak kan enggak mungkin bisa terkendali sepenuhnya,” katanya.
Politikus Partai Gerindra ini berjanji akan memperbaiki kinerja dan pola komunikasi ke depan. Ia mengakui ada kesalahan dan kekurangan, meskipun tetap memberi pembelaan bahwa ia baru menjabat beberapa bulan. “Masih banyak yang harus dibenahi,” ucapnya.
5. Polisi Tangkap 11 Orang
Aksi besar yang awalnya berjalan damai itu akhirnya pecah. Dikutip dari Tirto, Polisi Tangkap 11 Orang, Diduga Provokator Demo Ricuh di Pati, Polisi mengamankan 11 orang yang diduga jadi provokator dalam insiden di depan Kantor Bupati Pati. “Saat ini pelaku yang menjadi provokator itu kurang lebih ada 11 orang kita amankan,” kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto.
Mereka masih diperiksa di kantor polisi. Nasib mereka, apakah akan dibebaskan atau ditetapkan sebagai tersangka masih menunggu hasil pendalaman.
Tak hanya soal penangkapan, polisi juga sedang mengusut insiden penggulingan dan pembakaran mobil provos di dekat kantor bupati. “Kendaraan Propam itu digulingkan dan dibakar oleh massa. Ini akan kita selidiki lebih lanjut,” jelas Artanto.
Awalnya demo berjalan kondusif. Massa menyampaikan aspirasi dengan berorasi. Namun Bupati Pati tak kunjung menemui. Hal ini membuat massa emosi.
Baru sekitar pukul 12.17 WIB, Sudewo menemui massa dan menyampaikan sejumlah kalimat. Namun, kedatangan Bupati ini tak membuat suasana mereda. Massa justru semakin emosi.
Massa melempari botol air kemasan dan mencoba mendobrak pagar Pendopo Kabupaten Pati. Polisi lantas mengerahkan kekuatan, menyemprotkan water canon, dan menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa.
Baca Juga: 5 Kebijakan yang Mempersulit Kelas Menengah di 2025
6. Alasan Polisi Lepas Gas Air Mata di Demo Pati
Dikutip dari CNN Indonesia, Alasan Polisi Tembak Gas Air Mata Saat Demo Pati, Polda Jawa Tengah akhirnya buka suara soal alasan di balik penggunaan gas air mata saat aksi protes warga terhadap Bupati Pati, Sudewo, di Kantor Bupati. Menurut Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, langkah itu diambil karena situasi di lapangan sudah memanas dan tidak kondusif.
Awalnya, demo yang berlangsung sejak pagi berjalan damai. Namun, sekitar pukul 10.30 WIB, keadaan berubah. Polisi menyebut ada massa penyusup yang mulai memprovokasi, melakukan pelemparan batu, genteng, botol, hingga membakar dan merusak fasilitas. “Situasi langsung memanas setelah provokator mulai beraksi,” kata Artanto.
Sudewo sendiri sempat turun menemui massa. Tapi bukannya mereda, situasi makin riuh. Sudewo justru dilempari botol air mineral dan sandal oleh sebagian peserta aksi.
Kericuhan ini berbuntut panjang. DPRD Kabupaten Pati memutuskan membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas pemakzulan Sudewo. Meski begitu, Sudewo menegaskan ia tak akan mundur.
“Saya dipilih rakyat secara konstitusional dan demokratis. Jadi semua harus lewat mekanisme yang ada,” ujarnya di Kantor Bupati.
Di tengah chaos yang terjadi, sempat beredar kabar ada korban jiwa. Namun, polisi membantah dan memastikan tidak ada yang meninggal. Berdasarkan pendataan sementara, ada 34 orang yang terluka: tujuh dari pihak kepolisian dan 27 dari kelompok demonstran.
Polisi juga mengamankan 11 orang yang diduga menjadi provokator. Saat ini mereka masih diperiksa dan didata lebih lanjut.
















