Issues Opini

5 Hal Penting dalam Pendidikan Seks yang Harusnya Sudah Kita Pelajari

Dari masalah gairah seksual hingga mengatur kehamilan, ada informasi penting dalam pendidikan seks yang kita lewatkan.

Avatar
  • May 31, 2023
  • 6 min read
  • 1463 Views
5 Hal Penting dalam Pendidikan Seks yang Harusnya Sudah Kita Pelajari

Buat kamu generasi 1990-an dan 2000-an, mungkin merasa pendidikan seks yang kamu dapat tak cukup praktis. Alih-alih menjelaskan pengetahuan yang lebih inklusif dan komprehensif, pada masa itu, kebanyakan pendidikan seks di berbagai negara lebih menekankan pada “pencegahan”, dengan berfokus pada menghindari kehamilan dan infeksi menular seksual (IMS). Tak cuma itu, sebagian besar informasi dalam pendidikan seks juga lebih ditujukan pada kelompok heteroseksual.

Kini, memang sudah ada sejumlah sekolah yang telah menjadikan pendidikan seks menjadi lebih “positif” terhadap kegiatan seks (sex positive) dan juga inklusif. Namun, ini tetap tidak mengubah fakta, banyak orang – yang kini telah berusia 20-an atau 30-an tahun – merasa mereka telah melewatkan pendidikan penting yang dapat membantu mereka menjelajahi kompleksnya hubungan dan seksualitas ketika dewasa.

 

 

Namun, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Berikut adalah 5 pelajaran penting yang seharusnya sudah kamu dapatkan melalui pendidikan seks.

Baca juga: Pendidikan Seks Komprehensif Jadi Solusi Kekerasan pada Remaja

1. Gairah Seksual yang “Normal” Cuma Mitos

Pendidikan seks tidak pernah mengajarkan kita bahwa gairah seksual (libido) manusia itu bisa sangat bervariasi dan tidak memiliki standar “normal” yang universal. Ada yang menginginkan aktivitas seks beberapa kali dalam seminggu, ada juga yang merasa sebulan sekali atau kurang itu cukup.

Terlepas dari seberapa sering kamu ingin atau telah melakukan hubungan seks, yang lebih penting adalah memahami bahwa gairah seks dipengaruhi oleh banyak faktor, dan dapat berubah-ubah sepanjang hidupmu.

Banyak faktor, seperti fluktuasi hormon, stres, penggunaan obat-obatan tertentu (termasuk antidepresan dan kontrasepsi hormonal), dan gaya hidup (seperti merokok, konsumsi alkohol, olahraga, dan pola makan) dapat memengaruhi libido.

Hal penting yang perlu kamu lakukan adalah berusaha memahami kebutuhan dan hasrat seksualmu sendiri, kemudian mengomunikasikannya kepada pasanganmu. Ini penting untuk kesejahteraanmu sendiri dan menjalin hubungan yang sehat.

Gairah seks sebaiknya baru dianggap bermasalah jika membuatmu tidak bahagia. Jika kamu khawatir dengan gairah seksualmu, ada baiknya kamu memeriksakan diri ke dokter.

Baca Juga: Benarkah Pendidikan seksual Hanya Bicara Soal Seks

2. Membicarakan Seks itu Penting

Kita mungkin masih ingat bagaimana pendidikan seks cenderung berfokus pada pembahasan tentang bahaya yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas seksual. Oleh karena itu, banyak dari kita bisa jadi masih menganggap diskusi tentang seks sebagai hal yang tabu, dan bisa jadi kerap menghindari pembicaraan ini dengan pasangan kita.

Padahal, riset membuktikan bahwa komunikasi seksual berkorelasi dengan hubungan dan kepuasan seksual yang lebih tinggi. Saat kita berkomunikasi secara terbuka tentang seks, kita mengungkapkan aspek pribadi diri kita sendiri (seperti keinginan atau fantasi kita) kepada pasangan kita. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan seksual dan rasa keintiman, yang kemudian dapat meningkatkan kepuasan hubungan secara keseluruhan.

Untungnya, ada banyak saran yang bisa kamu dapatkan secara online untuk membantumu mempelajari cara memulai percakapan tentang seks dan mengetahui jenis pertanyaan seperti apa yang sebaiknya kamu ajukan pada pasanganmu.

Beberapa psikolog hubungan menyarankan agar kita memulai percakapan ini sedini mungkin dalam hubungan guna mencari tahu dan memastikan kebutuhan dan kompatibilitas seksual kita dan pasangan. Mereka juga menyarankan kita untuk terus berbagi fantasi seksual dengan pasangan kita seiring tumbuhnya kepercayaan dalam hubungan. Salah satu caranya adalah dengan secara teratur menanyakan pasangan kita apa yang mereka sukai dan berbagi tentang hal-hal yang kamu sukai juga.

Baca juga: Seks Aman Remaja: Minim Edukasi, Terganjal Stigma

3. Seksualitas itu Beragam dan Cair

Sebagian besar pendidikan seks yang disampaikan selama 1990-an dan 2000-an lebih diperuntukkan bagi individu heteroseksual dan cisgender (individu yang mengidentifikasi identitas gendernya sesuai dengan jenis kelaminnya saat lahir). Ini membuat mereka yang mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian, gay, biseksual, non-biner, atau identitas seksual dan gender lainnya sulit mendapatkan informasi dan pengetahuan yang relevan tentang cara menegosiasikan seks dan hubungan mereka.

Fakta ini juga bisa berarti banyak orang belum atau tidak diajari, seksualitas itu beragam dan sangat cair.

Seksualitas kita dipengaruhi oleh kombinasi banyak faktor biologis, psikologis, dan sosial, serta dapat berubah sepanjang hidup kita. Jadi, sangat normal jika hasrat seksualmu dan siapa yang kamu sukai berubah-ubah seiring waktu.

Two women hold hands while walking through a city.
Merupakan hal yang normal jika seksualitas kita berubah-ubah sepanjang hidup kita. William Perugini/ Shutterstock

Penelitian menunjukkan, fleksibilitas seksual mungkin lebih umum terjadi pada perempuan cisgender dan minoritas seksual. Sulit untuk menemukan alasan yang jelas tentang hal ini, tetapi satu kemungkinan adalah laki-laki heteroseksual berkemungkinan lebih rendah untuk melakukan hubungan dengan yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan mereka. Ini mungkin disebabkan karena mereka takut akan mendapatkan reaksi negatif dari orang-orang di lingkaran sosial mereka.

Ada juga bukti bahwa ketertarikan sesama jenis dan fleksibilitas seksual itu dipengaruhi, sebagiannya, oleh faktor genetik. Ini menunjukkan betapa beragamnya seksualitas manusia.

Memahami bahwa seksualitas dapat berubah-ubah dapat membantu orang-orang untuk terhindar dari kesalahpahaman yang dapat merugikan mereka sendiri dan orang lain, serta dapat membuat kita merasa lebih terbuka untuk mengekspresikan diri dan mengeksplorasi identitas seksual kita.

Baca juga: Yang Ideal dari Pendidikan Seks Komprehensif Remaja

4. Penularan Penyakit Seksual Sangat Umum Terjadi

IMS sebenarnya umum terjadi. Di Inggris, setiap 4 menit, satu orang didiagnosis terinfeksi penyakit menular seksual.

Namun, kebanyakan dari kita ingat bahwa pendidikan seks yang diajarkan pada kita berfokus pada pencegahan. Ini kemudian menghasilkan persepsi yang melanggengkan stigma terkait IMS.

Stigma ini bisa jadi berbahaya dan memengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang, serta keberanian mereka untuk mengungkapkan IMS yang mereka idap pada pasangannya.

Pendekatan pencegahan seperti itu juga berarti bahwa kita tidak banyak mempelajari tentang cara mengenali gejala dan mengobati IMS. Ini semua justru memicu munculnya mitos-mitos seputar IMS.

Contohnya, ada satu mitos bahwa penderita herpes genital (disebabkan oleh virus herpes simplex atau HSV) tidak akan pernah bisa berhubungan seks lagi tanpa menulari pasangannya. Mitos ini tidak benar.

Tak hanya itu, seperti semua IMS, semakin dini kamu didiagnosis dan diobati, semakin mudah untuk menghindari komplikasi, seperti kemandulan, di masa depan.

Baca juga: Tiada Rotan Akar pun Jadi, Dilema Remaja Belajar Seks lewat Pornografi

5. Mengatur Kehamilan dan Kesuburan

Merencanakan kehamilan dan masa-masa menjadi orang tua merupakan hal penting, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Namun, dengan fokus pendidikan seks yang menitikberatkan pada menghindari kehamilan, kita jadi melewatkan materi penting yang berkaitan dengan kehamilan dan kesuburan.

Situasi seperti ini mungkin telah membuat banyak perempuan tidak dibekali wawasan yang memadai tentang banyaknya perubahan yang terjadi pada tubuh mereka selama kehamilan dan setelahnya.

Pendidikan seks juga tampaknya gagal mengajari kita bahwa sekitar 10%-15% dari semua kehamilan berakhir dengan keguguran. Ini bisa menjadi peristiwa traumatis, bahkan dalam kasus keguguran dini. Dengan memahami bahwa hal tersebut adalah peristiwa yang umum terjadi, ditambah dengan pemberian dukungan yang tepat, kita bisa membantu meyakinkan banyak perempuan bahwa itu bukan salah mereka.

Banyak dari kita juga belum mempelajari aspek kesuburan lainnya, seperti bagaimana menunggu untuk memiliki anak dapat memengaruhi peluang untuk hamil. Kita juga tidak diajarkan tentang bagaimana faktor gaya hidup, seperti berat badan, pola makan, dan olahraga, juga dapat memengaruhi peluang untuk bisa hamil. Selain itu, banyak juga yang belum kita pelajari terkait betapa umumnya masalah kesuburan laki-laki dan bagaimana kesuburan mereka juga bisa menurun seiring bertambahnya usia.

Meskipun ada banyak materi-materi penting pendidikan seks yang kita lewatkan pada masa sekolah, tidak ada kata terlambat untuk mulai mengeksplorasi apa arti hubungan dan seksualitas yang sehat bagi kita.

Áine Aventin adalah Dosen School of Nursing and Midwifery, Queen’s University Belfast.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Áine Aventin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *