Lifestyle

Benarkah Pendidikan Seksual Hanya Bicara Soal Seks

Pendidikan seksual tidak hanya berbicara soal seks tapi mengajarkan kita bagaimana menjaga, mengenal, serta mencintai tubuh kita.

Avatar
  • April 28, 2021
  • 4 min read
  • 606 Views
Benarkah Pendidikan Seksual Hanya Bicara Soal Seks

Bicara soal pendidikan seks, sering kali masyarakat berpikir bahwa materi ini tidak penting dan hanya mengajarkan anak-anak soal “seks bebas”, padahal pendidikan seks komprehensif lebih dari sekadar seks. 

Antipati terhadap pendidikan seks ini adalah karena isu seksualitas masih dianggap sangat tabu di dalam masyarakat. Hal ini menjadi tantangan besar dalam mengajarkan pada anak-anak kita untuk mencintai dan mengenal diri sendiri melalui pendidikan seksual komprehensif. Apa, sih, sebetulnya yang dimaksud dengan pendidikan seksual komprehensif? 

 

 

Baca Juga: Aprilia Manganang dan Buruknya Wawasan Gender, Seksualitas di Indonesia

Dalam buku saku Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual yang disusun oleh organisasi Aliansi Satu Visi, istilah pendidikan seksual komprehensif ternyata telah berganti dari tahun ke tahun, mulai dari pendidikan seks, pendidikan kesehatan reproduksi, pendidikan kependudukan, dan lain sebagainya. 

Tidak seperti bayangan banyak orang terutama orang tua pada umumnya, pendidikan seksual komprehensif memiliki delapan prinsip, antara lain, berdasarkan pada informasi yang akurat dan ilmiah; diberikan secara bertahap sesuai perkembangan anak; dan mengacu pada prinsip kesetaraan gender. 

Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan seksual komprehensif bukan hanya sekadar membicarakan soal seks saja. 

1. Pendidikan Seksual Mengajarkan Soal Hubungan Sehat yang Setara 

Pendidikan seks komprehensif remaja juga membicarakan soal bagaimana membangun hubungan sehat. Dalam hal ini penting sekali bagi kita untuk mengajarkan pada anak dan remaja untuk mengenal beragam jenis hubungan. Selain itu,  kita perlu mengajarkan pada mereka bahwa membangun hubungan tersebut harus didasarkan pada kesetaraan. 

2. Memahami Bahwa Pendidikan Seksual Diajarkan Bertahap dan Sesuai Umur Sang Anak

“Waduh Anda jangan mengada-ada, masa anak kecil diajarin soal seks.” 

Sering kali orang tua menolak pendidikan seksual komprehensif karena takut anaknya diajarkan soal seks bebas. Padahal inti pendidikan seksual komprehensif bukan itu, dan memang seharusnya pendidikan seks itu diajarkan sejak dini, tentunya sesuai umur dan pemahaman sang anak.

Di usia dini, pendidikan tersebut berupa bagaimana kita mengajarkan anak mengenal bagian tubuh mereka, dan mana bagian tubuh yang hanya  boleh mereka saja yang memegangnya.

Baca Juga: Jangan Bercinta Jika Tak Berhasrat: ‘Yes Means No’ yang Perlu Disudahi

Jangan biasakan menyebut bagian-bagian tubuh manusia yang bersifat intim, seperti payudara diganti gunung, vagina diganti epek, atau penis diganti dengan burung atau titit. Ajarkan anak mengenal tubuh mereka sesuai dengan sebutan ilmiahnya.

Selain itu, biasakan juga meminta izin pada anak ketika Anda ingin menyentuh bagian tubuh yang merupakan wilayah privat mereka.. 

3. Pendidikan Seksual Mengajarkan tentang Pencegahan dari Kekerasan Seksual

Biasanya usia remaja adalah usia di mana mereka sedang kepo-keponya tentang seksualitas. Di usia tersebut banyak juga remaja yang sudah berpacaran dan mengungkapkan rasa suka mereka. Biasanya di sini remaja perempuan sangat rentan dipaksa pacarnya untuk melakukan hubungan seksual, dengan alasan bentuk kasih sayang.

Baca Juga: Seks Anal dan Otoritas Tubuh

Di sini edukasi seksual menjadi penting karena berupa pengajaran bahwa tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk melakukan hal yang mereka tidak sukai, sebab itu adalah bentuk kekerasan. 

4. Edukasi Seksual Komprehensif Mengajarkan untuk Mencintai dan Mengenal Tubuh Sendiri

Edukasi seksual komprehensif juga mengajarkan anak dan remaja akan pentingnya mengenal tubuh sendiri serta di diinfokan apa itu seks aman remaja. Dengan mengenal tubuh secara baik, mereka akan tahu bagaimana cara merawat bagian-bagian vital tubuhnya.

Selain itu dari mengenal tubuh sendiri, kita pun juga lebih menghargai tubuh kita dan menerima kelebihan serta kekurangan dari tubuh kita sendiri. 

5. Pendidikan Seksual Komprehensif Membekali Remaja tentang Perilaku Seksual yang Sehat Serta Bertanggung Jawab

Membahas soal pendidikan seksualitas akan ada saatnya kita juga membicarakan soal seks. Ini memang bagian yang paling menantang sih, tapi tenang dulu, orang tua tidak perlu kelabakan. Kita perlu memberitahu apa saja sih konsekuensi dari perilaku seksual yang akan mereka lakukan dan menekankan bagaimana sih sebaiknya perilaku seksual yang sehat,  penuh tanggung jawab serta tanpa kekerasan. 

Baca Juga: 5 Mitos Soal Seks yang Masih Diyakini Banyak Orang

Kita perlu mengajarkan pada anak kita bahwa perilaku seksual itu enggak hanya sebatas penetrasi penis ke vagina, tetapi ada banyak ragamnya. Ada penelitian yang mengatakan bahwa remaja yang mempelajari soal perilaku seksual sehat bakal cenderung menunda penetrasi seksual. 

Perilaku seksual memang enggak akan terhindarkan sebab manusia adalah makhluk seksual. Sebagai orang tua yang perlu kita lakukan adalah memberikan bekal untuk remaja agar ia memiliki perilaku yang sehat. 

6. Edukasi Seksual Remaja Juga Mengajarkan Soal Pentingnya Kesehatan Organ Reproduksi

Materi pendidikan seksual pada anak di sekolah sering kali menakut-nakuti murid soal “bahaya seks” tanpa menjelaskan lebih lanjut hal-hal lainnya. Padahal seharusnya pendidikan seksual tidak hanya risiko soal seks.

Baca Juga: 5 Cara Dobrak Stereotip Peran Gender dalam Keluarga

Siswa juga perlu juga diberi pemahaman bahwa berhubungan seks di usia dini sangat berbahaya untuk kesehatan organ reproduksi mereka. Kita perlu menekankan bahwa sebelum mencapai jenjang tersebut, kita harus bertanggung jawab dengan kesehatan organ reproduksi kita.


Avatar
About Author

Jonesy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *