Lifestyle

Fenomena ‘Brain Drain’: Kenapa Banyak Talenta Muda Indonesia Memilih Pindah ke Luar Negeri?

Fenomena brain drain makin nyata. Anak muda Indonesia pilih hijrah ke luar negeri demi karier cemerlang. Apa alasannya?

Avatar
  • February 17, 2025
  • 7 min read
  • 1151 Views
Fenomena ‘Brain Drain’: Kenapa Banyak Talenta Muda Indonesia Memilih Pindah ke Luar Negeri?

Akhir-akhir ini, istilah brain drain makin sering dibahas, terutama karena makin banyak anak muda Indonesia yang memilih membangun karier di luar negeri. Dikutip dari Investopedia, Brain Drain: Definition, Causes, Effects, and Examples, singkatnya, brain drain adalah kondisi di mana sumber daya manusia yang terampil dan berpendidikan, seperti para profesional, ilmuwan, atau tenaga ahli, memutuskan hijrah ke negara lain demi peluang yang dianggap lebih menjanjikan.

Fenomena ini belakangan jadi sorotan, apalagi setelah Dirjen Imigrasi, Silmy Karim, menyoroti banyaknya Warga Negara Indonesia (WNI) yang pindah kewarganegaraan ke Singapura. Dalam laporan Kompas, Silmy menyebut bahwa setiap tahunnya ada sekitar 1.000 mahasiswa Indonesia berusia 25-35 tahun yang memilih jadi warga negara Singapura. Sebagian besar dari mereka adalah individu produktif dengan keahlian dan talenta yang sebenarnya bisa jadi aset besar buat Indonesia.

 

Silmy mengatakan, banyaknya anak muda berprestasi yang memilih pindah itu seperti “alarm bahaya” buat Indonesia. Soalnya, mereka bukan cuma pindah tempat tinggal, tapi juga “membawa” potensi dan keterampilan yang harusnya bisa dikembangkan di sini.

Kenapa Mereka Pindah?

Ada beberapa alasan yang sering diungkapkan, mulai dari peluang karier yang lebih baik, fasilitas publik yang nyaman, sampai kualitas pendidikan yang lebih unggul. Singapura, misalnya, dianggap punya ekosistem yang mendukung perkembangan profesional anak muda, sesuatu yang kadang sulit mereka temukan di Indonesia.

Baca Juga: Beramal Itu Banyak Caranya, Termasuk Jadi Dosen Honorer

PR Besar Buat Indonesia

Melihat makin banyaknya talenta muda yang “eksodus”, Silmy menegaskan ini jadi tantangan besar buat kita semua. Pertanyaannya, gimana caranya biar Indonesia bisa jadi tempat yang lebih nyaman dan menjanjikan buat anak muda berbakat? Karena, pada akhirnya, mereka ini adalah aset berharga yang bisa membawa Indonesia lebih maju di masa depan.

Jadi, brain drain bukan cuma soal pindah negara, tapi juga tentang gimana kita bersama-sama menciptakan ekosistem yang bikin anak muda betah berkembang di tanah air sendiri.

Baca Juga: Maaf, Usia 30 Dilarang Kerja: Ageisme yang Masih Hantui ‘Job Seeker’

Faktor-Faktor Penyebab Brain Drain

Fenomena brain drain, alias perginya tenaga kerja berkualitas ke luar negeri enggak terjadi tanpa alasan. Ada banyak faktor yang bikin orang merasa lebih baik membangun karier di negeri orang ketimbang bertahan di Indonesia. Biasanya, alasan-alasan ini saling berkaitan, menciptakan kondisi yang bikin seseorang mikir, “Kayaknya di luar lebih menjanjikan, deh.”Dikutip dari Jurnal DPR, Fenomena Brain Drain pada Sumber Daya Manusia Indonesia, beberapa penyebab kenapa banyak anak muda berbakat akhirnya memilih pindah ke luar negeri:

  1. Gaji & Fasilitas Lebih Menggiurkan

Siapa sih yang enggak tergiur kalau tahu di luar negeri gaji bisa berkali-kali lipat? Buat para profesional, terutama di bidang teknologi, kesehatan, atau riset, tawaran kerja di negara seperti Amerika Serikat, Singapura, atau Australia bisa jauh lebih menguntungkan dibanding posisi serupa di Indonesia.

Bayangin aja, dengan skill yang sama, penghasilan di sana bisa cukup buat hidup nyaman, sementara di sini, banyak yang masih harus pusing mikirin biaya hidup bulanan. Enggak heran kan, kalau banyak yang milih hijrah?

  1. Susah Cari Kerjaan Sesuai Passion & Keahlian

Kadang, lulusan perguruan tinggi dengan gelar keren atau tenaga ahli di bidang tertentu kesulitan dapat pekerjaan yang beneran sesuai dengan skill mereka. Contohnya, lulusan doktor bidang riset teknologi yang ingin fokus di penelitian, sering kali merasa ruang untuk berkembang di Indonesia masih sempit.

Sementara di luar negeri, riset dan inovasi didukung penuh, mulai dari dana, fasilitas, sampai kesempatan berkolaborasi dengan pakar dunia. Jadi, kalau ingin karier yang lebih berkembang, pindah ke negara yang lebih menghargai bidang ini jadi pilihan logis.

  1. Kurang Apresiasi Buat Profesional

Salah satu curhatan yang sering muncul dari tenaga ahli di Indonesia adalah rasa kurang dihargai. Enggak cuma soal gaji, tapi juga pengakuan atas kontribusi mereka.

Bayangin, seorang dokter spesialis yang udah sekolah bertahun-tahun, waktu ditugaskan ke daerah terpencil, gajinya malah enggak sebanding sama perjuangannya. Belum lagi, ide-ide segar dari anak muda sering kali mentok di birokrasi yang ribet. Kalau terus-menerus kayak gitu, wajar kalau mereka mulai mikir, “Mending pindah ke tempat yang lebih menghargai usaha gue.”

  1. Lingkungan Kerja Kurang Mendukung

Fasilitas kerja yang seadanya, laboratorium yang kurang lengkap, atau alat kesehatan yang minim jadi hambatan buat tenaga ahli buat berkembang. Buat peneliti yang punya ide bagus, keterbatasan ini bisa membuat frustrasi karena mereka jadi susah buat mewujudkan inovasi yang diimpikan.

Sebaliknya, di negara maju, dukungan dana riset dan teknologi lebih canggih. Akhirnya, banyak orang merasa peluang untuk berkarya dan berkembang jauh lebih besar di luar negeri.

  1. Stabilitas & Keamanan Jadi Pertimbangan

Tidak cuma soal karier, banyak juga yang memikirkan soal keamanan dan kepastian masa depan. Situasi politik yang sering gonjang-ganjing, ketidakpastian hukum, atau konflik sosial di Indonesia kadang membuat orang jadi was-was.

Sementara di luar negeri, apalagi negara maju, suasana politik lebih stabil, hukum jelas, dan tingkat keamanan lebih terjamin. Buat banyak orang, hidup di tempat yang lebih tenang dan masa depan lebih pasti jadi faktor besar buat akhirnya memutuskan pindah.

Baca Juga: Stigma Persulit Penderita Gangguan Jiwa Cari Pekerjaan, Perburuk Kondisinya

Dampak Brain Drain: Bukan Cuma Perginya Orang Pintar, tapi Rugi Besar buat Negara

Fenomena brain drain enggak cuma berpengaruh ke hidup orang yang pindah. Lebih dari itu, dampaknya juga terasa berat buat negara asal, termasuk Indonesia.

Kehilangan orang-orang berbakat ini bikin berbagai sektor penting jadi keteteran, mulai dari kesehatan, pendidikan, sampai daya saing negara di level global. Dikutip dari IDN Times, Dampak Buruk Brain Drain, ketika Profesional Terdidik Pergi, berikut beberapa dampak buruk dari brain drain, yang bisa membuat negara merugi:  

  1. Tenaga Ahli di Sektor Penting Makin Langka

Bayangkan kalau dokter-dokter spesialis, insinyur, atau peneliti brilian lebih memilih kerja di luar negeri. Siapa yang akan mengembangkan layanan kesehatan di daerah terpencil? Siapa yang bakal membuat teknologi baru buat industri lokal?

Dampaknya jelas banget. Rumah sakit jadi kekurangan dokter spesialis, pembangunan infrastruktur jadi lambat, dan riset-riset inovatif mandek karena enggak ada orang yang cukup kompeten buat mendorong kemajuannya. Ini sudah kejadian di Indonesia, lho. Dikutip dari Kompas, Kemenkes Ungkap 30 Provinsi di Indonesia Masih Kekurangan Dokter Spesialis, kekurangan dokter di daerah jadi contoh nyata gimana brain drain membuat masyarakat akhirnya yang kena imbas.

  1. Inovasi & Teknologi Jadi Jalan di Tempat

Kalau banyak talenta hebat yang pergi, siapa yang bakal dorong kemajuan teknologi di dalam negeri?
Negara yang kekurangan orang-orang kreatif dan visioner bakal susah buat bersaing di era digital kayak sekarang. Kita jadi cuma bisa konsumsi teknologi dari luar, bukan jadi pemain atau pencipta inovasi baru.

Misalnya aja di bidang energi terbarukan atau teknologi kesehatan. Tanpa banyak ahli di bidang ini, sulit buat Indonesia lepas dari ketergantungan impor teknologi dari luar.

  1. Daerah Tertinggal, Kota Semakin Maju

Brain drain juga membuat kesenjangan antara kota besar dan daerah makin lebar. Soalnya, tenaga profesional yang ada lebih milih pindah ke luar negeri atau paling mentok menetap di kota besar.

Akibatnya, daerah terpencil kekurangan dokter, guru berkualitas, atau insinyur yang bisa bantu bangun infrastruktur. Jadi wajar kalau pembangunan di daerah terasa lambat dibanding kota-kota besar. Buat anak muda di daerah, ini juga bikin kesempatan berkembang jadi makin terbatas.

  1. Pendidikan & Riset Gitu-gitu Aja

Ketika dosen-dosen atau peneliti terbaik milih karier di luar negeri, dunia pendidikan di Indonesia jadi kehilangan sosok-sosok yang bisa ngebimbing generasi muda. Mahasiswa jadi kehilangan kesempatan belajar langsung dari orang-orang terbaik di bidangnya.

Dampaknya, kualitas pendidikan jadi jalan di tempat. Bidang riset juga nggak berkembang pesat karena kurangnya dukungan dari para ahli yang bisa jadi mentor sekaligus mendorong lahirnya inovasi.

  1. Daya Saing Global Ikut Anjlok

Negara yang banyak ditinggal tenaga kerjanya bakal makin susah buat bersaing di panggung internasional. Sementara negara-negara yang sukses mempertahankan talenta terbaiknya, biasanya justru makin unggul di bidang ekonomi, teknologi, dan pendidikan.

Kalau orang-orang berbakat lebih memilih kerja buat perusahaan asing, Indonesia kehilangan kesempatan buat membangun perusahaan lokal yang bisa jadi pemain besar di pasar global. Akhirnya, produk dalam negeri pun jadi kurang kompetitif, dan kita makin tergantung sama produk luar.



#waveforequality
Avatar
About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *